SOLOPOS.COM - Webinar LPM VISI UNS Solo bertema Jurnalis In-Depth: Menyusun Pertanyaan Humanis untuk Wawancara Topik Sensitif pada Sabtu (22/10/2022). (Tangkapan layar zoom)

Solopos.com, SOLO — Menjadi jurnalis ada baiknya tidak hanya berkutat untuk menulis berita instan berupa straight news yang menyajikan berita langsung dengan singkat, padat, dan jelas. Pembaca memerlukan berita yang memberikan pemahaman baru terhadap suatu persoalan.

Laporan mendalam (indepth reporting) menghadirkan hal tersebut dan menjadi penting bagi khalayak guna mengetahui cerita di balik sebuah peristiwa. Indepth reporting menjadi laporan yang berkonsentrasi pada area liputan yang fokus dan memerlukan teknik penulisan rumit. Sehingga perlu adanya langkah yang tepat terutama dalam riset sampai penulisan berita.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pembahasan tersebut dibahas melalui webinar jurnalistik bertajuk Jurnalistik Indepth: Menyusun Pertanyaan Humanis untuk Wawancara Topik Sensitif pada hari Sabtu (22/10/2022). Webinar yang digelar oleh LPM VISI Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tersebut berfokus pada bagaimana cara terbaik bagi jurnalis untuk menyusun indepth dari topik sensitif. 

Dalam menyusun berita, tidak semua dapat dilakukan dengan treatment yang sama, misalnya sikap jurnalis dalam wawancara peserta seminar tidak boleh blak-blakan diterapkan pada korban kebakaran rumah.

Restu Dianinta Putri, seorang editor berita di Tirto.id selaku pembicara menyampaikan bahwa isu sensitif adalah isu yang di dalamnya terdapat trauma, ketidakadilan, dan ancaman sehingga diperlukan treatment dalam peliputan demi keamanan narasumber

 Baca Juga: Profil Rishi Sunak, Perdana Menteri Termuda Inggris Berdarah India

Isu sensitif berurusan dengan hajat hidup orang banyak, terutama dalam kelompok yang besar di masyarakat. Isu yang diangkat akan menyinggung keberlangsungan hidup narasumber, baik sebagai saksi atau korban.

Kasus kekerasan seksual, korban bencana, isu minoritas dan kelompok rentan, korban teroris, korban kejahatan, dan korban pelanggaran HAM termasuk ke dalam isu sensitif. 

“Isu Kanjuruhan bisa menjadi sensitif. Ketika korban dan saksi gencar bersuara di media sosial, mereka menggunakan hak suara mereka. Tetapi kemudian diintimidasi beberapa pihak sehingga enggan untuk bukan suara lagi,” jelas Restu mengenai kasus Kanjuruhan yang mengindikasikan pelanggaran HAM.

Ada hal yang perlu dipertimbangkan dalam penulisan berita seperti ini. Diperlukan pemahaman dampak bagi penyintas dan membantu pemulihan trauma yang dialami masyarakat. Pembaca juga memiliki penilaiannya sendiri terhadap berita yang ia baca. Entah itu rasa simpati atau penyalahan pada korban, jurnalis harus membangun perasaan empati pembaca pada korban.

Baca Juga: Tren Teroris Perempuan dan Strategi Mengantisipasinya

Pendekatan Mendalam Pada Narasumber

Jurnalis tidak boleh melakukan wawancara pada narasumber dengan gegabah tanpa arah dan tujuan yang jelas. Riset menjadi hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi narasumber atau lingkungan sekitarnya. 

Mapping wilayah dan menjalin hubungan dengan orang sekitar perlu diperhatikan demi keselamatan jurnalis dan narasumber. Menyangkut isu sensitif, pergerakan yang salah dapat membuat backfire bagi narasumber.

“Seperti konflik kepentingan di Wamena. Untuk mengetahui pergerakan dan keselamatan semuanya, meminta tolong kepada informan yang paham akan isu bisa menjadi narasumber yang tepat,” tutur Restu.

Kasus kekerasan seksual juga perlu pendampingan dan konsultasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang relevan. Dua lembaga tersebut lebih mudah dijangkau karena dibentuk dengan berorientasi pada kepentingan masyarakat atau lingkungan. jurnalis harus membangun jaringan dan konsultasi agar mengetahui gerakan yang aman dan legal untuk narasumber.

Baca Juga: Joget TikTok Hangatkan Solopos Goes to Campus 2022 di UMY

Pemahaman mitigasi risiko kepada narasumber juga akan membantu dalam menangani risiko yang dialami selama proses liputan atau setelah perilisan berita.

Tahap yang memerlukan kesabaran adalah pendekatan kepada narasumber. Tidak seperti narasumber berita instan atau ringan, treatment untuk isu sensitif harus dilakukan secara pelan-pelan.

Pemberitahuan secara tiba-tiba kepada penyintas untuk melakukan wawancara adalah hal yang tidak etis. “Kalau ada korban kebakaran dan jurnalis berada di tempat, menghujani dengan pertanyaan untuk bahan liputan akan menghancurkan hatinya,” kata Restu.

Sebaiknya jurnalis menghubungi melalui pendamping untuk bertanya mengenai  situasi untuk kebutuhan wawancara. Baru jurnalis dapat menghubungi setelah ada kesepakatan. Walau lama dan pelan, itu adalah kondisi yang ideal karena tidak terburu buru.

Baca Juga: Solopos Goes to Campus di UMY: Bijaksana Bermedia Sosial untuk Masa Depan

Dalam Panduan Meliput Kekerasan Seksual bagi Persma dan Jurnalis oleh Project Multatuli serta pemahaman dari Restu, cara mendekati narasumber memiliki banyak aspek. 

Pendekatan dengan pelan dan penuh simpati adalah langkah awal sebelum masuk pada persuasi. Menanyakan kondisi atau perasaannya merupakan bentuk memahami kondisi narasumber. Jurnalis baru dapat menembak pertanyaan wawancara ketika ada indikasi untuk terbuka dari narasumber.

Selain narasumber, jurnalis juga dituntut untuk terbuka dalam proses liputannya. Artinya, tidak ada hal yang ditutupi kepada narasumber dan menjelaskan tujuan dengan jelas. Seperti memberikan daftar pertanyaan kepada narasumber dan memberi waktu untuk memahami.

Melakukan kesepakatan seperti identitas narasumber di berita akan berupa penyintas, nama samaran, bahkan foto korban perlu didiskusikan karena menyangkut Kode Etik Jurnalistik.

Menjadi jurnalis dapat menjadi media narasumber untuk bersuara. Oleh karena itu, ciptakanlah suasana aman dan nyaman dalam proses liputan. Wawancara yang tidak fokus pada topik alias kemana-kemana akan membuat jalannya liputan terhambat dan rasa tidak nyaman untuk narasumber.

Baca Juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan Momentum Perdamaian Suporter

Penyusunan Laporan

Restu menyebutkan kutipan dari Jina Moore bahwa tanpa tujuan yang jelas, jurnalisme trauma hanya akan menjadi sensasi. Penyusunan laporan untuk menarik pembaca dengan kalimat sensasional dan penuh labelisasi bukanlah berita demi khalayak umum. 

“Berita ini menjadi media bagi korban untuk bersuara, jadi jangan menguntungkan diri sendiri dan mengesampingkan trauma korban,” tutur Restu.

Tulisan harus berperspektif pada korban dan mewaspadai risiko jigsaw identification, yaitu detail – detail yang dapat mengungkap identitas penyintas. Oleh karena itu, diperlukan memberi kesempatan pada narasumber untuk review naskah sekaligus untuk memverifikasi data.

Dalam webinar yang berlangsung kurang lebih 2 jam tersebut menyisakan pertanyaan mengenai bagaimana menyajikan berita secara objektif. Mengingat jurnalis memiliki ikatan secara tak langsung dengan narasumber ketika wawancara.

Baca Juga: Kunjungi Univet Sukoharjo, Founder Oppal Kampanye Jurnalisme Positif

“Saya kalau nulis berita mendalam seperti kasus kekerasan seksual seringkali nangis sendiri. Rasa emosional saya sampai ada di tulisan itu,” jawab Restu.

“Tentu ada beberapa poin hasil tulisan saya jadi subjektif karena campur dengan rasa emosional saya. Tapi gunanya editor adalah itu. Mereka membantu dan menyaring hal-hal yang tak perlu,” tambahnya.

Hal yang dapat dilakukan jurnalis setelah perilisan berita adalah tetap mengawal dan memberi bantuan hukum jika perlu kepada narasumber terkait. Karena terkait risiko isu sensitif, akan ada banyak pihak yang berekasi.

Sebagai reporter yang berkecimpung dalam dunia Indepth selama 3 tahun, Restu memberikan pesan kepada seluruh peserta webinar untuk tidak mengikuti arah angin saja. Ada banyak perspektif yang dapat diteliti dan buatlah berita untuk kepentingan masyarakat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya