SOLOPOS.COM - Silvi Muntari, seorang waria di Kota Semarang (kiri), saat mengajari seorang ibu rumah tangga mengaji di rumahnya di Kampung Randusari, Semarang Selatan, Rabu (14/4/2021). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Solopos.com, SEMARANG – Bulan Ramadan menjadi momen bagi umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba mencari pahala salah satunya mengaji. Tak terkecuali bagi kalangan transpuan atau yang populer disebut waria.

Meski berstatus waria, Silvi Mutiari ingin merayakan bulan suci Ramadan dengan penuh berkah. Ia pun mengajar mengaji di Kampung Randusari, Semarang Selatan. Seperti saat dijumpai Semarangpos.com di sebuah rumah yang berada di gang sempit di Kampung Randusari, Rabu (14/4/2021).

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Silvi yang mengenakan kerudung warna biru tua tampak duduk dan serius menyimak lantunan ayat suci yang dibacakan seorang bocah laki-laki. Sesekali, Silvi terlihat mengoreksi cara membaca bocah laki-laki itu.

Tak hanya bocah laki-laki itu, beberapa orang dewasa juga turut belajar mengaji bersama Silvi. Mereka tak canggung belajar mengaji dengan Silvi, meski pun berstatus transpuan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Puasa Hari Pertama, Begini Ngabuburit Gubernur Ganjar

Kegiatan ini bahkan dilakukan setiap sore selama bulan Ramadan. Menurut Silvi, sudah dua kali Ramadan ini ia mengajar mengaji. Ia mengajar setiap sore, atau setelah salat Asar.

“Jadi setiap sore anak-anak ini datang ke rumah saya untuk belajar mengaji,” ujar Silvi di rumahnya, Rabu.

Silvi pun menuturkan awal mula dirinya mengajar mengaji kepada anak-anak di kampungnya. Hal itu bermula saat seluruh kegiatan di kampung, termasuk mengaji dihentikan akibat pandemi Covid-19.

Seorang ustazah yang biasa mengajar mengaji di Randusari tak lagi membuka kelas karena mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak menggelar kegiatan yang mendatangkan kerumunan massa.

Baca juga: Begini Skenario Dishub Jateng Halau Mudik Lebaran

Khatam Alquran

Beberapa orang tua di kampungnya pun mulai kebingungan mencari guru mengaji. Ia pun tergerak memberikan pengajaran karena cukup fasih membaca Alquran dan pernah khatam saat remaja.

“Dulu aku udah khatam Alquran beberapa kali. Makanya, saat tidak ada yang mengajar mengaji aku coba menawarkan diri mengajari,” ujarnya.

Selama setahun mengajar, Silvi mengaku tidak pernah memasang tarif. Alhasil, saat ini banyak warga yang mulai belajar dengannya.

Baca juga: Tabuh Beduk Blandrangan, Tradisi di Menara Kudus Sambut Ramadan

Seorang warga, Mega, 23, mengaku dirinya sangat terbantu dengan inisiatif Silvi yang mengajar mengaji di kampungnya. Selain anaknya, Mega pun turut serta menjadi murid dari Silvi.

“Kebetulan rumah saya berdekatan. Jadi sangat terbantu dengan mbak Silvi yang mau mengajari mengaji. Kebetulan juga pas bulan puasa, jadi sekalian bisa mengisi waktu luang menunggu buka puasa,” imbuhnya.

Silvi yang juga merupakan Ketua Persatuan Waria (Perwaris) Kota Semarang mengaku warga tidak keberatan belajar dengannya. Menurutnya, seluruh warga sudah tahu kondisinya sebagai waria karena dirinya merupakan warga asli Kampung Randusari.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya