SOLOPOS.COM - Eyang Subur jadi pembahasan Nahdlatul Ulama (dok)

Eyang Subur jadi pembahasan Nahdlatul Ulama (dok)

SIDOARJO—Poligami yang dilakukan seorang lelaki dengan jumlah istri di luar kelaziman agama Islam sebagaimana dilakukan Eyang Subur menjadi perhatian Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi terbesar umat Islam di Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagaimana diketahui, Eyang Subur mendadak menjadi perhatian publik gara-gara dimusuhi dan dibela sejumlah selebritis Indonesia. Komedian yang mantan penyanyi cilik Adi Bing Slamet yang mengaku pernah jadi murid spiritual Subur menuding lelaki sepuh itu musyrik.

Eyang Subur juga dianggap bersalah karena memiliki delapan orang istri. Sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia, Sabtu (25/5/2013), bekas penjahit yang mengaku memiliki usaha di bidang perfilman itu melepaskan empat dari delapan istrinya.

Perkawinan Eyang Subur dengan delapan perempuan itu, Minggu (2/6/2013), menjadi salah satu pokok bahasan forum Bahsul Masail atau diskusi masalah agama dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Timur yang digelar di Kompleks Pesantren Progresif Bumi Sholawat, Lebo, Sidoarjo.

Konferensi yang digelar sejak Jumat (31/5/2013) itu dihadiri 412 pengurus dari 44 pengurus cabang NU se-Jatim. Selain membahas masalah poligami ala Eyang Subur, forum Bahsul Masail Konferwil NU Jawa Timur itu juga membahas nasib umat muslim Rohingya di Myanmar, penyewaan lahan tebu dengan berbagai cara, puasa bagi pasien gangguan jantung, money laundring, dan kegagalan berangkat umrah.

“Tidak hanya membahas pemilihan pengurus dan tausiyah (rekomendasi), peserta juga melakukan bahsul masail, misalnya tentang kasus pernikahan yang lebih dari aturan agama seperti dilakukan Eyang Subur,” ungkap Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah NU Jatim KHM Mutawakkil Alallah kepada wartawan di Konperwil.

Menurutnya, secara garis besar tiga jenis kajian yang dilakukan forum Bahsul Masail, yakni maudlu’iyah (masalah pemikiran), waqi’iyah (masalah aktual), dan qanuniyah (perundang-undangan yang ada). Tergolong waqi’iyah antara lain dibahas tentang harga jual barang bersubsidi, penyerahan saham atas nama, perbedaan harga karena berbeda hari, makanan dengan penyedap, penguncian atau penyegelan pagar/pintu masjid, dan sebagainya.

”Untuk Bahsul Masail Maudlu’iyah antara lain mengkaji status nasab anak, kekebalan jurnalistik, operasionalisasi maqashidus syariah, baiat dalam pengamalan agama, prinsip Jam’iyah NU, status Dar dan Daulah Indonesia, dasar memilih alternatif kebijakan, dan sebagainya,” katanya.

Sementara masalah qanuniyah yang dikaji antara lain wasiat wajibah, perlindungan pengusaha domestik, sengketa hak asuh anak, sita aset sebagai sanksi tindak pidana, pakta integritas antipoligami, anak luar nikah dan jabatan publik, dan sebagainya.

”Untuk tausiyah (rekomendasi), pengurus NU se-Jatim akan mempertajam masalah perlindungan terhadap ajaran Aswaja di Arab Saudi, nasib umat Islam Rohingya di Myanmar, dan buruh Indonesia yang kurang mendapat perlindungan,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan membahas masalah internal organisasi ke-NU-an, seperti mekanisme musyawarah mufakat atau ahlul halli wal aqdi dalam pemilihan pemimpin dan penggunaan nama dan lambang NU oleh kelompok di luar NU, seperti FKPNU, dan sebagainya.

”Untuk program, peserta juga merumuskan penguatan sumberdaya manusia NU, pengembangan sektor ekonomi NU, penguatan sektor pertanian, nelayan, dan buruh, penguatan sektor pendidikan dan pelayanan kesehatan, dan kepedulian NU terhadap masalah lingkungan dan global warming,” katanya.

Terkait masalah pemilihan pimpinan NU, bursa calon ketua tanfidziyah antara lain KH Mutawakkil Alallah (Ketua PWNU), KH Syaiful Halim (Ketua PCNU Surabaya), Dr KH Abdurrahman Syamsul Arifin atau Gus Aab (Ketua PCNU Jember), dan KH Abdurrahman Usman (mantan Ketua PCNU Jombang).

Untuk bursa Rais Syuriah PW NU Jatim, nama yang mencuat antara lain KHM Miftachul Akhyar (Rais Syurian PW NU Jatim saat ini), KHM Agoes Ali Masyhuri (Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim saat ini), dan KH Idris Marzuki (Lirboyo, Kediri).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya