SOLOPOS.COM - (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Karanganyar (Solopos.com) – Yayasan Al Irsyad Tawangmangu yang menaungi sekolah berbasis agama mengakui melarang siswa menghormat kepada bendera. Alasannya, hal itu sama dengan syirik atau menyekutukan Allah. Pihaknya siap berdialog mengenai masalah tersebut.

“Menurut kami itu musyrik. Hormat itu seperti takbir saat salat. Cuma bedanya kalau hormat dengan satu tangan. Kalau hormat, berarti kami menggadaikan akidah kami. Dengan menghormati bendera, amal kami bisa terhapus,” tegas Ketua Yayasan Al Irsyad Tawangmangu, Sutardi, saat ditemui di rumahnya, Jumat (3/6/2011).

Sutardi yang juga Kepala SMP Al Irsyad tidak sepakat dengan pernyataan Bupati Karanganyar Rina Iriani yang menyangkut-pautkan masalah tidak menghormat kepada bendera dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII). “Bupati Rina silakan datang ke sekolah untuk mengecek kebenarannya kalau tidak percaya. Kami terbuka untuk berdialog dengan siapa saja,” ujarnya.
Ia justru menilai jangan-jangan ada orang yang ingin menjatuhkan Al Irsyad dengan mengembuskan isu tidak hormat pada bendera. Padahal hal itu, kata Sutardi, tidak dipersoalkan oleh UPT Disdikpora Tawangmangu.

Menurutnya, menghormat atau tidak pada bendera itu adalah hak setiap orang. Apalagi, tidak ada peraturan baku yang menerangkan wajibnya hormat kepada bendera negara saat upacara. Sejarah hormat kepada bendera, kata dia, dimulai saat penjajahan Jepang. Banyak orang Indonesia yang dibunuh karena tidak hormat kepada bendera. Pihaknya juga tidak melakukan makar sebab tidak mengajak orang lain untuk menghormat saat upacara. “Kami hanya mengambil hak kami,” katanya.

Jika urusan ini berlarut, pihaknya tidak segan melaporkannya ke Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag). Selain itu, pihaknya baru akan bereaksi bila Bupati Rina menutup sekolah.

Bebas
Hal senada juga disampaikan Kepala SD Al Irsyad, Sarwo Edy P. Sebelumnya, kata Sarwo, tidak ada yang mempersoalkan sekolahnya tidak hormat pada bendera. Bahkan UPT Disdikpora Tawangmangu membebaskan siswa untuk hormat atau tidak hormat saat upacara. Yang terpenting tidak membikin gaduh saat upacara.

Camat Tawangmangu, Yopi Eko Jati Wibowo, menyatakan ada orangtua siswa yang tidak mengikutkan anaknya upacara bendera dan tidak hormat kepada bendera karena keyakinan. Siswa datang ke sekolah setelah upacara selesai. “Jadi sifatnya ada yang perorangan, ada juga yang lembaga,” ujar Yopi saat dihubungi Espos.

Agar tidak memperkeruh suasana kemasyarakatan di Tawangmangu, setiap tanggal 17 diadakan pertemuan antarinstansi, baik sekolah, UPT dinas, kelurahan dan sebagainya. Pihaknya menginginkan agar kondisi Tawangmangu tetap aman, kebersamaan terjaga dan tidak saling benci hanya gara-gara beda pendapat.

fas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya