SOLOPOS.COM - Objek Wisata Watu Cenik menyuguhkan panorama yang indah, yakni Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang terbentang sangat luas dan perbukitan berselimut tumbuhan berwarna hijau. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) masih mengandalkan program Wonogiri Watershed Conservation atau program konservasi daerah tangkapan air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) dalam mengurangi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo. Dalam perkembangannya, progam tersebut belum berjalan optimal karena sering mengalami kendala anggaran.

Wonogiri Watershed Conservation telah dimulai sejak tahun 2007. Program tersebut diklaim telah berhasil mengurangi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo. Saat ini, BBWSBS memprioritaskan Sungai Keduang karena menjadi penyumbang air terbanyak yang mengisi WGM.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala BBWSBS, Agus Rudyanto, mengatakan, upaya yang dilakukan dalam program konservasi itu mencakup struktural dan nonstruktural. Upaya nonstruktural diwujudkan langkah BBWSBS telah menggandeng 18 desa dalam tahap konservasi. Belasan desa itu tergabung dalam kelompok konservasi tanah dan air (KKTA).

Baca Juga: Konservasi Daerah Tangkapan Air WGM Prioritaskan Sungai Ini

“Mereka kami beri sosialisasi agar paham dan kami beri petunjuk teknis [mencegah laju sedimentasi di sungai], seperti membuat terasering, penggalian plat, dan penanaman pohon,” kata Agus kepada Solopos.com, Selasa (22/3/2022).

Hasil dari kegiatan nonstruktural tersebut, sebanyak tiga desa yang erosi tanah sungainya berkurang 80-100 persen, tiga desa berkurang 50-80 persen, dan 12 desa yang capaian pengurangan erosinya kurang dari 50 persen. Selain upaya nonstruktural, BBWSBS juga telah melakukan upaya struktural, seperti membangun bangunan terjunan, cekdam, talud, lining saluran, gorong-gorong, dan bak kontrol.

Upaya struktural dan nonstruktural yang dilakukan BBWSBS telah memberikan dampak positif. BBWSBS mengklaim jumlah sedimentasi DAS di hulu telah berkurang hingga 8.077 juta ton tanah dari sebelum pengerjaan yang berjumlah 17.279 juta ton tanah. Sesuai data tersebut, diakui pengurangan sedimentasi di sejumlah sungai yang bermuara ke WGM hingga 2021 belum menyentuh jumlah setengahnya. Hal itu disebabkan BBWSBS terkendala anggaran tiap tahunnya.

Baca Juga: Kisah Warga Bantaran Sungai Wiroko Wonogiri, Rumah Kebanjiran 7 Kali

“Setiap tahun sebenarnya sudah dianggarkan maksimal untuk penanganan DAS. Tapi karena keuangan terbatas maka proposal anggaran kami dipotong,” kata Agus.

Agus mengatakan pengikisan anggaran sangat dirasakan saat muncul pandemi Covid-19. Di samping itu, munculnya proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) juga mempengaruhi anggaran di BBWSBS. Pemerintah lebih memfokuskan dua hal tersebut sehingga berdampak pada program konservasi DAS Bengawan Solo.

Ahli Madya Teknik Pengairan BBWSBS, Arlendenovega Satria Negara, mengatakan program Wonogiri Watershed Conservation masih berkonsentrasi di Sungai Keduang karena menjadi penyumbang air terbanyak di WGM (sebanyak 40 persen). Penyumbang air berikutnya, yakni Sungai Tirtomoyo yang mencapai 16 persen.

Baca Juga: Astaga! Sedimentasi di Sungai Wiroko Wonogiri Ternyata Sudah Parah

Wonogiri Watershed Conservation ditujukan memperbaiki kerusakan sungai dalam jangka panjang. DAS hulu yang bermuara ke WGM terdiri atas beberapa sungai, seperti Keduang, Tirtomoyo, Uper Solo, Alang, dan lain-lain. Setiap sungai tersebut memiliki masalah utama, yaitu sedimentasi yang menyebabkan air sungai keruh, dangkal, dan rentan meluap lalu menghadirkan bencana banjir.

“BBWSBS sudah melakukan studinya sejak 2007 dan pelaksanaannya baru mulai dilakukan pada 2009,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya