SOLOPOS.COM - SMP Muhammadiyah Banguntapan Bantul. - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Solopos.com, JOGJA — SMP Muhammadiyah Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diduga melakukan pelanggaran karena melarang siswa yang belum membayar biaya sekolah untuk mengikuti ujian.

Asisten Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DI Yogyakarta, Muhammad Rifqi, mengatakan pihaknya sudah dua kali mendatangi SMP Muhammadiyah Banguntapan yang beralamat di Dusun Wiyoro, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, untuk menindaklanjuti pengaduan orang tua siswa yang anaknya tidak bisa mengikuti ujian karena menunggak biaya sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Faktanya memang itu terjadi, ada istilah pelarangan untuk mengikutu ujian karena permasalahan biaya,” katanya, Jumat (10/6/2022).

ORI masih menelusuri kasus tersebut, termasuk imbasnya terhadap kondisi psikis siswa. Sebab, bukan hanya satu siswa yang tidak bisa mengikuti ujian. Penelusuran ORI menemukan ada sekitar lima siswa yang belum melunasi uang sekolah dan tidak bisa mengikuti ujian.

Baca Juga: Siswa di Bantul Dilarang Ikut Ujian, Bupati: Hak Anak Harus Diberikan!

Menurut dia, setelah ada klarifikasi kepada sekolah, dari lima siswa yang tidak bisa ikut ujian, ada satu yang dibolehkan ikut, sehingga tinggal empat siswa yang tidak bisa ikut. Namun pada Jumat ini satu siswa yang sempat ikut ujian tidak masuk dan diduga terkait persoalan biaya.

“Jadi secara psikis memengaruhi anak untuk kembali ke sekolah,” ujarnya.

Menurut dia, pelayanan pendidikan baik di sekolah negeri maupun swasta siswa tidak boleh dikaitkan dengan pembiayaan. Hal itu sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Nomor 44 Tahun 2012.

Perda DIY No.10/2013 juga menegaskan siswa berhak mendapatkan layanan pendidikan.

Baca Juga: Nunggak Uang Sekolah, Siswa SMP Muhammadiyah Banguntapan Dilarang Ujian

ORI Perwakilan DIY masih terus meminta penjelasan dari pihak terkait baik sekolah, orang tua siswa, maupun siswa langsung. Sebab, ada laporan siswa diejek karena menunggak biaya sekolah.

Risyanto, salah satu orang tua yang anaknya tidak bisa ikut UAS mengaku awalnya pada Senin lalu anaknya berinisial OAP, kelas VII B, tidak bisa ikut simulasi ujian sehari menjelang ujian pada Selasa.

“Anak saya sudah matur sama bagian keuangan atau apa itu minta kartu [ujian] enggak boleh ya sudah pulang saja. Ya sudah saya suruh pulang. Mau gimana lagi?”ungkapnya, saat ditemui sesuai bertemu sekolah bersama perwakilan ORI DIY di ruang Kepala SMP Muhammadiyah Banguntapan, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga: Nyari Kayu di Pantai Bantul, Pria Ini Malah Temukan Mayat Nenek-Nenek

Pertemuan tersebut tertutup untuk media. Ia mengakui anaknya masih menunggak biaya sekolah dan sudah berusaha mencicil, termasuk menjelang ujian Risyanto sudah mencicilnya sebesar Rp1 juta dari total tunggakan Rp1,8 juta. Sementara total uang sekolah selama setahun yang harus dibayarkan anaknya sebesar Rp4,6 jutaan.

“Kalau kekurangan masalah biaya oke saya akui masalah biaya. Toh bisa dikomunikasikan dan hari ini tadi kami juga sudah membayar sebagian,” ucapnya.

Ia berharap soal biaya tidak memengaruhi siswa untuk ikut ujian. Sepengetahuannya bukan hanya anaknya yang menunggak biaya sekolah, tetapi ada siswa lainnya yang juga menunggak dan tidak bisa mengikuti ujian. Ia mengetahui daftar nama yang menunggak itu karena diberitahu oleh sekolah melalui grup percakapan Whatsapp orang tua siswa. Rincian kekurangan biaya tiap siswa tersebut juga diumumkan melalui grup tersebut.

“Nama-nama yang belum bayar dipampang di grup WA itu siapa-siapanya itu ada kurang sekian juta, itu yang kemarin juga saya protes kepada kepala sekolah,” katanya.

Baca Juga: Peralihan Musim, Nelayan di Bantul Alami Paceklik Ikan Laut

Sampai Jumat ini anaknya tetap tidak mau datang ke sekolah lagi. Sebelumnya ada temannya juga yang menunggak biaya sekolah, tetapo disuruh ikut ujian di luar sekolah, sehingga menjadi bahan perundungan teman-temannya. Akibatnya anaknya juga merasa trauma psikis karena siswa-siswa yang masih menunggak diketahui oleh semua siswa.

Dia sudah menyampaikan persoalan tersebut ke Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) namun belum mendapat tanggapan. Kemudian Risyanto mengadu ke ORI dan langsung ditindaklanjuti dengan melakukan kunjungan ke sekolah dan dilakukan mediasi.

Risyanto berharap hasil pertemuan dengan ORI menemukan titik terang terkait nasib siswa-siswa yang menunggak biaya sekolah.

“Ya harapan saya tidak ada diskriminasi kepada anak dan jangan sampai terjadi lagi anak ngga boleh ikut ujian karena belum bayar kan juga kasihan mental anak. Mental anak ini down. Tadi yang Fauzi [teman anaknya] katanya dijemput oleh sekolah tetap enggak mau dia malah nangis. Itu mental-mental anak yang perlu diperhatikan,” ujar Risyanto.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul ORI DIY Duga Ada Pelanggaran di SMP Muhammadiyah Banguntapan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya