SOLOPOS.COM - Psikolog Adelina Anastasia saat kuliah umum UKSW (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA – Kuliah Umum MKU Pendidikan Agama (Kristen) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengusung tema, “Olah Spiritual sebagai Upaya Adaptif dan Produktif di Masa Pandemi Covid-19.”

Kuliah umum UKSW tersebut diselenggarakan secara virtual melalui platform zoom meeting. Ada empat narasumber yang merupakan praktisi dan perwakilan dari beberapa perspektif agama hadir dalam kegiatan ini.

Mereka adalah Afifah Ahmad (Perspektif Islam), Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D (Perspektif Kong Hu Cu). Kemudian Pdt. Simon Julianto, M.Si (Perspektif Kristen Protestan), serta praktisi psikologi Adelina Anastasia A., S.Si., S.Psi. Keempatnya sekaligus mewakili realitas identitas 423 mahasiswa pesert yang terlibat dalam kuliah umum ini.

Baca juga: Canggih! UKSW Kembangkan Teknologi Pembelajaran AVR, Perusahaan Silicon Valley Digandeng

Pdt. Waluyo, M.Si., selaku koordinator kuliah umum UKSW menyebut olah spiritual menjadi elemen penting yang sepatutnya dikembangkan setiap manusia. Salah satunya dalam merespons realitas perubahan akibat pandemi Covid-19. Sehingga penyadaran olah spiritual menjadi relevan agar tetap adaptif dan produktif di tengah masa sulit pandemi Covid-19.

“UKSW melalui MKU PAK menyadari tanggung jawab untuk ikut berpartisipasi dalam menolong, membekali dan mengokohkan kapabilitas manusia. Khususnya mahasiswa, dalam menghadapi pandemi Covid-19 beserta segala dampak yang menyertainya. Dengan demikian, citra diri sebagai manusia sejati yang kreatif, tangguh, luwes, peka, percaya diri dan yang berharga tetap dapat dihidupi secara nyata,” imbuhnya.

Baca juga: Pemprov Jateng Kebut Penyaluran Beragam Bansos Rp418,8 M, Ini Perinciannya

Materi Kuliah Umum UKSW

Afifah Ahmad sebagai pembicara pertama menggali pandangan Rumi seorang tokoh Sufi pada abad-13. Menurutnya, pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia menjadi salah satu refleksi cinta Tuhan. Menurutnyam musibah dan segala ketidaknyamanan akan berujung pada kejernihan hati mereka yang mengalaminya.

“Dalam perspektif Islam, musibah dapat membuka pintu rahmat Tuhan. Sehingga manusia menjadi pribadi yang tidak hanya memiliki kesadaran diri tapi juga kesadaran sosial. Ini penting, karena terkadang manusia akan tersadarkan saat sudah alami penderitaan. Saat terjadi pandemi kita mulai sadari hal-hal kecil yang mungkin tidak pernah kita anggap keberadaannya,” imbuh Afifah yang mengutip dari karya Rumi berjudul, Matsnawi Maknawi, Jilid 4, bait 105-108 tersebut.

Kuliah Umum UKSW
Afifah Ahmad berbicara di kuliah umum UKSW (Istimewa)

Baca juga: Tiga Pembicara Berbagi Dunia Kehumasan untuk Mahasiswa UKSW

Pembicara lain kuliah umum UKS, Chandra Setiawan menyebut ada tiga ajaran kasih dalam agama Khong Hu Cu yang disebut juga sebagai Tri Pusaka. Yakni kebijaksanaan, cinta kasih dan berani. Jika seorang mampu melakukan hal tersebut maka dapat memiliki kemampuan untuk adaptif dan produktif di tengah pandemi.

Dirinya memberikan contoh bahwa perilaku adaptif dapat diwujudkan dalam bentuk kepatuhan terhadap protokol kesehatan. “Sebagai mahasiswa, rekan-rekan dapat melakukan hal-hal positif selama pandemi. Seperti aktif mengikuti perkuliahan, mencari kesempatan magang dan kerja sampingan. Istirahat dengan cukup, mengasah minat dan kemampuan, dan lainnya. Hal ini bertujuan agar ada keseimbangan hidup sesuai konsep Yin Yang. Jangan hanya melihat sisi negatif dari pandemi ini,” tuturnya.

Penutup Kuliah Umum UKSW

Adapun Pdt. Simon Julianto menekankan pada melekatnya spiritualitas Kristen pada diri manusia dan sifatnya adaptif. Ketika seseorang menghidupi spritual itas Kristen, maka menurut Ketua YAKKUM ini akan akan secara otomatis mereka berlaku konstruktif. Spiritualitas kristen itu sendiri terdiri dari tiga unsur kekristenan. Yakni serangkaian keyakinan, serangkaian nilai, dan cara hidup.

Menutup kuliah umum UKSW yang dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Teologi UKSW, Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS., Ph.D., hadir praktisi di bidang psikologi yakni Adelina Anastasia. Secara praktis, Adelina membahas mengenai olah spiritualitas. Yang disebutnya sebagai coping spiritual sebagai cara untuk menyesuaikan diri dengan situasi pandemic Covid-19.

Cara ini menurutnya dapat membuat seseorang bertahan dan bisa bekerja dan tetap melakuan aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya. “Secara umum coping spiritual dapat dipahami sebagai sebuah teknik untuk berdamai dan nyaman. Baik dengan diri sendiri, orang lain, alam atau lingkungan dan Tuhan. Namun terlebih dahulu seseorang harus memegang filosofi dan ajaran agamanya agar kuat secara mental. Semua prakteknya telah ada dalam pengajaran agama yakni melalui doa, ayat suci, pujian, dan afirmasi,” pungkasnya.

 

 

Rekomendasi
Berita Lainnya