SOLOPOS.COM - Bayu Krisnamurthi (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

Bayu Krisnamurthi (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

Hujan deras mengguyur Bogor. Mas Jangkung, tukang bakso, berhenti berkeliling dan berteduh di pos satpam. Saya bertanya: “Hujan bikin rugi ya Mas? Gak bisa keliling, bakso lakunya sedikit?” Mas Jangkung: “Gak juga Pak. Hujan nanti berhenti. Dan habis hujan enaknya makan bakso kan? Jualan saya biasanya malah habis kalo habis hujan”.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Optimisme Mas Jangkung mungkin bisa menggambarkan pesan dari buku The Rational Optimist yang ditulis Matt Ridley pada 2011. Kita harus optimistis tetapi juga harus rasional.

BPS baru saja mengeluarkan statistik ekonomi Mei 2012, dan mencatat neraca perdagangan April 2012 defisit US$641 juta. Kondisi ini adalah defisit neraca perdagangan bulanan pertama yang kita alami lebih dari setahun terakhir, dan menimbulkan perhatian bersama. Bagaimana kita mensikapi kondisi ini? Kerangka Ridley bisa kita pergunakan: tetap optimis, tetapi juga rasional.

Tampaknya tidak berlebihan jika kita tetapi masih bisa memiliki sikap optimistis; dengan beberapa alasan logis. Pertama, neraca perdagangan catur wulan pertama Jan-April 2012 non migas kita masih positif US$3,3 miliar. Kedua, pertumbuhan ekspor kita year-on-year masih positif 4,1%. Ketiga, beberapa produk andalan masih menunjukkan pertumbuhan ekspor yang menjanjikan; seperti eskpor kendaraan dan bagiannya naik 43,7%, lemak dan minyak hewan/nabati naik 32,9%, ikan dan udang naik 27,5%, barang dari besi dan baja naik 25,7%, dan lainnya. Keempat, ekspor ke beberapa kawasan menunjukkan pertumbuhan prospektif; seperti ke Afrika: ekspor ke Pantai Gading naik 853%, Djibouti naik 298%, Asia Tengah/Selatan: ekspor ke Pakistan naik 113% dan jika ratifikasi FTA dengan Pakistan ditanda-tangani berpotensi naik lebih besar lagi, ekspor ke Myanmar naik 86%; Timur Tengah: ekspor ke Qatar naik 67%, ke Maroko naik 39%; dan Amerika Latin: ekspor ke Peru naik 38,8%. Kelima, Indonesia juga pernah mengalami defisit neraca perdagangan bulanan sebelumnya – seperti yang terjadi di April 2008, Juli 2008, dan Juli 2010 – tetapi kemudian diikuti dengan kenaikan ekspor yang pada beberapa bulan setelahnya mencatat rekor.

Keenam, menggelembungnya impor juga akibat kenaikan harga minyak dunia; yang sekarang cenderung sudah menurun. Ketujuh, porsi dan tren impor bahan baku dan barang modal yang jauh lebih besar dari barang konsumsi pada gilirannya akan menopang daya produksi.

Namun kita harus rasional, realistis dan mencermati fenomena defisit perdagangan di April 2012 ini karena faktor ancamannya serius. Pertama, pelemahan pertumbuhan ekspor jelas disebabkan pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global. Hal itu tercermin dari pelemahan pertumbuhan ekspor hampir seluruh negara besar dunia. Pertumbuhan ekspor Jan-April RRT turun dari 27,5% pada 2011 menjadi hanya 6,8%% tahun 2012; ekspor Brasil turun dari 31,3% menjadi 4,5%; ekspor Korsel dari 27,9% menjadi 0,9%. Kedua, terkait dengan butir 1, diperkirakan pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global akibat krisis Eropa masih akan berlanjut. Artinya, faktor penyebab penurunan ekspor akan tetap ada dan bahkan perlu diantisipasi. Jika situasi politik ekonomi di Eropa terus tidak pasti, dampaknya terhadap perdagangan dan investasi akan nyata dan bisa dirasakan langsung masyarakat. Ketiga, kita juga masih belum selesai membereskan berbagai permasalahan internal terkait dengan daya saing ekspor; seperti infrastruktur, energi, perizinan, dll. Usaha telah dilakukan, tetapi harus ditingkatkan.

Keempat, dalam konteks neraca perdagangan, negara mitra juga sangat agresif menjadikan pasar kita sebagai sasaran produk mereka. Jika tidak waspada dapat berdampak pada neraca perdagangan. Kelima, kegiatan proses produksi kita sebagian juga masih tergantung pada bahan baku dan barang modal impor; seperti ditunjukkan oleh porsi bahan baku dan barang modal yang mencapai lebih dari 90% dari struktur impor kita. Sehingga jika kegiatan produksi kita meningkat, akan terjadi kecenderungan peningkatan impor.

Dengan memadukan optimisme dengan tetap rasional dan realistis, kita perlu, telah dan akan terus melakukan langkah-langkah strategis menjaga ekspor. Kita terus mengintesifkan promosi dan diplomasi perdagangan internasional, terutama dengan pendekatan komoditi dan negara tujuan. Terkait dengan hal itu dilakukan promosi dan diplomasi dagang dengan fokus ekspor ke pasar-pasar non-konvensional yang ekspor kita tumbuh tinggi, seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tengah/Selatan.  Fokus perhatian juga diberikan pada pengelolaan neraca perdagangan, terutama menjaga arus perdagangan kita ke negara-negara mitra dengan surplus besar seperti India, Belanda, AS, dan Malaysia; serta melakukan langkah-langkah sistematis mengurangi defisit dengan mitra-mitra dagang seperti RRT, Jepang, dan Thailand.

Disamping itu juga diusahakan meningkatkan ekspor produk-produk bernilai tambah, menggunakan berbagai pendekatan disinsentif dan insentif termasuk instrumen fiskal. Hal ini akan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan sekaligus mengantisipasi penurunan harga komoditi di pasar internasional. Kita juga akan meningkatkan perlindungan dan penguatan pasar domestik dalam rangka mengantisipasi pengalihan pasar negara lain, perlindungan konsumen, dan menjaga pertumbuhan produk dalam negeri sendiri.

Langkah di atas tentu tidak mudah, harus berkesinambungan, dan hasilnya sering baru terasa beberapa saat yang akan datang. Apalagi dengan situasi pasar global yang melemah dan tidak pasti. Namun optimistis yang dipandu oleh akal sehat yang membumi dapat menjadi modal besar untuk terus maju. Perspektif jangka panjang bagi Indonesia dan dunia pun masih tetap cerah. Dan lagi pula, ditengah hujan dan mendung ketidak-pastian ekonomi, baiknya kita memilih untuk tetap optimistis.

Bayu Krisnamurthi

Wakil Menteri Perdagangan RI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya