SOLOPOS.COM - Anggota TNI dan Dishubkominfo Solo, berjaga saat penerapan sistem satu arah pada hari pertama di simpang tiga Purwosari, Laweyan, Solo, Kamis (17/3/2016). Sistem satu arah tersebut diterapkan pada tiga ruas jalan secara serentak di Jl. dr. Radjiman, Jl. KH. Agus Salim, dan Jl. Perintis Kemerdekaan, untuk menekan angka kecelakaan serta meningkatkan minat warga menggunakan angkutan umum massal. (Ivanovic A/JIBI/Solopos)

Lalu lintas Solo, akademisi menilai perlu simulasi SSA sebelum diterapkan.

Solopos.com, SOLO–Kalangan pengamat transportasi mencermati penerapan kebijakan jalan searah lanjutan butuh persiapan kajian menyeluruh yang matang. Salah satu materi kajian yang bisa disiapkan adalah simulasi dampak kebijakan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengamat transportasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr Eng Ir Syafii MT, mengemukakan sebelum resmi diberlakukan uji coba jalan searah di Jl. Slamet Riyadi Purwosari-Gendengan, pemerintah bisa membuat simulasi sebagai bahan kajian.

“Dampak kebijakan jalan searah bisa diestimasi melalui sistem modeling resmi atau simulasi. Dari sana bisa dipantau dampak rekayasa lalu lintas ke wilayah sekitar seperti apa. Hasil simulasi ini bisa menjadi fakta riil untuk bahan kajian kondisi lalu lintas sehingga ada perkiraan pasti,” terang Syafii saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (16/5/2016).

Syafii mengatakan tujuan utama manajemen rekayasa lalu lintas diarahkan untuk kepentingan mengurangi kemacetan dan menekan angka kecelakaan lalu lintas. Meskipun demikian, aspek lain seperti dampak sosial dan ekonomi juga wajib dipertimbangkan.

“Kebijakan lalu lintas itu tidak bisa dilihat secara sektoral. Harus dilihat juga titik lain secara sistemik. Kalau sudah diterapkan, ada penambahan di ruas jalan lain jangan terlalu signifikan. Ketika ada gejolak pertumbuhan ekonomi yang signifikan, juga harus diperhatikan. Saya kira pemerintah perlu membuka hasil evaluasinya apakah tujuan sudah tercapai atau belum dan perlu penyempurnaan,” jelasnya.

Senada dengan Syafii, pengamat transportasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Nurul Hidayati, ST, MT, Ph.D, menyatakan penerapan kebijakan jalan searah membutuhkan kajian komprehensif. “Kajian menyeluruh harus disiapkan sebelum menerapkan kebijakan jalan searah lanjutan. Bukan hanya aspek kinerja jalannya saja. Tapi aspek sosial dan ekonomi juga tetap diperhatikan. Butuh kajian multidisiplin,” katanya.

Nurul menyampaikan kajian dan monitoring yang dilakukan pemerintah diharapkan tidak hanya menjangkau wilayah seputar yang terdampak langsung. “Kajian dan evaluasi tidak bisa satu spot. Tapi harus dilihat secara luas. Dampak makronya seperti apa. Karena transportasi ini pada dasarnya sistem jaringan,” bebernya.

Menurut Nurul, UMS juga siap dilibatkan membantu pemerintah untuk membuat kajian rekayasa lalu lintas. “Kami siap namun sampai sekarang memang belum diminta. Meski demikian, mahasiswa UMS sudah ada yang kami arahkan meneliti wilayah Jl. Agus Salim, Purwosari, simpang tiga Faroka, sampai ke SPBU Manahan. Survei sedang berjalan, belum sampai tahap analisis,” ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo bakal menerapkan sistem manajemen rekayasa lalu lintas jalan searah di ruas jalan Slamet Riyadi mulai Purwosari-Gendengan. Kebijakan tersebut bakal ditetapkan sebelum Lebaran untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas pada arus mudik tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya