SOLOPOS.COM - Kegiatan Komunitas Kandang Kebo di Demak Ijo, Sleman, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SLEMAN — Mari berkenalan dengan Komunitas Kandang Kebo, para pecinta sejarah yang berupaya mencari, merawat, dan menghidupi situs-situs tersebar di Indonesia, khususnya DIY dan Jateng.

Komunitas Kandang Kebo lahir pada 2014. Anggota komunitas tersebut sering blusukan mencari arca, benda cagar budaya, makam, dan situs lain. Modal mereka laporan sejarah maupun cerita warga.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Salah satu bentuk laporan sejarah itu berasal dari catatan harian pegawai Belanda yang bertugas di Indonesia. Mereka harus membuat catatan harian berisi kegiatan dan hal-hal yang mereka temukan.

Catatan ini ditulis detail, termasuk apabila menemukan arca dan sejenisnya. Apabila tidak bisa memotret maka akan menggambar bentuk. Laporan itu bisa diakses publik, baik berupa salinan di Indonesia atau sudah diunggah museum-museum di Belanda.

Kegiatan swadaya ini mencoba menguak bahwa masih banyak peninggalan sejarah yang belum tercatat. Komunitas yang terbentuk dari sesama pencinta sejarah di forum Facebook ini awalnya hanya kumpul-kumpul. Anggotanya 16.100 di Facebook hingga saat ini. Kemudian, saat waktu luang, mereka blusukan ke berbagai daerah. Tetapi, hanya 20 orang yang mengikuti blusukan.

Baca Juga : Kisah Penemuan Harta Karun Emas Kuno Wonoboyo di Dekat Tol Solo-Jogja

Selain blusukan, mereka juga menggelar agenda rutin tiga bulanan berupa sehari seminar, sehari blusukan bersama. Pesertanya bisa mencapai 100-150 orang. Semua pendanaan bersumber dari swadaya anggota.

“Bermula dari keprihatinan. Dulu banyak yang suka blusukan tapi belum paham dan sembarangan memperlakukan situs sejarah. Akhirnya kami ajak blusukan mengikuti kaidah arkeologi. Mana yang boleh, mana yang enggak,” kata Pendiri dan Ketua Komunitas Kandang Kebo, Maria Tri Widayati, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (8/11/2022).

Mencari Arca Ganesha

Dosen Pariwisata Politeknik API Yogyakarta ini menyebut banyak situs sejarah yang ditemukan dalam kondisi menyedihkan. Kembali ke catatan harian pegawai Belanda yang bertugas di Indonesia, Komunitas Kandang Kebo mencoba menelusuri satu arca yang berada di Sambirejo, Prambanan, Sleman atau dekat Situs Gupolo.

Upaya pencarian kali pertama tidak berhasil. Penjelajahan tanpa hasil itu berlangsung sekitar setahun. Pencarian dilakukan saat waktu luang. Barulah pada 2018, Kandang Kebo secara serius mencari. Mereka meminta izin pejabat setempat sehingga pencarian semakin intens.

Baca Juga : Gemerlap Silir dari Kandang Kuda Jadi Lokalisasi Terbesar di Solo

Awalnya, lokasi diduga berada di tebing curam. Ada yang menggunakan tali untuk turun ke dasar tebing. Ada juga yang memilih jalan memutar.

“Akhirnya ketemu. Tetapi, kondisinya sudah seperti rumah genderuwo. Kami buka tempat itu sudah banyak ular. [Arca berbentuk Ganesha dengan] bagian kaki dan perut besar banget. Mungkin terbesar di Indonesia untuk Ganesha. Ukuran kaki saja lebih besar dari tubuh kita,” kata Maria.

Saat itu, Maria tidak bisa menceritakan kenikmatan dari kegiatan yang dilakukannya bersama Komunitas Kandang Kebo. Maria merasa ada benang merah yang menghubungkan perasaannya dengan benda peninggalan zaman dahulu setiap kali bersinggungan.

Ditanya tentang nama Komunitas Kandang Kebo, Maria mengakui nama itu tercipta ketika pertemuan yang bermula di bekas kandang kerbau miliknya. Selain itu, kerbau dalam beberapa relief merupakan jelmaan Buddha. Kerban merupakan simbol kearifan dan kerja keras.

Di beberapa daerah, seperti Sunda, Minangkabau, sampai NTT, kerbau juga memiliki tempat yang tinggi. “Hanya di Jawa, kerbau dianggap plonga-plongo [bodoh]. Itu hanya propaganda Belanda. Mungkin kerbau dianggap bodoh, tetapi justru mari belajar bersama,” ujar Maria.

Baca Juga : Jejak Tien Soeharto di Stadion Manahan Solo

Maling Ayam hingga Pencari Pesugihan

Penasihat Komunitas Kandang Kebo, Minta Harsana, menambahkan banyak situs cagar budaya yang terabaikan. Kebanyakan lantaran masyarakat sekitar tidak tahu. Oleh sebab itu, katanya, kegiatan blusukan yang dilakukan Komunitas Kandang Kebo untuk mengetahui kondisi terkini situs yang pernah tercatat.

Tidak jarang, tuturnya, mereka menemukan situs yang belum tercatat pemerintah setempat saat blusukan. Salah satu contoh penemuan Makam Kyai Demak Ijo yang diprediksi sudah ada sejak sekitar tahun 1.500-1.600 Masehi.

“Makamnya enggak terawat. Banyak kasus penemuan kayak gitu. Ini penting, menyambung sejarah yang panjang. Setelah itu kami kerja bakti membersihkan area makam. Kami undang orang yang kompeten untuk menjelaskan pada masyarakat sekitar tentang makam itu,” kata Minta saat ditemui di rumahnya, Ngalian, Widodomartani, Ngemplak, Sleman.

Baca Juga : Kisah Cinta Mbah Maridjan & Gunung Merapi

Selanjutnya, mereka melaporkan ke Dinas Kebudayaan setempat apabila menemukan situs yang belum tercatat. Harapannya dinas terkait akan mencatat dan merawat. Dia menyebut koordinasi dengan dinas terkait lebih mudah ketimbang kali pertama Komunitas Kandang Kebo lahir.

“Ini upaya melestarikan situs dengan segala kandungan sejarah yang panjang. Laporan ke dinas lebih mudah mengingat [Komunitas] Kandang Kebo sudah cukup dikenal dan memiliki badan hukum. Berbeda dengan awal-awal pendirian,” ungkapnya.

Ternyata, kegiatan blusukan yang dilakukan dengan masuk ke perkampungan membuat mereka pernah dikira maling ayam, maling pisang, sampai pencari pesugihan. “Tempat yang keramat justru kami kunjungi karena ada sesuatu yang dilindungi di situ. Kalau saya sensasinya seperti menyusun puzzle. Situs satu dengan lain saling terkait. Nemu satu, terus di sana ada lagi, ada lagi,” tutur Minta yang saat ini menjadi Dosen Pendidikan Teknik Boga dan Busana UNY.



Anda dapat berkunjung ke media sosial remis Komunitas Kandang Kebo, yakni Instagram @komunitas_kandang_kebo, Facebook KANDANG KEBO. Anda juga dapat berkunjung ke markas Komunitas Kandang Kebo di Ngalian, Widodomartani, Ngemplak, Sleman.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Demi Selamatkan Sisa Peradaban, Komunitas Ini Blusukan ke Sawah hingga Permakaman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya