SOLOPOS.COM - Warsito, salah satu warga Dukuh Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, menunjukkan baterai untuk penyimpanan listrik dari panel surya, Sabtu (20/12/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN — Warsito, 40, kini tidak perlu lagi keluar dari hutan untuk mengisi baterai telepon selulernya. Dia sudah bisa mengisi baterai ponsel di rumahnya sendiri di tengah hutan Dukuh Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.

Perubahan ini dirasakan sejak dua tahun silam setelah dukuhnya mendapatkan bantuan tenaga listrik panel surya dari pemerintah. Bukan hanya untuk kebutuhan mengisi daya ponsel, tetapi ketersediaan listrik juga telah menerangi kampungnya yang berada di tengah-tengah hutan milik Perhutani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum memiliki listrik sendiri, Warsito bercerita dirinya harus keluar dari hutan yang jaraknya sekitar 7 km dengan kondisi jalan makadam atau bebatuan. Bagi warga setempat untuk sampai di kampung yang telah dialiri listrik membutuhkan waktu antara 30 menit sampai 45 menit dengan mengendarai sepeda motor yang sudah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi jalan.

Baca Juga : Viral Bakul Mengaduk Kopi Pakai Bor, Bagaimana Rasanya?

Untuk mengisi daya baterai ponsel sampai penuh, setidaknya membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Selama waktu menunggu pengisian itu, biasanya ia memanfaatkan dengan berbagai aktivitas, seperti berjualan di pasar.

“Kalau sudah penuh baterai ponselnya, saya kemudian pulang. Biasanya pengisian daya sampai penuh bisa untuk tiga sampai empat hari,” kata Warsito saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (20/11/2021).

Bagi Warsito yang merupakan ketua RT di kampung Sekalus, ponsel merupakan alat komunikasi yang penting untuk menunjang aktivitasnya. Saat ada kegiatan rutinan tetangga yang ada di luar hutan, pemberitahuannya melalui handphone.

Baca Juga : Doa Agar Rumah Tangga Harmonis dan Penuh Berkah Menurut Islam

Begitu juga untuk menunjang kegiatan berjualan di Pasar Cermo, juga menggunakan handphone. “Jadi, kalau ada kumpulan di tingkat RW atau desa, pemberitahuannya ya melalui HP. Jadi memang alat komunikasi ini sangat penting. Karena saya di sini sebagai ketua RT dan yang diandalkan untuk keluar masuk hutan. Sebagian besar warga di sini kan sudah lanjut usia,” kata dia.

Pada tahun-tahun sebelumnya, kehidupan di Dukuh Sekalus hanya sampai selepas waktu Magrib. Setelah itu, kampung benar-benar menjadi gelap. Karena memang tidak ada pencahayaan lampu.

Warga setempat menggunakan lampu ublik yang berbahan bakar minyak. Anak-anak berusia sekolah pun terpaksa harus lebih berusaha keras untuk membaca buku-buku pelajaran dengan penerangan yang minim.

Baca Juga : Misteri Uhang Pandak di Gunung Kerinci, Bikin Ilmuwan Inggris Penasaran

Ketika malam tiba, anak-anak pun harus cepat-cepat masuk ke rumah karena tidak ada penerangan di luar rumah. Namun, cerita lama itu kini sudah berganti.

Sejak pertengahan 2020, Warsito dan belasan warga yang tinggal di kampung Sekalus sudah memiliki daya listrik sendiri. Warga kampung itu mendapatkan bantuan berupa panel surya dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Melalui panel surya berkapasitas 150 watt itu, warga kini bisa menikmati listrik untuk berbagai kebutuhan hidup. “Kini saya tidak perlu repot-repot keluar hutan untuk mengisi daya baterai handphone. Di rumah sudah bisa mengisi daya baterai. Komunikasi untuk keperluan dagang dan kegiatan sosial pun bisa dijangkau. Apalagi di sini sinyal juga sudah ada,” ujar bapak dua anak itu.

Baca Juga : Rawa Jombor Klaten Kian Bersih dari Karamba dan Warung Apung

Selain itu, rentang waktu kehidupan di kampung tengah hutan tersebut juga lebih panjang. Sebelum ada listrik, warga hanya beraktivitas sampai pukul 18.00 WIB. Setelah itu rumah menjadi gelap gulit.

Tetapi setelah ada listrik, warga kini bisa beraktivitas pada malam hari. Anak-anak usia sekolah pun lebih leluasa dalam belajar di malam hari.

Puluhan Tahun Pakai Ublik

Dukuh Sekalus yang ada di tengah-tengah kawasan hutan mulik Perhutani ini mulai ada sekitar tahun 1965. Saat itu banyak warga dari berbagai daerah yang bekerja sebagai penderes pohon pinus datang. Karena faktor pekerjaan itu, mereka kemudian menetap di tengah hutan dan mendirikan rumah.

Baca Juga : Reservasi Hotel untuk Nataru di Jogja Masih Rendah

Lambat laun kampung ini pun menjadi ramai. Para penderes getah pinus ini pun mulai banyak. Hal itu disampaikan salah satu warga yang pertama kali datang di kampung itu,Panidi, 64.

Dia menceritakan saat itu dibawa orang tuanya untuk ikut tinggal di tengah hutan. orang tuanya saat itu bekerja sebagai penderes di kawasan hutan tersebut.

Sejak puluhan tahun tinggal di kampung itu, Panidi menceritakan belum pernah merasakan kemanfaatan listrik. Baru dua tahun terakhir, setelah ada bantuan panel surya dari pemerintah, dia baru bisa merasakan manfaat listrik.

Baca Juga : Bonus Atlet PON dan Peparnas Wonogiri Tertinggi se-Jateng

rumah hutan di madiun
Salah satu rumah di dalam hutan Dukuh Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, yang dipasangi panel surya sejak 2020, Sabtu (20/11/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Dia mengaku bersyukur di usia senjanya masih bisa menikmati keberadaan listrik. Rumahnya kini tidak lagi gelap gulita saat malam hari.

Satu bohlam bisa menerangi seruangan rumah. Ini berbeda dengan lampu minyak yang biasa digunakan. Butuh beberapa lampu ublik untuk menerangi seisi rumah.

Bukan hanya untuk keperluan penerangan saja, kini Panidi juga bisa mendengarkan acara-acara hiburan dan acara berita melalui radio. “Ya dulu selama puluhan tahun penerangan rumah pakai ublik. Tapi sekarang sudah tidak. Di rumah sudah ada satu lampu untuk menerangi satu ruangan,” kata dia.

Baca Juga : Sejarah Hari Ini : 15 Desember 1891, Naismith Kenalkan Permainan Basket

Warsito menyampaikan ada sepuluh keluarga yang tinggal di Dukuh Sekalus. Sedangkan jumlah jiwa yang tinggal di kampung ini sebanyak dua puluh orang.

Sebagian besar yang tinggal di kampung ini adalah kelompok usia dia atas 50 tahun. Sebagian besar warga di kampung ini bekerja sebagai penderes pohon pinus.

Selain itu, mereka juga peternak sapi dan kambing. Saat di ladangnya panen, mereka akan menjualnya ke Pasar Desa Cermo.

Baca Juga : Ini Deretan Mobil Terlaris November 2021

Dia menyampaikan sebenarnya keinginan memiliki daya listrik sendiri sudah lama diidamkan warga. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan.



Akhirnya warga pun mengubur dalam-dalam harapan itu. Hingga akhirnya pemerintah memberikan bantuan berupa panel listrik yang dipasang di atap rumah.

“Sangat terbantu sekali. Panel surya ini sangat murah. Kita tidak perlu jauh-jauh beli token listrik. Kita hanya perlu merawat panelnya, membersihkan secara rutin. Ini supaya energi panas matahari bisa dimanfaatkan secara maksimal,” kata dia.

Baca Juga : Atraksi Pergantian Bregada Rakyat Malioboro, Daya Tarik Wisata Jogja

Selama hampir dua tahun penggunaan panel surya, Warsito mengaku tidak ada kendala berarti terhadap penggunaan. Kebutuhan listrik warga pun tercukupi dengan adanya panel surya.

“Pernah sekali waktu, ada yang rusak. Kemudian dilaporkan. Petugas datang untuk membantu perbaikan. Dan akhirnya bisa digunakan lagi,” kata dia.

Jadi Perhatian PLN

Menajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Caruban, Ari Sihrahmat, mengatakan Dukuh Sekalus memang sudah lama menjadi perhatian. Sebenarnya, listrik PLN akan dialirkan ke kampung yang ada di tengah hutan itu.

Baca Juga : Bikin Gempar! Nike Akuisisi RTFKT Demi Bidik Transformasi Digital

Namun, karena medan yang cukup sulit untuk pemasangan konstruksi pembangunan jaringan, maka penyaluran listrik PLN di sana batal dilakukan. Selain faktor sulitnya medan, kata dia, juga karena belum memenuhi rasio investasi PLN.

Sehingga program elektrifikasi di Dukuh Sekalus ditangani oleh pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “PLN mau menarik jaringan ke sana [Dukuh Sekalus] itu belum memungkinkan, karena medan yang sangat berat. Kalau pun trafo masuk ke sana, juga belum memungkinkan. Jadi alternatifnya ya dari panel surya,” kata dia saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (13/12/2021).



Di wilayah Kabupaten Madiun, lanjut dia, rasio elektrifikasi sudah mencapai 102 persen. Artinya seluruh rumah di Kabupaten Madiun sudah dialiri listrik. Untuk program pemasangan panel surya di Dukuh Sekalus, seluruhnya dibiayai pemerintah daerah.

Baca Juga : Bantu Rawat Bangunan Bersejarah, Pemkot Solo Ketuk Pintu CSR Perusahaan

Sementara itu, Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputro, membenarkan ada sejumlah warganya yang tinggal di pedalaman hutan di Dukuh Sekalus, Desa Cermo. Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan listrik bagi warga yang tinggal di sana.

Salah satunya dengan pemasangan panel surya secara gratis bagi warga di kampung tengah hutan itu. “Panel surya yang ada di Sekalus itu bantuan dari pemerintah provinsi. Itu sebagai bentuk perhatian kita terhadap masyarakat yang tinggal di pedalaman. Karena memang lokasinya sulit dijangkau, jadi pemasangan panel surya ini menjadi solusi,” jelas bupati.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya