SOLOPOS.COM - Gunungan kue sengkulun dalam peresmian kue tersebut sebagai ikon jajanan Pasar Pundensari, Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, Minggu (11/4/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN -- Pasar Pundensari di Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, pada Minggu (11/4/2021) tepat berusia dua tahun. Untuk memperingatinya, pengelola pasar meresmikan kue sengkulun menjadi jajanan khas Desa Wisata Gunungsari.

Dalam peluncuran kue sengkulun jadi jajanan khas ini ditandai dengan kirab gunungan sengkulun di area Pasar Wisata Pundensari. Jajanan khas Jawa yang kini sudah jarang ditemui itu kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung pasar tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Gunungan yang berisi jajanan yang terbuat dari tepung beras ketan putih dan kelapa parut itu langsung ludes dalam sekejap. Jajanan jadul ini memiliki cita rasa manis dan gurih.

Ketua Pokdarwis Gunungsari, Bernadi Sabit Dangin, mengatakan kue sengkulun ini dijadikan jajanan khas Desa Wisata Gunungsari. Selain menjadi ikon jajanan desa, ini sekaligus bertujuan untuk melestarikan kembali jajanan tradisional di tengah masyarakat.

Baca Juga: Unik! Pasar Pundensari Madiun Sajikan Kuliner Jadul dan Gunakan Uang Bambu

“Kue sengkulun ini menurut literasi, sudah ada sejak tahun 1500 M. Ini termasuk kue kuno. Makanya kami ingin melestarikannya lagi. Kami bikin jadi ikon jajanan di desa wisata,” ujar dia.

Bernad menuturkan banyak rintangan yang telah dilalui oleh pengelola dan pedagang pasar Pundensari selama dua tahun ini. Dia mengingat tujuan dibentuknya Pasar Pundensari ini adalah sebagai wadah untuk memberdayakan masyarakat Desa Gunungsari. Selain itu, juga untuk memanfaatkan bangunan milik pemerintah desa setempat.

“Jadi awalnya kami melihat ada bangunan desa di kawasan ini, yang hanya digunakan dua kali dalam setahun. Kan eman, kalau gedung yang sudah dibangun dengan anggaran besar cuma dimanfaatkan terbatas. Kemudian tercetus ide pembuatan pasar itu,” jelas Bernad.

Konsep Tradisional

Awalnya, Pasar Pundensari tidak sebagus seperti sekarang dengan kawasan yang telah tertata rapi. Tetapi, dahulu hanya disediakan meja-meja untuk berjualan para pedagang. Sejak awal memang konsepnya pasar jadul dengan menjual beragam kuliner tradisional.

Baca Juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja: Wedangan, Ngopi, Kulineran Malam di Solo

Lambat laun akhirnya pasar ini bisa berkembang dan kini sudah tertata rapi. Pria ini mengaku sangat optimistis terkait pengembangan dan eksistensi Pasar Pundensari ini. Terlebih saat ini masyarakat justru tertarik dengan konsep-konsep tradisional seperti yang disajikan dalam pasar wisata ini.

Pengunjung Pasar Pundensari tidak hanya dari warga Madiun, tetapi dari luar daerah juga banyak yang tertarik untuk mencoba menikmati suasana bersantap kuliner berbeda.

Seorang penjual di Pasar Pundensari, Endang Sulastri, mengaku sangat senang bisa menjadi bagian dari Pasar Pundensari. Dia menjual nasi brokohan yang merupakan kuliner khas warga Madiun. Endang mengaku dalam sekali berjualan bisa menghabiskan beras hingga tujuh kilogram.

Baca Juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja: Berburu Kuliner Langka di Pasar Gede, Murah & Wareg Polll!

“Kemarin pas ada pembatasan kegiatan karena Covid-19 sempat libur dua bulan, ini baru mulai berjualan tiga pekan,” ujar dia.

Endang berharap Pasar Pundensari bisa semakin dikenal masyarakat dan semakin banyak pengunjung yang datang. Sehingga pasar ini bisa menjadi sumber penghasilan warga Desa Gunungsari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya