SOLOPOS.COM - Umbul Langse di Dukuh Lebak, Desa Nepen, Teras, Boyolali. (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Bocah-bocah terlihat semringah bermain air di Umbul Langse. Airnya jernih sehingga terlihat bagian dasar umbul ditambah dua pohon besar di tepian membuat hawa di sekitar umbul ini makin sejuk di tengah sengatan terik mentari.

Air melimpah itu menjadi berkah bagi warga di tiga RT di Dukuh Lebak, Desa Nepen, yang dilalui umbul. Warga memanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, memasak, dan lainnya. Air yang sama dimanfaatkan untuk irigasi sawah di empat desa hingga kawasan Sawit.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

Namun, umbul ini ternyata pernah kering kerontang berkali-kali. Dalam ingatan Sugiman, Ketua RT 006/RW 001, Dukuh Lebak, Desa Nepen, Teras, Boyolali, Umbul Langse pernah mengalami kekeringan terpanjang yakni pada 1998-2006. Padahal, biasanya umbul ini kering antara 2-3 tahun.

Baca Juga: Bikers Klaten Pasangi Traffic Warning di Jalan Klaten-Boyolali

“Kondisinya sampai kering kerontang. Warga lalu membikin sumur gali untuk sumber air pengganti,” kata Sugiman, saat ditemui wartawan di sekitar umbul, Rabu (27/10/2021).

Saat itu, tak ada warga yang peduli soal keberadaan umbul yang mengering. Namun, Sugiman berinisiatif berusaha merevitalisasi Umbul Langse. Ia mengajak seorang temannya mendatangi seorang paranormal di daerah Tlatar, Boyolali.

Paranormal ini datang ke kawasan Umbul Langse. Ia menggelar ritual di sana. Beberapa hari kemudian, paranormal ini memberikan jawaban perihal umbul yang mengering.

Baca Juga: Nihil Penularan Covid-19, Pembelajaran Tatap Muka di Wonogiri Berlanjut

“Lain hari bilang ke saya, umbul digadeke [digadaikan] ke daerah lain selama tujuh tahun. Ini baru jalan 5-6 tahun. Begitu katanya,” ujar Sugiman.

Ia lalu bertanya, bagaimana agar umbul ini bisa segera keluar airnya tanpa harus menunggu tujuh tahun. Paranormal itu lalu memberikan syarat sebagai penebusan berupa 17 macam bahan. Beberapa di antaranya yang diingat Sugiman adalah wedus kendhit dan pisang mas utuh beserta pohonnya. Pisang mas ini jangan dipotong-potong.

“Saya cari ke lereng Merapi. Saya pikul gantian bareng teman saya naik motor. Pokoknya pisang ini jangan dipotong-potong. Kemudian ada kacang panjang yang juga jangan dipotong-potong. Lalu, bambu pethuk,” kenang dia.

Baca Juga: Terjebak Eceng Gondok Rawa Jombor, Seorang Pemancing Tenggelam

Lengkap sudah ke-17 macam bahan ini dikumpulkan Sugiman dan temannya. Hasilnya, pada 2006, mulai terlihat rembesan air dari pori-pori tanah. Ia pun girang. Ia lalu bersihkan umbul dari rumput, dahan, dan lainnya. Ternyata mata air yang keluar pun makin deras.

“Terus bikin selawatan di sini mengundang Habib Syech di Solo. Debit air makin bertambah. Terus mengundang lagi Ki Anom Suroto buat wayangan di sini. Debit airnya makin bertambah,” tutur dia.

Hingga kini, Umbul Langse terus mengeluarkan air sepanjang tahun. Sugiman tidak tahu berapa debit air yang dihasilkan dari umbul tersebut. Yang ia tahu, umbul itu sangat bermanfaat buat warga baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk irigasi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya