SOLOPOS.COM - Petugas melayani pembelian pertalite di SPBU Nglangon, Sragen, Jumat (8/4/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Rencana pemerintah menggunakan aplikasi MyPertamina sebagai upaya pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, pertalite dan solar, dinilai menjauhkan subsidi dari rakyat. Subsidi BBM itu diberikan kepada rakyat tetapi dengan aplikasi itu justru menyulitkan rakyat, khususnya petani.

Penilaian itu disampaikan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, saat dihubungi Espos, Jumat (3/6/2022) malam. Suratno menerangkan sasaran subsidi itu sebenarnya rakyat kecil, seperti petani.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dengan keharusan memakai aplikasi MyPertamina untuk membeli BBM bersubsidi itu justru menyulitkan petani. Pasalnya, petani di Indonesia itu mayoritas bukanlah milenial tetapi orang yang sudah tua dan gagap teknologi.

Suratno menyebut ada ironi dalam kebijakan membatasi penggunaan BBM bersubsidi yang seharusnya untuk rakyat kecil. Selama ini masyarakat kecil seperti petani kerap kesulitan untuk mendapatkan BBM bersubsidi. Baik itu karena persyaratan yang menyulitkan atau jauhnya lokasi penjualan BBM bersubsidi.

Baca Juga: Beli BBM Pakai Aplikasi MyPertamina? Pikirkan yang Tidak Punya Ponsel

Dia mempertanyaka siapa sebenarnya yang menikmati BBM bersubsidi itu. “Bila aplikasi itu benar diterapkan maka yang menikmati BBM bersubsidi itu hanya mereka yang paham tentang operasional aplikasi itu. Mereka yang memiliki mobil, bukan orang kecil atau petani yang sebenarnya ponsel saja tidak punya. Bagi masyarakat umum pun kesulitan karena harus mengakses aplikasi itu,” sambung Suratno.

Dia mengatakan mestinya pemerintah itu mencari solusi bagaimana subsidi itu tepat sasaran dengan mendekatkan pelayanan BBM bersubsidi ke rakyat kecil. Dia mengatakan BBM bersubsidi hanya dijual di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang letakknya di pinggir jalan besar. Sementara posisi petani berada di perdesaan. Ketika ada Pertashop hadir di desa-desa, ujar dia, ternyata tidak boleh menjual BBM bersubsidi.

“Ini kebijakan aneh. Kalau ingin mendekatkan pelayanan BBM bersubsidi ke rakyat, mestinya Pertashop yang ada di pedesaan itu dibolehkan menjual pertalite dan solar. Kalau memang kesulitan mengawasi barang subsidi, lebih baik subsidi BBM dicabut dan dialihkan ke subsidi tunai kepada sasaran yang tepat,” usulnya.

Baca Juga: Beli Pertalite dengan MyPertamina, Memang Boleh Main Ponsel di SPBU?

Suratno berharap sosialisasi pembatasan BBM bersubsidi itu sampai ke petani dengan cara dialog. Dia mengatakan petani siap berdiskusi agar BBM bersubsidi itu tepat sasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya