SOLOPOS.COM - Petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kecelakaan bus di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (7/2/2022). (Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Solopos.com, SOLO — KNKT mengingatkan sopir bus dan truk agar jangan menggunakan gigi tinggi di jalan menurun supaya tidak berakibat fatal, seperti kecelakaan bus kali terakhir di Jalan Mangunan-Imogiri, Bantul, Minggu (6/2/2022).

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mendata lebih dari 80 persen kecelakaan bus dan truk diduga rem blong di jalan menurun disebabkan penggunaan gigi tinggi. Plt. Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan, saat ditemui di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Selasa (8/2/2022), mengatakan penyebab kecelakaan seperti dialami bus yang terjadi di Bukit Bego Bantul itu rata-rata bukan disebabkan malfunction.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga : Investigasi Kecelakaan Bus di Bantul, KNKT Sebut Rem dalam Kondisi Baik

Ahmad menyebut penggunaan gigi tinggi di jalan menurun menjadi salah sayu penyebab kecelakaan. Dia menjelaskan hasil investigasi yang dilakukan KNKT beberapa hari terakhir. Investigasi melalui sejumlah cara, salah satunya mendengarkan keterangan saksi.

“Pengemudi bus sempat kesulitan mengerem, kemudian memindahkan gigi dari 3 ke 2. Itu tidak mungkin terjadi. Sebab pasti akan masuk gigi netral. Tidak ada otomotif manapun saat kecepatan tinggi bisa berpindah gigi. Tidak bisa memindahkan gigi dari 3 ke 2, 4 ke 3, dan sebagainya. Pasti akan masuk netral,” kata dia.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan? “Kalau mau menurunkan gigi ya saat sebelum turunan. Pada saat turun tidak mungkin bisa dipindah [gigi],” imbuh dia.

Baca Juga : KNKT dan Polisi Olah TKP Kecelakaan Bus Rombongan Wisata di Bantul

Temuan KNKT dari kasus kecelakaan maut di Bantul, posisi handbrake belum tertarik. Artinya, lanjut dia, pengemudi belum sempat menarik handbrake saat kecelakaan. “Kenapa tidak ditarik, mungkin panik. Saya tidak bisa tanya karena pengemudi sudah meninggal. Faktanya handbrake belum tertarik,” lanjut dia.

Lebih lanjut Wildan menjelaskan mengenai sistem kerja rem. “Saat ngegas, itu mengisi angin. Saat mengerem itu membuang angin. Jadi saat kendaraan berjalan menurun, tidak punya kesempatan mengisi angin karena tidak mungkin ngegas,” jelas dia.

Kendaraan yang meluncur di jalan menurun bukan didorong putaran mesin tapi oleh gaya gravitasi. Untuk itu, tidak ada pengemudi bus dan truk yang menginjak pedal gas di jalan menurun. Sebab, tanpa menginjak gas pun kecepatan kendaraan akan tinggi.

Baca Juga : Ini Jam Rawan Kecelakaan Tol Versi KNKT

Kecelakaan Balikpapan dan Bantul

Di sisi lain, ketika kendaraan melaju di jalan menurun dan pengemudi terus mengijak rem maka angin akan terus dibuang. Dia mengatakan ambang batas tekanan angin pada rem adalah 6 bar.

“Ketika posisi di bawah ambang batas maka pengemudi tidak akan bisa mengerem. Kasus ini sama persis seperti di simpang Rapak Balikpapan. Sopir [truk kontainer] di Balikpapan mengatakan tekanan angin pada 5 bar dan dia tidak bisa ngerem lagi,” tutur Wildan.

Menurutnya, kecelakaan tersebut bukan karena sistem rem, tapi masalahnya pada tekanan angin pada rem tekor. Tekor itu, imbuh dia, bukan karena malfunction, tapi penggunaan.

Baca Juga : Penyebab Kecelakaan Maut Bus Wisata di Bantul Masih Misterius

Dia menyarankan pengemudi truk maupun bus agar jangan menginjak pedal rem untuk mengurangi kecepatan saat berada di jalan menurun. Tapi, lebih disarankan menggunakan engine brake dan exhaust brake. Selain itu, jangan menggunakan gigi tinggi saat melaju di jalanan menurun.

“Semakin tinggi tempat, semakin besar gaya dorong. Meskipun pakai gigi tiga, kecepatan bisa mencapai 80 [km/jam]. Saya sudah mencoba sendiri. Saya pakai kendaraan, saat ada kecelakaan di Sumedang. Saya dari atas ke bawah, pakai gigi 2, tanpa menginjak gas, kecepatan sampai 70 [km/jam]. Jalur di Sumedang dengan di sini [Bantul], tinggi yang di [Bantul],” ujar dia.

Wildan mengaku telah menyampaikan temuan tersebut kepada Kepala Dishub Solo. Dalam waktu dekat, Dishub Solo akan mengumpulkan semua pengemudi dan mekanik di Soloraya.

Baca Juga : Bus Maut Tabrak Tebing di Bukit Bego Bantul Tak Layak Jalan?

“Nanti akan kami beri masukan kejadian [kecelakaan maut] Balikpapan dan Bantul agar jadi pembelajaran bersama,” ungkap dia.

Kepala Dishub Solo, Hari Prihatno, mengatakan pertemuan dengan pengemudi dan mekanik itu akan dilakukan dalam waktu dekat. “Direncanakan pekan depan,” kata dia saat dikonfirmasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya