Solopos.com, WONOGIRI—Nindya Dea Almastuti duduk terpaku sambil memperhatikan kertas berisi kalimat-kalimat yang dipegangnya di Pendapa Kantor Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (10/12/2021) pagi. Rupanya perempuan 21 tahun yang biasa disapa Dea itu sedang mempelajari materi.
Dia bersama 18 orang lainnya saat itu menunggu tes wawancara seleksi perangkat desa setempat. Mereka memperebutkan satu lowongan, yakni jabatan Kepala Urusan (Kaur) Tata Usaha dan Umum.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sebenarnya warga Dusun Ngaliyan, Desa Singodutan itu merasa kemungkinan kecil dapat mengisi posisi tersebut. Sebab, nilai ujian tertulis berbasis komputer atau computer based test (CBT) yang diraihnya 73, terpaut 10 poin dari nilai tertinggi yang diraih peserta lainnya, yakni 83.
Baca Juga: Resmi! Pembagian Rapor & Libur Sekolah di Boyolali Ditunda Januari 2022
Nilai CBT merupakan penentu terpilih tidaknya peserta menjadi perangkat desa. Sebab, CBT memiliki bobot sangat tinggi, yakni 90 persen. Sementara, bobot tes wawancara 10 persen.
Pada sisi lain, peraih nilai tertinggi, yakni Mutiah Vianingrum tentu akan berupaya semaksimal mungkin agar mendapat nilai tinggi di tes wawancara untuk memastikan dirinya terpilih menjadi perangkat desa.
Meski peluangnya kecil, Dea tak patah semangat. Jika tak terpilih pun dia tak mempermasalahkannya. Bagi dia mengikuti seleksi perangkat desa hingga selesai adalah pengalaman berharga. Siapa tahu pengalaman itu akan berguna di masa yang akan datang.
Baca Juga: Penyuluh KUA Rela Rogoh Kocek Pribadi demi Bekali Pengamen Ilmu Agama
“Tahun-tahun berikutnya bukan tidak mungkin ada seleksi perangkat desa lagi. Saya yakin pengalaman mengikuti CBT dan tes wawancara ini akan berguna nanti,” ucap perempuan berjilbab itu.
Ema Puspita Sari tak kalah semangat. Dia sadar betul nilai tes wawancaranya berpeluang kecil bisa mendongkrak perolehan nilai CBT miliknya, sehingga mampu mengungguli peraih nilai tertinggi. Warga Dusun Karangtengah, Desa Singodutan itu memperoleh nilai CBT 71. Kendati demikian, dia tetap tak patah arang untuk mengikuti tes wawancara.
“Sudah telanjur basah, mandi saja sekalian [perumpamaan]. Setidaknya memperoleh pengalaman. Sekalian ben cucuk. Saya mengurus administrasi persyaratan pendaftaran habis lebih dari Rp200.000. Masa mau berhenti di tengah jalan,” ujar dia.
Baca Juga: Pemkab Klaten Pertimbangkan Tutup Alun-Alun saat Malam Tahun Baru
Pengalaman Berharga
Peserta lainnya, Tri Mulyani tetap berharap terpilih menjadi perangkat Desa Singodutan, meski nilai CBT-nya 74, masih terpaut cukup jauh dengan nilai tertinggi. Dia menilai tak ada salahnya tetap berusaha. Apabila tak terpilih pun keikutsertaan dalam seleksi perangkat desa bisa menjadi pengalaman berharga.
“Waktu saya tahu nilai tertinggi CBT 83 saya sempat down, tapi hanya sebentar. Keluarga saya tetap memberi semangat agar saya ikut tes wawancara. Karena itu saya putuskan tetap mengikuti tes wawancara, biar Tuhan yang menentukan hasilnya,” ulas dia.
Camat Selogiri, Sigit Purwanto, mengapresiai peserta yang tetap bersedia menjalani tes wawancara. Menurut dia, hal itu menunjukkan masyarakat percaya pelaksanaan seleksi perangkat desa di Kabupaten Wonogiri benar-benar adil.