SOLOPOS.COM - Isdiyarni, 50, cucu dari Wagirin menyajikan soto di warungnya yang berlokasi di Jl. Brigjen Katamso Sragen, Kamis (13/5/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Soto Girin merupakan salah satu soto legendaris di Sragen. Berbeda dengan Soto Boyolali dan Soto Solo dengan kuah yang berwarna bening, kuah Soto Girin berwarna keruh atau buthek dan sedikit kental karena kaya akan rempah-rempah.

Meski berwarna keruh, rasa kuah Soto Girin itu tetap segar. Bumbu rempah membuat kuah terasa lebih gurih. Irisan daging sapi yang cukup tebal dan tidak alot saat dikunyah menjadi salah satu faktor Soto Girin memiliki banyak penggemar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Kuliner Legend Soto Girin Sragen: Eksis Sejak 1953, Pantang Dilewatkan!

Di Sragen, terdapat tujuh warung Soto Girin. Dua warung berlokasi di Jl. Brigjen Katamso di Kampung Ringin Anom. Warung Soto Girin lainnya bisa ditemui di Jl. Letjen Panjaitan di Kampung Ringin Anom, Jl. Raya Sukowati tepatnya di depan Taman Kridoanggo, kompleks Pasar Bunder, timur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan di Plumbungan.

Ekspedisi Mudik 2024

Menariknya, semua warung Soto Girin itu masih memiliki pertalian saudara. Mereka belum membuka cabang di luar Sragen. Mereka juga tidak membuka franchise atau waralaba yang memungkinkan pihak lain memiliki hak untuk menjual Soto Girin.

Baca juga: Manisnya Selvi Ananda Berkerudung Biru Saat Salat Id di Balai Kota Solo

Sejarah

Sama dengan namanya, Soto Girin didirikan oleh Wagirin pada 1950-an. Wagirin yang lahir pada 1922 merupakan pelopor kuliner soto khas Sragen. Pada awalnya, Wagirin biasa menjajakkan soto dengan cara dipikul dari kampung satu ke kampung lainnya seperti Ringinanom, Tegalsari, Kuwungsari dan lain-lain.

Selesai menjajakkan soto dengan cara dipikul pada pagi hari, Wagirin kembali membuka lapaknya di rumahnya di Kampung Ringinanom pada siang hari. Ia kemudian membuka warung soto secara menetap di Jl. Brigjen Katamso. Walau tak lagi berjualan secara berkeliling, Soto Girin nyaris tak pernah sepi dari kunjungan penggemar di Sragen.

“Mbah saya [Wagirin] meninggal dunia pada 1988. Usaha soto itu kemudian dilanjutkan Mbah Putri [istri Wagirin bernama Tuginem],” jelas Isdaryani, 50, salah satu cucu Wagirin, kala ditemui Solopos.com di warungnya, Kamis (13/5/2021).

Baca juga: Waduh! Kalori 3 Butir Nastar Setara Sepiring Nasi

Diteruskan Cucu

Setelah Tuginem wafat, usaha Soto Girin diteruskan oleh anak-anaknya. Namun, dari enam anak Wagirin, hanya beberapa yang memiliki bakat berjualan soto. Justru beberapa cucunya yang mampu meneruskan usaha soto dengan resep yang diwariskan oleh kakeknya itu. Tujuh warung Soto Girin yang tersebar di Sragen itu dikelola langsung oleh anak dan cucu dari Wagirin.

“Tidak semua cucu bisa berjualan. Mungkin bakat berjualan soto itu tidak menurun ke beberapa cucunya,” terang Isdaryani yang sudah membuka warung Soto Girin di Jl. Brigjen Katamso sekitar 10 tahun lalu itu.

Baca juga: Innalillahi, Ustaz di Klaten Wafat Saat Khotbah Salat Id

Pada momen Lebaran, pengujung Soto Girin di Sragen biasa lebih ramai dari biasanya. Ini karena banyak pemudik yang merasa kangen dengan Soto Girin setelah lama bekerja di luar kota.

“Saya kalau mudik ke Sragen, selalu menyempatkan makan Soto Girin. Kuliner ini yang bikin kangen Sragen. Menurut saya, semua Soto Girin rasanya enak. Saya sudah mencoba beberapa, rasanya nyaris tidak ada bedanya. Tetap segar dan gurih. Dagingnya empuk saat digigit, tidak alot,” papar Irwan, 45, penggemar Soto Girin asal Pilangsari yang biasa merantau ke Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya