SOLOPOS.COM - Warga memilih pakaian impor bekas atau awul-awul yang dijual di Pasar Klitikan Notoharjo, Semanggi, Solo, Selasa (28/7/2015). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pernyataan pengusaha batik tulis yang juga anggota Hipmi Solo, NR Kurnia Sari, yang mengkritik pelaksanaan pameran thrift atau awul-awul impor di Sport Hall Terminal Tirtonadi, Solo, memancing pro dan kontra.

Sikap warganet terbelah antara yang mendukung pameran thrift di Tirtonadi Solo dengan yang mendukung pandangan dari Kurnia Sari. Berbagai komentar mereka cukup menarik untuk dicermati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti komentar-komentar warganet di akun media sosial Facebook Solopos.com, Senin-Selasa (20-21/12/2021). Warganet seolah terbelah dua dalam menyikapi fenomena thrifting atau awul-awul yang marak belakangan ini.

Pengguna akun Facebook @Esturini Sasmitowati berkomentar mendukung fenomena thrifting. Ia berkomentar, “Sombong kali bu..rakyat kecil klo bisanya cuma beli baju dr awul” ya gpp bu disyukuri aja…barang awul’ jg bagus” kok …,”.

Baca Juga: Setelah Dikritik, Awul-awul di Solo Kini Banjir Dukungan Netizen

Komentar senada @Taka, “Pengusaha ngapain ngurusi awul awul, peminat awul awul juga bukan dari kalangan sampean,”. Komentar itu mendapat respons dari @Nugroho Tri Sutrisno, “@Taka Takut kalah saing,”.

Sementara itu, @Deni Fernanda berkomentar, “Rasah kemayu bu…kui yo golek pangan .,”. Komentar menggelitik lain tentang kritikan terhadap pameran awul-awul di Tirtonadi Solo datang dari @Micky Dinamo Semanggi, “Mungkin yg kritik gk pernah merasakan hidup dengan uang pas pasan,”.

Mencintai Produk dalam Negeri

Dari kubu yang mendukung kritikan Kurnia Sari, ada pengguna akun @E.N. Ardianty yang menyatakan sependapat dengan komentar pengusaha yang pernah menjadi anggota DPRD Solo itu dan menyebut produk thrift adalah sampah di negara asalnya.

Baca Juga: Pameran Awul-Awul Dikritik, Jawaban Pengelola Tirtonadi Solo Makjleb!

“Tapi ada benernya loh gais, usaha thrifting itu belinya dari luar negeri, dan di luar negeri tu udah termasuk sampah, Nah kalo usaha thrift mulai marak, sampah sampah baju bekas itu bakal di ekspor ke Indonesia di mana negara itu keenakan soalnya sampahnya berkurang. Iya kalo laku semua, soalnya dalam satu pack gede gak semua bisa dijual lagi, jadi sisanya mau gak mau juga pasti dibuang kan. Tapi beda kalo baju thrif nya dari Indonesia, alias preloved gitu, itu malah bagus ngurangin limbah,” tulisnya.

Pengguna akun @Ingku Triyono juga mengajak untuk mencintai produk dalam negeri, “Cintai produk dalam negeri. Angkat produk lokal, mangga mas wali difasilitasi, siapa yg mau pakai produk dalam negeri. Semangat mbak, terus berinovasi agar generasi muda cinta produk lokal, bukan sisa luar negeri,”.

Dukungan untuk Kurnia Sari juga datang dari @Indah Indah, “Setuju banget. Jual barang preloved sebetulnya tdk masalah. Tp buka lapak di pameran resmi dr pemkot rasanga kurang pas konsepnya. Lbh baik memperkenalkan kreasi pengrajin lokal.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya