SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, SOLO–Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) awal tahun ini menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Hal tersebut karena adanya aturan terkait harga baru rumah bersubsidi belum keluar.

Branch Manager (BM) Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Solo, RR. Anggarani, menuturkan dana pembangunan rumah yang disalurkan kepada pengembang baru cari awal tahun ini. Pengembang pun menurut Rani, panggilan akrabnya, saat ini masih menyelesaikan pembangunan rumah subsidi sehingga belum banyak realisasi penjualan di dua bulan pertama ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Apalagi aturan loan to value [LTV] yang berlaku sejak September lalu mengharuskan penjualan rumah baru bisa dilakukan ketika sudah jadi. Oleh karena itu, realisasi KPR FLPP semakin minim,” terang Rani saat ditemui wartawan di Kantor BI Solo, Selasa (18/3/2014).

Kenaikan uang muka kredit untuk rumah kedua, ketiga dan seterusnya juga membuat konsumen menunda pembelian rumah, menunggu hingga uang muka mencukupi untuk pembelian rumah baru. Selain itu, hingga kini aturan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk harga rumah subsidi yang baru, menjadi Rp105 juta juga belum keluar sehingga pengembang pun enggan untuk melepas unitnya.

Meski begitu, Rani mengaku optimistis pada tahun ini bisa menjual 785 unit rumah subsidi. Target tersebut naik 15%-20% dari tahun sebelumnya. Dia merangkan target tersebut dihitung dari jumlah unit yang akan dibangun developer yang sudah menjadi rekanan BTN Syariah selama ini. Rani menyampaikan KPR FLPP yang biasanya dibiayai adalah pembangunan rumah di wilayah Sukoharjo, Karanganyar, Klaten dan Boyolali.

Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Cabang Bank Jateng Syariah Solo, Amrina Rosada. Wanita yang akrab disapa Upik ini menuturkan hingga kini belum ada realisasi penyaluran KPR FLPP. Kepala Seksi (Kasi) Pembiayaan Bank Jateng Syariah, Joko Trihono, menyampaikan belum adanya realisasi tersebut karena aturan pemerintah yang belum jelas mengenai harga baru rumah subsidi.

“Kami menargetkan menyalurkan KPR FLLP untuk 50 unit pada semester satu ini untuk wilayah Solo dan Semarang. Saat ini kami sudah bekerja sama dengan empat developer tapi sampai sekarang belum ada realisasi,” tutur Joko.

Namun untuk KPR non subsidi atau komersil, menurut Joko naik sekitar 20% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Dia menerangkan, rumah yang biasanya dibeli adalah rumah dengan kisaran harga Rp200 juta-Rp700 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya