SOLOPOS.COM - Tokoh masyarakat Turus, Kecamatan Polanharjo, mendatangi rumah Sendang yang anaknya tak bisa tumbuh normal sesuai usia, Selasa (11/4/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Kisah tragis dialami bayi asal Klaten yang berat badannya hanya tiga kilogram di usia tiga bulan.

Solopos.com, KLATEN — Bayi laki-laki bernama Rosiki Wiliam Irawan itu usianya tiga bulan. Namun, pertumbuhan dan berat badannya tak sesuai usianya. Berat badannya hanya 3 kilogram (kg).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Rosiki lahir di rumah seorang bidan di Gantiwarno pada Januari lalu. Rosiki merupakan anak pertama pasangan Sendang Putri Widyawati, 25, dengan Bambang Nugroho, 30, warga Gantiwarno yang menikah pada 2013 lalu.

Setelah melahirkan Rosiki, Sendang sempat kesulitan membayar biaya persalinan senilai Rp800.000. Biaya persalinan itu baru dibayar setelah saudara Sendang bersedia menanggung seluruh biaya tersebut. Saat lahir Rosiki memiliki berat badan 2,4 kilogram.

Semula, setelah persalinan Sendang membawa pulang Rosiki ke rumah suaminya di Kragilan, Kecamatan Gantiwarno. Sendang jarang memberikan air susu ibu (ASI) kepada anaknya karena produksi ASI-nya tak lancar. Rosiki hanya diberi susu formula atau air putih saat kehausan.

Baru satu bulan ini, Rosiki dibawa ibunya pulang ke rumahnya di Jetis RT 002/RW 002, Turus, Polanharjo, Klaten. Hubungan Sendang dengan Bambang tidak harmonis selama satu bulan terakhir. Sendang menuding suaminya tak bertanggung jawab karena sering mabuk dan tak pernah memberikan nafkah.

Sehari-hari, Bambang bekerja membantu pengusaha roti di kawasan Sleman. “Saya memilih tinggal di Turus. Sekarang ini, saya tak bekerja. Untuk makan dan minum seadanya. Beberapa hari ini, banyak bantuan yang mengalir, seperti susu formula, pakaian bayi, dan perlengkapan bayi lainnya. Saat ini, berat anak saya hanya tiga kilogram [berat bayi usia tiga bulan idealnya 5,5 kilogram]. Saya ingin pegatan [bercerai] dengan suami saya,” kata Sendang saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (11/4/2017).

Kader Posyandu Desa Turus, Endrati, 44, mengatakan beberapa tokoh masyarakat di desanya tak langsung mempercayai seluruh omongan Sendang. Sebelum menikah dengan Bambang, Sendang sudah menikah dengan pemuda asal Delanggu. Pernikahan itu menghasilkan seorang anak. Nahas, bayi dari pernikahan pertama itu meninggal dunia karena tak terurus.

“Sesuai rencana, anak ini akan dibawa ke panti asuhan agar terurus. Memang, bayinya Sendang itu tak terawat. Saat dibawa ke desa ini, kami langsung memantau perkembangannya. Berat badan bayinya sempat naik 3,5 kilogram. Tapi, saat ini turun lagi jadi tiga kilogram. Penyebabnya, bayi itu tidak terurus oleh ibunya. Kami sudah berulang kali memberikan informasi terkait cara merawat bayi, tapi tak digubris oleh ibunya,” katanya.

Ketua RW 002 Desa Turus, Heru Joko Purwoko, 68, mengakui informasi tak terurusnya anak Sendang telah menjadi perbincangan hangat di kalangan warga bahkan sampai ke media sosial (medsos). Tokoh masyarakat Turus bakal menemui keluarga Bambang di Gantiwarno untuk memastikan kebenaran seluruh cerita yang diungkapkan Sendang.

“Kami akan cek ke keluarga suaminya terlebih dahulu. Kalau cerita, Sendang kan ngomong tak dikasih duit, suami sering mabuk, suami sering main tangan, dan sebagainya. Kami melihat cara perawatan bayi yang dilakukan Sendang ini masih kurang. Ketika memperoleh bantuan, justru digunakan untuk jajan. Kami berharap kepada siapa pun yang peduli dengan bayinya untuk berkoordinasi dengan kami saat memberikan bantuan. Tujuannya, agar bantuan itu digunakan sesuai peruntukannya,” katanya.

Hal senada dijelaskan Kepala Dusun (Kadus) I Desa Turus, Wiyono. Beberapa tokoh masyarakat di Turus memang tak langsung mempercayai omongan Sendang karena yang bersangkutan pernah memiliki reputasi buruk dalam mengurus anak.

Sendang merupakan anak dari Widodo yang bekerja sebagai pencari rongsok dengan Tumilah yang bekerja sebagai tukang matun di sawah. Tempat tinggal Sendang sangat sederhana. Tembok rumah dari batu bata. Alas rumah sudah disemen. Sering kali, pintu rumah Sendang selalu tertutup saat tidak ada kunjungan dari berbagai orang yang peduli dengan anaknya. Hal itu mengakibatkan kondisi ruangan terkesan pengap.

“Sendang ini cerai dengan suami yang pertama tiga tahun lalu. Beberapa hari terakhir memang banyak bantuan yang masuk ke sini. Kami fokus memantau perkembangan bayinya. Kami berharap kondisi bayinya tetap sehat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya