SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Siang itu Adi (bukan nama sebenarnya) memilih duduk santai di ruang tunggu kantornya. Setumpuk dokumen ia biarkan berserakan di meja.

“Persaingan usaha di Kota Solo sudah tak sehat,” katanya membuka percakapan, Selasa (17/7). Sebab dari 20 proyek lelang skala kecil di Kota Bengawan hanya diikuti dan dimenangkan tak lebih dari tujuh kontraktor. Syarat lelang yang dia nilai mengada-ada membuat para kontraktor lokal tidak bisa ikut persaingan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bukan hanya tak mampu berkompetisi melalui jalur lelang, Adi menambahkan, untuk melakukan sanggahan kontraktor juga tidak berani. Penyebabnya DPU sering menerapkan nilai jaminan maksimal sementara keuntungan proyek jauh lebih kecil daripada nilai jaminan yang ditetapkan. “Daripada malah rugi ya lebih baik diam saja. Mau bagaimana lagi. Ini yang saya sesalkan, kontraktor lokal di Solo ini bukannya berkembang tapi justru terpinggirkan,” ujar dia.

Terpisah Ketua Gapensi Solo, Setyo Budiyanto mengakui juga mendapat banyak keluhan dari para anggotanya mengenai rumitnya mengikuti proses lelang di Kota Bengawan. “Teman-teman banyak yang mengeluh soal syarat lelang yang mereka nilai terlalu sulit. Karena banyaknya keluhan dari anggota, pekan lalu sengaja kami datangkan orang dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) untuk memberikan penjelasan mengenai isi Perpres 54/2010,” jelasnya.

Sebagai kesimpulan dari pertemuan dengan tokoh dari LKPP tersebut, sambung Budi, kontraktor diminta mengambil sikap berani ketika mengikuti lelang. Artinya apabila dalam sebuah lelang ditemui syarat yang mengada-ada, jangan takut untuk menyanggah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya