SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan seksual terhadap remaja (aycu33 webshots)

Solopos.com, SRAGEN-– Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) Sragen meminta para orangtua meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Menyusul tingginya angka kekerasan seksual seperti pencabulan dan pemerkosaan dengan korban yang didominasi anak-anak dan remaja.

Berdasarkan data APPS Sragen sejak 2005 lalu, sebanyak 43% korban Kekerasan Berbasis Gender (KBG) di Kabupaten Sragen dialami oleh anak-anak di bawah umur dengan rata-rata usia 12-14 tahun, sisanya dialami  ibu rumah tangga (IRT). Di luar itu masih banyak lagi KBG yang belum ditangani karena tidak adanya pelaporan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Koordinator APPS Sragen, Sugiyarsi, saat diwawancarai solopos.com, Kamis (16/1/2014), mengatakan tingginya angka pelecehan seksual yang dialami anak-anak dan remaja ini kian mengkhawatirkan. Kasus ini perlu mendapatkan pengawasan ekstra dari pihak orang tua. Pasalnya, selain menjadi korban, banyak juga remaja atau anak-anak yang justru juga menjadi pelaku pelecehan seksual.

Ekspedisi Mudik 2024

“Banyak anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian ekstra dari orang tua. Sehingga mereka menyimpan koleksi video atau gambar porno yang melatarbelakangi terjadinya sejumlah kasus pelecehan ini,” tegasnya.

Data terakhir APPS Sragen menunjukan selain pencabulan dan perkosaan, jumlah KDRT juga mengalami peningkatan. Tahun 2013 lalu misalnya, jumlah KDRT yang ditangani APPS Sragen ialah sebanyak 56 kasus yang kemudian bisa diselesaikan tanpa harus memasuki ranah hukum. Sugiyarsi mengaku mengedepankan pendekatan sosial dan emosial untuk menyelesaikan kasus-kasus rumah tangga tersebut agar hubungan antara suami dan istri kembali harmonis tanpa melibatkan unsur pidana.

Sementara itu, jumlah human trafficking cenderung stabil rendah yaitu hanya sekitar dua kasus yang juga dialami para remaja. Modusnya rata-rata hampir sama,  para korban dijual orang dekat yang berstatus sebagai teman atau pacar. Mereka biasanya dijual ke rekan yang lain dengan imbalan berupa uang maupun barang.

Kendati mengkhawatirkan, Sugiyarsi yang telah mendampingi beberapa kasus KBG itu menguraikan jumlah tindak kekerasan di Kabupaten Sragen fluktuatif. Sejak delapan tahun terakhir, jumlah kasus paling banyak ialah pada 2009, yaitu sekitar 99 kejadian. “Jumlah kasus kekerasan berbasis gender ini selalu berubah-ubah. Tapi,  kami selalu melakukan pendampingan bagi korban agar mendapatkan hak-haknya,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya