SOLOPOS.COM - LAMPION NAGA -- Oei Bing Kie tengah mempersiapkan lampion berbentuk naga di rumahnya di Kampung Balong, Sudiroprajan, Jebres, Solo, Rabu (11/1/2012). (JIBI/SOLOPOS/Tika Sekar Arum)

LAMPION NAGA -- Oei Bing Kie tengah mempersiapkan lampion berbentuk naga di rumahnya di Kampung Balong, Sudiroprajan, Jebres, Solo, Rabu (11/1/2012). (JIBI/SOLOPOS/Tika Sekar Arum)

Geliat perayaan tahun baru masyarakat Tionghoa alias Imlek mulai terasa. Meski Imlek baru dirayakan tepat pada Senin (23/1/2012) mendatang, masyarakat mulai sibuk. Di kawasan Pasar Gede misalnya, puluhan lampion berwarna merah berbentuk bulat telah menghiasi udara. Di depan pasar, samping kanan serta kiri, suasana sangat meriah. Imlek memang nyaris tak bisa dipisahkan dari lampion. Bentuknya yang bulat, warna merah menyala, dan bersinar terang di malam hari sangat menarik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak hanya di Pasar Gede, kesibukan juga terasa di rumah masyarakat Tionghoa. Salah satunya rumah Oei Bing Kie alias B Sugiharto. Rumah warga Kampung Balong, Sudiroprajan ini dipenuhi kerangka bambu, kain parasut, dan aneka cat yang siap digunakan untuk membuat lampion. Ya, sosok pria 51 tahun ini telah lama dikenal sebagai pembuat lampion. Dari tangannya macam ragam lampion tercipta. Mulai bentuk bulat yang paling umum, hingga bentuk binatang yang mewakili karakter tahun masyarakat Tionghoa.

Khusus Imlek kali ini, dia menerima pesanan sebuah lampion raksasa berbentuk naga. Lampion sepanjang lima meter ini masih dalam proses pembuatan. “Membuat kepala naga saja butuh waktu lima hari, belum yang lain. Bisa makan waktu lebih dari 10 hari. Makanya harganya juga mahal,” ujar Oei Bing saat dijumpai, Rabu (11/1/2012).

Untuk mendapatkan sebuah lampion naga sepanjang 5 meter, pemesan harus mengeluarkan tak kurang Rp3,5 juta. Cukup mahal. Namun, menurut Oei Bing harga lampion itu sebanding dengan kerumitan dan hasil produk. Untuk membuat lampion naga, terlebih dahulu Oei Bing harus membuat kerangka dari bambu. Bambu dibentuk seperti keranjang yang sangat renggang.

Bagian kepala paling sulit sebab membutuhkan puluhan bambu berukuran kecil dan dirangkai dengan bagian detail yang rumit. Bambu-bambu tersebut dikaitkan satu sama lain menggunakan kertas merang putih, tanpa lem tanpa paku.
Setelah rangka rampung, giliran memasang lampu. Bukan sembarang lampu yang dipakai. Oei Bing menggunakan aneka lampu hias. Khusus di bagian sungut dia sengaja memasang lampu warna-warni yang bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Di bagian mata, Oei Bing memilih lampu yang kadang menyala kadang padam dan bisa berubah warna. Lampu macam ini memberi kesan mata naga yang berkedip dan berbinar seakan memandang pada siapa saja yang melihatnya.

Selanjutnya, mantan Ketua Seksi Kesenian dan Kebudayaan LPMK Sudiroprajan ini menutup rangka dengan kain parasit. Kain ini dipilih lantaran anti air dan mudah dicari. “Di Pasar Klewer ada banyak,” kata Oei Bing. Kain yang telah disematkan menyelimuti kerangka lantas diwarnai dengan pola sesuai keinginan. Karena Oei Bing membuat naga maka dia pun harus menggambar sisik di permukaan kain parasit berwarna kuning. Dia juga membubuhkan warna merah di atas sisik.

Meski baru setengah jadi, sudah terlihat betapa indahnya lampion naga Rp 3,5 juta ini saat dipasang. Tak hanya lampion naga, Imlek tahun ini Oei Bing juga menerima pesanan lampion bentuk tulisan China yang berarti selamat tahun baru. Oei Bing harus berkreasi dengan rangka bambu, lampu dan kain, agar tulisan tersebut indah dipandang.

JIBI/SOLOPOS/Tika Sekar Arum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya