SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (JIBI/Reuters/Dok.)

Kota Layak Anak yang dicanangkan Solo terganjal dengan adanya 9 ADHA telantar dan ditolak warga.

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo khawatir persoalan sembilan anak dengan HIV/AIDS (ADHA) bakal mengganjal target Solo menyandang Kota Layak Anak (KLA).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjabat (Pj.) Wali Kota Solo Budi Suharto ketika dijumpai wartawan di Balai Kota Solo, Minggu (13/12/2015), mengakui sembilan ADHA yang telantar hingga penolakan di lingkungan warga, mencoreng Solo yang telah lama mencanangkan KLA.

Apalagi Pemkot tinggal selangkah lagi untuk meraih target KLA. Saat ini, Pemkot tengah mengejar predikat utama sebelum ditetapkan sebagai KLA.

Ada lima tahapan peringkat sebuah kota/kabupaten bisa ditetapkan sebagai kota layak anak. Lima tahapan itu dimulai pratama, madya, nindya, utama dan KLA. Sementara Solo masih dalam tahapan nindya.

“Penyelesaian ADHA menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi kami segera diselesaikan. Ini pun kami akui bisa mengganjal Solo meraih KLA,” kata dia.

Menurut Budi, pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS belum maksimal. Tentunya hal ini menjadi agenda Pemkot ke depan dalam meningkatkan sosialisasi ke masyarakat. Hal ini dinilai pula sejalan dengan target menyandang KLA.

“Jadi jangan sampai ada anak-anak lagi yang telantar, apalagi kalau kami menargetkan KLA,” kata dia.

Yang terpenting, Budi telah memberikan solusi sementara bagi sembilan ADHA tersebut. Pemkot menyiapkan Pondok Boro di Minapadi, Nusukan, Solo sebagai tempat sementara menampung mereka. Budi tak ingin keberadaan anak-anak tersebut telantar.

“Kami masih mencari lokasi permanen. Sementara kami tempatkan di Pondok Boro itu,” kata dia.

Disinggung mengenai penolakan dari penghuni Pondok Boro, Budi mengakui adanya kekhawatiran penghuni yang bakal satu lokasi dengan para ADHA. Menurut Budi, hal ini lagi-lagi karena masih minimnya pemahaman warga akan HIV/AIDS.

Budi menilai pembelajaran masyarakat untuk menerima orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memang sangat tidak mudah. “Jadi wajar ketika ada masyarakat belum bisa menerima ADHA yang akan dipindahkan di Pondok Boro,” kata dia.

Budi mengatakan dibutuhkan treatment khusus bagi penghuni Pondok Boro. Ia akan menyosialisasikan secara mendalam bagi penghuni Pondok Boro yang bakal berdekatan dengan para ODHA.

Pemahaman ini dilakukan agar penghuni mengetahui bagaimana cara penularan HIV/AIDS dan mengantisipasinya. Sehingga diharapkan masyarakat tidak perlu takut hidup berdampingan dengan para ODHA tanpa takut tertular.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Harsoyo Supodo sebelumnya mengaku akan mengoptimalkan sosialisasi ke masyarakat. Hal ini agar masyarakat memahami tentang penyakit HIV/AIDS. Penanggulangan AIDS juga membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah agar pelaksanaannya lebih mantap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya