SOLOPOS.COM - Nadia Shafiana Rahma(Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Kurang  lebih 60.000 santri berpartisipasi dalam Pekan Olahraga dan Seni Nahdlatul Ulama (Porseni NU) di Kota Solo. Ini bagian dari serangkaian gawe apik di Kota Solo dalam beberapa waktu terakhir.

Dimulai dengan peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed Al-Nahyan, tuan rumah muktamar ke-48 Muhammadiyah dan muktamar ke-48 Aisyiyah,  Pekan Olahraga dan Seni Antarpondok Pesantren Tingkat Nasional (Pospenas)  yang diselenggarakan Kementerian Agama  pada 2022, dan awal 2023 ini Kota Solo menjadi tuan rumah Porseni NU.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Masjid Raya Sheikh Zayed dibangun untuk mengembangkan peradaban  Islam  yang rahmatan lil alamin. Muhammadiyah dan NU  adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang menjaga bangsa ini berlandasan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Acara-acara besar di Kota Solo yang terselenggara dengan adem menunjukkan bahwa Kota Solo tak tepat lagi disebut kota sumbu pendek: mudah  retak, mudah berkoflik, mudah mengamuk,  mudah meledak, dan mudah membara.

Warga Kota Solo pasti belajar dari kerusuhan kongsi China-Jawa 1911-1912, kerusuhan buruh kereta api 1923, pergolakan antiswapraja 1946-1950, kerusuhan anti-China 1966 dan 1980, kerusuhan massal dan pembakaran pada 1998, dan berbagai kasus radikalisme keagamaan serta bom bunuh diri yang terasosiasi dengan Kota Solo.

Sumbu pendek sesungguhnya bukan watak orang Solo. Dari perspektif budaya, wong Solo itu halus, ramah, terbuka, toleran, berbudaya tinggi, adiluhung  (Fananie, 2002), atau bersumbu panjang.

Saya terpesona dengan jejak perjalanan Kota Solo dalam hasil penelitian dosen Universias Muhammadiyah Surakarta Qomarun dan dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Budi Prayitno yang berjudul Morfologi Kota Solo Tahun 1500-2000 (2007).

Pada mulanya Kota Solo adalah kota maritim. Lalu lintas utama melalui sungai dengan empat bandar utama, yaitu Bandar Kabanaran di Laweyan, Bandar Pecinan di Kali Pepe, Bandar Arab di Kali Jenes, dan Bandar Nusupan di Semanggi. Pelabuhan besar di tepi Bengawan Solo.

Setelah terjadi pendangkalan anak-anak sungai Bengawan Solo berubahlah Kota Solo dari kota maritim menjadi kota daratan. Nama Solo dibentuk oleh masyarakat kuli (Jawa: soroh bau), pemimpinmya disebut ki soloh atau ki solo atau ki sala. Lambat laun jadilah Solo atau Sala.

Kemanusiaan

Ketika Joko Widodo menjadi Wali Kota Solo, ia menyadari orang Solo itu berwatak nguwongke wong (memanusiakan manusia). Ia ke mana-mana dengan gaya rakyat paling sederhana, ngepit onthel menyapa rakyat, hingga blusukan di mana-mana.

Ketika menertibkan pedagang kaki lima (PKL), dia tidak menggusur dan menggebuk dengan kekerasan, tetapi menghidupkan tradisi komunikasi paling njawani, yaitu jagongan. Setelah berkali-kali kali jagongan, pemindahan PKL disambut suka cita.

Ruang publik taman kota untuk masyarakat bersapa, bersuka, berbisnis dibuka di mana-mana. Jalan-jalan utama kota dalam waktu-waktu tertentu ditutup untuk bersuka ria dalam berbagai bentuk kreativitas, rekreasi, pertunjukan, pementasan, aksi teatrikal, dan perdagangan.

Pengalaman mengelola pemerintahan dan relasi pemimpin dan rakyat dengan budaya lama yang adhiluhung  membuat  Joko Widodo  memiliki rumusan Kota Solo masa lalu adalah Kota Solo masa depan. Hari ini, para penerus Joko Widodo dalam   membangun Kota Solo tampak pada jalur yang tepat, tampak nyata   berkelanjutan dan berkesinambungan.

Saya telah mengunjungi berbagai kota di Indonesia dan kota-kota lain di luar negeri. Penilaian saya, Kota Solo adalah salah satu kota terbaik yang terus bertumbuh. Satu atau dua tahun ke depan, saya membayangkan Kota Solo benar-benar serasa surga.

Pemimpin kota egaliter-manusiawi, masyarakatnya tumbuh sejahtera dengan kerja keras. Dari kota sumbu pendek menjadi kota sumbu panjang; tepa slira, moderat, welas asih.

Memiliki Masjid Raya Sheikh Zayed  dengan pengelolaan di bawah kepemimpinan dua ulama besar Kota Solo, K.H. Abdul Rozaq Shofawi dan K.H. Abdul Karim, merupakan success story  menuju kehidupan masa depan  yang nyata cerah.

Sebagai the spirit of Java, Kota Solo terus merekatkan diri dengan khazanah budaya masa lalu yang berkreasi dan berkoneksi dengan kemajuan zaman. Kini Kota Solo telah bersama  maskot baru Rajamala, tokoh pewayangan yang sakti mandraguna, berdaya tolak bala, dan nguwongke wong.

Ini adalah sosok idaman yang akan membawa Kota Solo pada kontinuitas kehidupan yang maju dan terbuka dalam segala keragaman. Dalam bahasa Gus Dur, yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Dengan kemanusiaan kita akan lembah manah, menerima dan diterima oleh siapa saja.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 16 Januari 2023. Penulis adalah pengurus Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan alumnus KL-YES Program Amerika Serikat 2021-2022)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya