SOLOPOS.COM - Jagabaya Desa Jetak, Surhipto (duduk), menemani Suhardi yang lumpuh di Dukuh Jetak Pabrik RT 001/RW 001, Desa Jetak, Sidoharjo, Sragen, Selasa (7/2/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kisah tragis dialami warga Jetak, Sragen, yang selama 35 tahun hanya bisa tergeletak kaku.

Solopos.com, SRAGEN — Bilik selebar 2 meter memanjang 6 meter di rumah berdinding tumpukan batu bata itu milik Kartosuwiryo, 75.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di bilik itu terdapat dua tempat tidur kumal terbuat dari kayu. Rumah itu terletak di Dukuh Jetak Pabrik RT 001/RW 001, Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Atap rumah dari seng membuat hawa di rumah itu cukup panas.

Rumah itu tak memiliki ruang tamu. Ruang depan juga menjadi kamar untuk tidur. Di bilik sempit itulah, Suhardi, 50, menghabiskan hari-harinya tergeletak kaku.

Lekuk-lekuk tulang kaki dan tangannya terlihat jelas. Seolah hanya kulit tipisnya yang menutupi tulang itu. Jari-jari tangannya seperti mengepal dan kaku. Bahkan Suhardi tak bisa menggerakkan lehernya karena kaku.

Ia masih bisa diajak berkomunikasi kendati suaranya sumbang. “Rasanya sakit semua di sekujur tubuh. Rasanya neng-neng,” ujar dia saat ditanya Solopos.com yang bertandang ke biliknya, Selasa (7/2/2017).

Suhardi menderita sakit itu sejak berusia belasan tahun. Sejak 35 tahun lalu, ia lumpuh karena selalu terjatuh jika dipaksa berdiri. Selama puluhan tahun itu Suhardi dirawat ibunya, Ny. Kartosuwiryo, dan kakak tertuanya, Giman, 60.

Sumber penghidupan keluarga Kartosuwiryo hanya mengandalkan jerih payah Giman yang membuka bengkel di depan rumahnya yang terletak di pinggir jalan raya Solo-Sragen itu. “Suhardi itu tidak pernah sekolah. Sejak usia remaja, ia merantau ke Jakarta. Kemudian pada usia belasan tahun, ia pulang dalam kondisi tidak normal. Kalau berjalan miring-miring dan terjatuh. Kami sudah membawanya ke RSUD Sragen. Saat itu dokter RSUD bilang adik saya itu menderita radang otak yang tidak ada obatnya. Bahkan dokter itu bilang supaya mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk berobat ke Amerika,” ujar Giman saat berbincang dengan wartawan, Selasa siang.

Giman menjadi bingung. Dari mana ia harus mendapatkan uang. Untuk membangun rumah saja harus menunggu bantuan bedah rumah tidak layak huni dari pemerintah.

Dinding bata dan atap seng itu merupakan bantuan bedah rumah beberapa tahun lalu. Sejak ada vonis dokter itu, Giman berhenti mengobatkan Suhardi. Ia hanya berusaha menanyakan kepada paranormal atau mencarikan obat tradisional untuk adiknya.

“Kata orang-orang tua [paranormal], Suhardi itu menjadi korban tumbal kekayaan pihak-pihak tertentu. Jadinya susah untuk disembuhkan. Dia itu KTP [kartu tanda penduduk] saja tidak punya karena kondisi yang tidak memungkinkan. Kendati sakit begitu, makannya cukup lahap. Anehnya, makanan itu tidak membikin gemuk tubuhnya tetapi justru semakin kurus,” keluh dia.

Giman dan ibunya hanya bisa pasrah. Ia mengungkapkan Suhardi belum pernah menikah karena sejak remaja sudah mengalami sakit seperti itu. Giman hanya bisa berharap adanya sosok malaikat berwujud manusia yang bisa membantunya untuk mengobati adiknya.

Giman merupakan sulung dari lima bersaudara dan Suhardi merupakan adik Giman yang nomor tiga. Selama ini, Giman dan Kartosuwiryo mendapat bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin). Ia ingat pernah ada bantuan rutin dari Dinas Sosial (Dinsos) senilai Rp300.000/bulan. Namun, sekarang bantuan itu sudah berhenti.

Jagabaya Desa Jetak, Surhipto, tinggal berdekatan dengan rumah Suhardi. Saat Suhardi mulai sakit, ia masih duduk di bangku SD. Sekarang usianya sudah 45 tahun.

Ia berusaha berkomunikasi dengan Pemerintah Desa (Pemdes) Jetak untuk ikut meringankan beban keluarga Suhardi yang miskin. Ia juga berharap ada perhatian dari Pemkab Sragen untuk memastikan penyakit yang diderita Suhardi.

Seorang anggota staf Dinas Sosial Sragen, Yono, menyampaikan Suhardi pernah mendapat bantuan dari Kementerian Sosial berupa uang senilai Rp300.000 per bulan. Bantuan itu diserahkan kepada keluarga Suhardi lewat Kantor Pos dengan pendampingan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Sidoharjo pada 2009.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya