SOLOPOS.COM - KUNJUNGAN TURIS ASING

Kurs rupiah yang rendah selama beberapa bulan terakhir justru membuat kunjungan wisatawan asing naik.

Solopos.com, JAKARTA — Rendahnya nilai tukar (kurs) rupiah saat ini berpotensi meningkatkan minat wisatawan asing untuk menuju ke Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Pariwisata Esti Reko Astuti mengatakan dampak depresiasi rupiah menjadi salah satu pendukung kenaikan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang naik empat persen pada periode Januari–Februari 2015 dibanding periode yang sama tahun lalu.

“Februari bahkan hampir 12% untuk kenaikan inbound-nya. Tetapi dengan target yang diberikan, seharusnya dua digit memang, karena kitapunya potensi domestik yang luar biasa,” kata Esti pada pembukaan acara Garuda Travel Fair 2015 di Jakarta Convention Center, Jumat (3/4/2015).

Dengan depresiasi rupiah, sambungnya, wisata ke Indonesia bagi turis asing menjadi lebih murah. Namun, hal tersebut tidak serta merta meningkatkan angka kunjungan secara signifikan. Musim berlibur pada masing-masing negara ikut berpengaruh pada pilihan para turis untuk melakukan perjalanan.

Sementara itu, lama waktu promosi juga menjadi faktor tambahan. Sayangnya, untuk masalah promosi tersebut seringkali terkendala proses pengeluaran budget yang tidak bisa dirilis secara cepat.

Sisi positifnya, kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah seperti upaya free visa dan fasilitas lainnya baik di bandara maupun di sektor imigrasi diharapkan akan mendukung peningkatan kunjungan wisatawan asing tersebut.

Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan dengan adanya depresiasi rupiah, ada peluang yang cukup bagus untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan stakeholder lainnya untuk meningkatkan minat turis luar untuk datang ke Indonesia.

“Garuda punya kapasitas deployment kursi sekitar 6,5 juta dari inbound internasional ke Indonesia bolak-balik, kalau ditambah bebas visa ke 45 negara itu akan sangat mestimulus permintaan dari internasional ke Indonesia,” kata Arif.

Kondisi depresiasi rupiah ditambah dengan kebijakan bebas visa akan menjadikan paket-paket wisata untuk inbound menjadi sangat atraktif. Hal ini membuat wisata ke Indonesia menjadi lebih kompetitif dibanding destinasi-destinasi dunia lainnya.

Menurut Arif, untuk satu kuarter ke depan, hal tersebut paling tidak bisa menstimulasi permintaan yang tinggi di segmen leisure market dari internasional ke Indonesia. Pengembangan rute internasional pun masih sangat diperlukan untuk meningkatkan posisi Indonesia sebagai tujuan destinasi.

Kunjungan ke Luar Negeri

Sementara itu, pertumbuhan yang diharapkan tidak hanya untuk kunjungan wisatawan asing ke Indonesia, tetapi juga sebaliknya dari Indonesia ke luar negeri (outbound). Arif memprediksi secara jangka pendek, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap permintaan penerbangan ke luar negeri.

Kondisi depresiasi rupiah tersebut tidak begitu memberikan pengaruh terhadap kunjungan ke luar negeri karena segmen tersebut didominasi oleh kalangan menengah ke atas, tetapi lebih banyak memberikan pengaruh ke segmen menengah ke bawah.

“Kalau dalam jangka panjang, akan berpengaruh, tapi untuk jangka pendek saya lihat orang sudah melakukan plan perjalanan internasional dari jauh-jauh hari hari juga sebenarnya,” katanya.

Adapun, pihaknya sudah mengkompensasikan kenaikan dolar dengan penurunan harga bahan bakar, sehingga membuat biaya penerbangan masih tetap kompetitif dan bisa dipertimbangkan untuk menarik permintaan perjalanan ke luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya