SOLOPOS.COM - Kesibukan di halaman Gedung Lawang Sewu sekitar tahun 1930. (https://heritage.kai.id/)

Solopos.com, SEMARANG — Lawang Sewu menjadi salah satu tempat wisata popular di Kota Semarang, Jawa Tengah. Selain memiliki arsitektur yang unik dan memiliki nilai sejarah, Lawang Sewu juga berada di pusat kota yang mudah dijangkau.

Sebenarnya, bagaimana sejarah Lawang Sewu ini berdiri dan apa sebenarnya gedung Lawa Sewu ini?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id, pada 1864, jalur kereta api pertama di Indonesia dibangun. Waktu itu, jalur kereta itu menghubungkan antara Stasiun Semarang NIS dan Stasiun Tanggung yang rampung dibangun pada 1867.

Pada 1873, jalur kereta api dibangun untuk menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta oleh NIS atau Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij, termasuk jalur Kedungjati-Ambarawa sepanjang 206 km.

Baca Juga: Ditinggal Mudik, Rumah di Semarang Diacak-Acak Pencuri, Motor Ikut Raib

Pembangunan jalur kereta api saat itu bukan untuk angkutan manusia, tetapi untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian dari daerah kekuasaan Keraton Solo dan Yogyakarta ke pelabuhan Semarang.

Semakin berkembangnya perusahaan NIS serta bertambahnya jumlah pegawai, akhirnya pemerintah kolonial Belanda membangun kantor administrasi baru di Semarang dan lokasinya dipilih di ujung Jalan Pemuda Semarang.

Pemerintah Belanda waktu itu mempercayakan perencanaan pembangunan gedung Lawang Sewu kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B. J. Ouendag dari Amsterdam. Gedung tersebut mulai dibangun pada 27 Februari 1904 hingga rampung pada 1 Juli 1907. Gedung yang kini dikenal dengan Lawang Sewu tersebut digunakan untuk kantor NIS atau kantor pusat perusahaan kereta api swasta.

Baca Juga: Ini Tempat Wisata di Semarang yang Paling Ramai saat Libur Lebaran

Pembangunan gedung Lawang Sewu pun dilakukan secara bertahap, bangunan pertama yang didirikan adalah rumah penjaga atau gedung D dan percetakan atau gedung C yang digunakan sebagai bangunan direksi. Sedangkan bangunan utama atau gedung A masih harus menunggu perbaikan tanah serta mengganti dengan lapisan pasir.

sejarah lawang sewu
Para pegawai Riyuku Sokyoku di depan pintu masuk Lawang Sewu sekitar tahun 1942. (https://heritage.kai.id/)

Pada 1 Juli 1907, gedung A, gedung C, gedung D, dan gedung G rampung dibangun. Pada 1916, gedung B dibangun dengan menggunakan konstruksi beton bertulang dan selesai pada 1918.

Pada masa perang kemerdekaan, gedung Lawang Sewu ini memiliki catatan sejarah tersendiri, yakni ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang pada 14-19 Oktober 1945, gedung yang memiliki banyak pintu ini diperebutkan antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) dengan tentara Jepang sebelum tentara sekutu datang.

Baca Juga: Libur Lebaran, Kota Semarang Terima Kunjungan 229.317 Wisatawan

Pada 1942-1945, Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai kantor Riyuku Sokyoku yang merupakan jawatan transportasi Jepang. Pada 1945, Lawang Sewu menjadi kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), kemudian 1946 Lawang Sewu digunakan sebagai markas tentara Belanda. Sehingga kegiatan perkantoran DKARI pindah ke bekas de Zustermaatschappijen.

Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 1949, Lawang Sewu digunakan Kodam IV Diponegoro. Selanjutnya pada 1994 Lawang Sewu diserahkan kepada Perusahaan Umum Kereta Api yang kemudian statusnya berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (persero).

Dikutip dari heritage.kai.id, selain memiliki desain bangunan yang unik, Lawang Sewu juga memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri itu bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia serta kejayaan kereta api.

Hiasan unik lain yang ada di Lawang Sewu antara lain seperti ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaha, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.

Baca Juga: Antrean Kendaraan Masuk GT Banyumanik Semarang Mengular

Gedung Lawang Sewu saat ini memang tidak dimanfaatkan sebagai kantor perusahaan kereta api, namun dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia. Benda yang dipamerkan dalam Lawang Sewu seperti Alkmaar, mesin Edmonson, mesin hitung, mesin tik, replika lokomotif uap, surat berharga, dan lainnya.

Di tempat ini juga menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi. Selain itu juga ada perpusataan yang berisi buku-buku tentang kereta api.

Selain menjadi tujuan destinasi wisata, Lawang Sewu kini juga menjadi tempat pameran, ruang pertemuan, pemotretan, pentas seni, dan lainnya.

Bagaimana, tertarik untuk mengunjungi Lawang Sewu Semarang?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya