SOLOPOS.COM - Sri Rejeki, 37, memberi minum susu bayinya yang menderita benjolan daging di bagian punggungnya di rumahnya di Dusun Kuncen, Desa Waru, Kecamatan Baki, Selasa (2/8/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Kisah tragis menimpa seorang bayi di Baki berusia 11 hari yang mengalami kelainan di punggung.

Solopos.com, SUKOHARJO–Suara tangisan bayi terdengar jelas dari dalam rumah bercat hijau. Tangisan bayi makin jelas saat Solopos.com mendekati daun pintu rumah itu. Seorang lelaki membukakan pintu tatkala Solopos.com mengetuk pintu rumah. Dia lantas mempersilakan Solopos.com masuk ke rumah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bayi yang menangis itu tengah diberi minum susu oleh ibunya. Bayi bernama Bambang Prasetyo itu baru berumur 11 hari. Anak ketiga dari pasangan suami istri (pasutri) Sri Rejeki-Suparmi, warga RT 005/RW003, Dusun Kuncen, Desa Waru, Kecamatan Baki. Bambang menderita penyakit tumor di bagian punggungnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Benjolan daging di punggungnya sebesar telur bebek dan terus mengeluarkan cairan setiap hari. “Anak saya dilahirkan di RS PKU Muhammadiyah Delanggu, Klaten pada Sabtu (23/7/2016). Saat itu, proses persalinan istri saya lewat operasi caesar,” kata Sri Rejeki, saat ditemui Solopos.com, Selasa (2/8/2016).

Benjolan daging yang terdapat di punggung anaknya muncul saat proses persalinan itu. Bayi itu langsung dibawa ke ruang isolasi anak. Sementara ibu bayi juga menjalani perawatan intensif pascaproses persalinan selama beberapa hari.

Pria yang akrab disapa Jeki ini lantas menemui dokter untuk berkonsultasi ihwal benjolan daging di punggung anaknya. Benjolan daging itu harus segera dioperasi karena bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan otak. “Saya hampir tak percaya anak saya yang baru saja dilahirkan harus menjalani operasi untuk mengangkat benjolan daging di punggung. Butuh uang puluhan juta rupiah untuk membiayai operasi itu,” ujar Jeki.

Biaya operasi penyakit tumor diperkirakan mencapai Rp30 juta-Rp40 juta. Padahal, penghasilannya setiap bulan dari buruh angkut batu bata tak menentu. Rata-rata penghasilan yang diterima Rp500.000/bulan. Kadang kala, Jeki bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Jeki dan keluarga sangat bingung lantaran bayinya harus segera menjalani operasi. “Saya berencana menjual rumah seharga Rp50 juta. Hanya rumah ini harta benda yang saya punya. Nanti saya dan keluarga bakal pindah ke rumah orangtua di Desa Duwet, Baki. Benjolan daging di punggung bayi saya selalu mengeluarkan cairan setiap malam. Enggak tega melihatnya,” terang dia.

Selama ini, kerabat keluarganya selalu membantu merawat bayi tersebut. Mereka bergantian mengganti perban di bagian punggungnya. Mereka juga yang bolak-balik ke kantor pemerintahan untuk mengurus kepersetaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

“Saya sudah mengurus kepesertaan program JKN namun harus menunggu tiga pekan. Padahal, bayi itu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan nyawanya,” ujar seorang kerabat keluarga Jeki, Surati.

Dia juga telah berkonsultasi ke RSUD Sukoharjo agar bayi itu bisa segera dioperasi di rumah sakit tersebut. Lantaran peralatan operasi kurang lengkap maka bayi itu dirujuk ke tiga rumah sakit yakni RSUD dr. Moewardi, Solo, RS Tegalyoso, Klaten, dan RSUD dr. Sarjito, Jogja.
“Kalaupun harus dioperasi harus di rumah sakit di luar Sukoharjo. Biayanya makin bertambah banyak,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya