SOLOPOS.COM - Dirut Badan Otorita Borobudur (BOB) Indah Juanita. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Sinergi dan kolaborasi menjadi kunci pengembangan pariwisata lokal di Jogja dan Jawa Tengah (Jateng).

Solopos.com berkesempatan berbincang dengan Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, Indah Juanita, membahas bagaimana elaborasi sinergi dan kolaborasi ini dalam pengembangan wisata di tiga destinasi pariwisata nasional (DPN) meliputi Jogja-Borobudur, Solo-Sangiran, dan Semarang-Karimunjawa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berikut kutipan wawancaranya.

Bisnis pariwisata tidak hanya memberikan service, tetapi juga value. Bagaimana Anda menggabungkan service dan value di DPN yang Anda kelola?

Setiap lokasi, destinasi, baik atraksi, amenitas, dan aksesbilitas, semua itu harus punya standar. Ketika standarnya bagus, maka orang datang itu senang, terkenang-terkenang terus dan ingin datang lagi. Ada nilai-nilai yang turis-turis itu bisa bawa. Sapta pesona itu luar biasa sehingga meningkatkan nilai apa yang dilihat dan apa yang dibawa.

Baca Juga: Waduh! Anji Membeli Ganja Secara Online dari AS

Bagi masyarakat, dia merasakan saya harus bisa meningkatkan nilai dengan memberikan service yang lebih baik dengan standar jelas. Misal, kamar mandi bersih, ramah, CHSE benar, tempat makan luas.

Bagiamana kami menyiapkan itu? Kami menambah rasa nilai untuk menyiapkan semua fasiltas itu dengan sebaik-baiknya.

Saat pandemi seperti ini ada standar yang mungkin terganggu karena beban biaya makin tinggi. Bagiamana Anda mengatasi hal ini?

Saya lebih suka membagikan aura positif. Aura optimisme. Kami melakukan banyak bimbingan teknis ke beberapa titik destinasi [pariwisata di Jogja dan Jateng]. Sebetulnya ini agar mereka pahami bahwa standar yang dibutuhkan adalah seperti ini. Apabila dibuka, mereka siap.

Tidak hanya sekadar siap. Tapi bisa menularkan ke tetangga kiri kanan sesama pengelola destinasi wisata lain sehingga lebih bernilai lagi.

Kami pun melakukan bimbingan teknis secara berkelanjutan. Berkelanjutan itu begini. Ketika salah satu bimbingan misalnya videografi, fotografi, narasi.

Mereka dibimbing meski dengan peralatan seadanya seperti ponsel, tapi tetap bisa berproduksi dengan baik.

Baca Juga: Tak Hanya Ronaldo, Pemain Italia Locatelli Juga Singkirkan Coca Cola

Kami bimbing mereka 3-4 hari. Tapi evaluasi dan monitorongnya berminggu-minggu. Kami berharap mereka punya anggota lagi dengan mengajari temannya.

Jadi dari waktu ke waktu semakin banyak yang mampu memanfaatkan gadget-nya secara optimal.

Kalau CHSE, kami memberikan pembinaan mulai dari caring capacity, visitor management, dan lainnya. Misal ada yang bergejala itu harus dipisahkan. Gak boleh panik. Mereka bisa menangani dan enggak menyebar.

Paling utama adalah sinergi karena berkaitan dengan berbagai lini. Contoh event. Desa sini bikin kegiatan ini. Desa yang lain juga sama. Tapi kalau event-nya sendiri-sendiri apakah mau datang jauh-jauh dari Semarang, Jakarta hanya untuk satu event? Pengennya kan ada runtutannya.

Maka kami buat panduan travel pattern se-Joglosemar [Jogja Solo Semarang]. Jadi bagaimana acaranya supaya pengunjung mau ke desa, sampai di sana supaya dari pagi berangkat. Paling di desa itu cuma dua jam lalu kulineran lalu belanja. Lalu capai menginap di mana.

Baca Juga: Pasangan Tak Resmi di Sukoharjo Diciduk di Sawah, Polisi Temukan Kondom

Nanti bangun pagi sepedaan muter-muter, capai balik lagi ganti baju. Terus datang ke event lain lagi. Wisata seperti ini kalau dengan tema event.

Kita kembangkan terus tema-tema wisata, aagr wisatawan bisa memilih variasi tema wisata yang diminati.

Tapi bisa juga misalnya ke Joglosemar mau melihat semua goa. Misal mulai dari Goa Pindul. Sehari paling dua goa. Padahal masih ada enam goa lagi.

Di sana butuh penginapan. Kuliner pasti hidup dan lainnya.

Apa strategi lainnya yang diperkuat?

Promosi harus digalakkan. Ketika ada teman yang minta tolong dititipi info mengenai akomodasi dimasukkan ke kementerian. Maka, dengan senang hati kita bantu.

Nanti di Joglosemar ini harus siap. Enggak hanya Work From Bali. Someday ada juga Work From Jogja, Work From Jateng. Itu kan harus terinfokan dengan baik.



Baca Juga: Ini Dia 10 SMA Negeri Terbaik di Kota Semarang

Setiap pelaku pariwisata [di Jogja dan Jateng] juga perlu memanfaatkan komunitas. Kita mau mengadakan duathlon sekitar 150 orang dari Jogja ke Borobudur. Efek dominonya luar biasa. Mereka pasti menginap di Jogja dulu. Semalam pasti makan di mana-mana. Nanti landing di Borobudur.

Sekarang ini lagi latihan bikin event ceritanya. Nanti komunitas ini bisa juga bikin rute Jogja-Solo. Rutenya lewat mana. Komunitas inilah yang perlu kami berdayakan sehingga semakin banyak destinasi yang tersentuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya