SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, JAKARTA–Kurs rupiah ditutup melemah pada penutupan perdagangan di awal pekan, Senin (13/6/2022).

Pelemahan ini juga diikuti mayoritas mata uang di kawasan Asia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,89% atau 129 poin sehingga parkir di posisi Rp14.682,00 per dolar AS.

Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.05 WIB terpantau menguat 0,5490 poin atau 0,53% ke level 104,6970.

Sementara itu, mata uang lain won Korea Selatan terpantau memimpin pelemahan di kawasan Asia dengan anjlok 1,24% terhadap dolar AS dan di posisi berikutnya adalah rupiah.

Baca Juga: Kurs Rupiah di BRI, BNI, Mandiri, dan BCA, Senin (13/6/2022)

Selain itu, peso Filipina terpantau turun 0,60%, dolar Taiwan turun 0,58%, yuan China turun 0,42%, ringgit Malaysia dan rupee India yang sama-sama turun 0,39% terhadap dolar AS.

Sebelumnya Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian dikutip Senin (13/6/2022), memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah akan ditutup melemah pada perdagangan hari ini.

Dia menyebutkan bank sentral AS pekan ini akan mengumumkan kenaikan suku bunga 50 basis poin kedua dari tiga kali berturut-turut, yang telah mendorong lonjakan dolar dalam beberapa bulan terakhir.

Dari sisi internal, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/ Bappenas) menilai perekonomian Indonesia perlu tumbuh 5,7% per tahun agar Indonesia dapat menjadi negara maju pada 2045, sebelum 100 tahun kemerdekaan.

“Hasil exercise kami menunjukkan apabila sepanjang 2022 sampai 2045 kita bisa tumbuh berkisar 5,7%, kita bisa mencapai negara berpendapatan tinggi di 2043,” mengutip Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti.

Baca Juga: Kurs Rupiah di BRI, BNI, Mandiri, dan BCA, Kamis (9/6/2022)

Untuk itu, pemerintah memandang Indonesia memerlukan proses pengembangan industri pengolahan dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi.

Pada 2021 saja industri pengolahan yang tumbuh 3,39% year on year (yoy) menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi yakni mencapai 0,70 dari total pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 yang sebesar 3,69%.

“Diperlukan ekosistem dengan regulasi yang kondusif, kesempatan berusaha untuk terus tumbuh dan berkembang, ketersediaan sumber daya yang mencukupi, dukungan investasi dan usaha yang sehat, serta tentunya ketersediaan sumber daya manusia industri atau talent,” ungkapnya.

Adapun, sebelum pandemi Covid-19, Bappenas memperkirakan Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah pada 2036 dengan pertumbuhan ekonomi setidaknya 5,7% per tahun sejak 2015.

Hanya target Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2036 harus tertunda karena penyebaran pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi terkontraksi pada 2020.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Pasar Nantikan The Fed, Rupiah Ditutup Melemah Hari Ini

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya