SOLOPOS.COM - Pasangan Joko Triyanto dan Ermawati memangku anak bungsu mereka, Azalea, di rumahnya, Dukuh/Desa Taraman, RT 002/RW 001, Sidoharjo, Sragen, Minggu (1/8/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Nasib memilukan dialami Azalea Puji Lestari, bayi usia 9 bulan anak pasangan Joko Triyanto, 37, dan Ermawati, 34, warga Dukuh/Desa Taraman RT 002/RW 001, Sidoharjo, Sragen.

Tubuh bocah itu kecil. Berat badannya belum normal, yakni 5,4 kg. Berat badan normal bocah seusia Alea, sapaan bayi itu, mestinya 8 kg. Alea masih minum air susu ibu (ASI) sejak lahir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Belakangan ibunda Alea, Ermawati, mulai memberi makanan tambahan untuk memacu pertumbuhan berat badannya. Erma mengisahkan perjalanan anak ketiganya itu.

“Saat lahir normal di klinik. Berat badan 3,2 kg. Alea lahir pukul 19.00 WIB. Pada pukul 01.00 WIB muntah cairan bening kuning kehijauan. Lalu dirujuk ke rumah sakit. Dari rumah sakit mau dirujuk ke Solo karena harus operasi. Saat itu kami belum punya kartu BPJS. Biaya operasi saat itu Rp40 juta,” ujar Erma saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Minggu (1/8/2021).

Baca Juga: Sopir Truk Bermuatan Susu Meninggal Mendadak di Jalan Tol Sragen

Keterbatasan biaya memaksa Erma mundur dari rumah sakit. Bayi sembilan bulan itu pun dirawat di rumahnya di Sragen. Saat itu kondisi perut Alea kembung sampai akhirnya buang kotoran lewat mulut sebanyak tiga kali.

Awalnya Erma diberi tahu ada kelainan pada pencernaan Alea. Tetapi sejak muntah kotoran dari mulut itu lah Erma mengetahui Alea tak bisa buang kotoran lewat anus.

Ususnya Muntir

“Kami membawa anak itu ke RSUD dr Moewardi Solo untuk dioperasi. Ternyata ada bagian ususnya yang muntir sejak lahir. Usus yang muntir itu dipotong dan dibuat saluran pembuangan kotoran dua, yakni ke dubur dan dibuatkan stoma [lubang yang terhubung ke usus] di perut,” kisah Erma.

Pembuatan lubang stoma di perut bayi asal Sragen itu dilakukan lewat prosedur kolostomi. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat buang air besar (BAB) dengan normal akibat adanya masalah pada usus besar, anus, atau rectum.

Baca Juga: Warga di Masaran Sragen Kenakan Jas Hujan Saat Memandikan & Memakamkan Jenazah, Biar Aman

Setelah operasi, Erma melihat perkembangan. Alea mulai bisa BAB lewat dubur sejak keluar dari RS, November 2020 sampai pertengahan Februari 2021. Namun, setelah 14 Februari 2021, Erma kaget karena dari lubang stoma juga mengeluarkan kotoran yang menyebabkan iritasi.

Sampai sekarang, Erma harus memasang kantung kotoran setiap hari dan menyiapkan obat pasta serta bedak untuk mengatasi iritasi pada kulit Azalea.

Buruh Serabutan

Tentu untuk kebutuhan itu membutuhkan biaya harian yang tidak sedikit. Sementara penghasilan Erma dan suaminya terbatas. Orang tua bayi malang asal Sragen itu hanya mengandalkan penghasilan sebagai buruh serabutan.

“Kantung stoma itu belinya secara online. Satu seharga Rp28.000 untuk sekali pakai. Sehari membutuhkan 2-3 kantung stoma. Belum lagi kebutuhan lainnya. Kami sempat konsultasi ke RSUD dr Moewardi Solo,” ujarnya.

Baca Juga: Warga Karangudi Jadi Korban ke-19 yang Meninggal Tersetrum Jebakan Tikus di Sragen

Dokter di rumah sakit menyampaikan untuk menutup lubang stoma harus lewat operasi.  Tetapi operasi itu harus memastikan iritasinya membaik lebih dulu. Selain itu harus menunggu situasi pandemi Covid-19 juga membaik karena rumah sakit saat ini fokus penanganan Covid-19.

Erma dan suaminya berikhtiar dan terus menjalani pekerjaan apa saja untuk menyediakan kebutuhan bagi bayinya. Ia berusaha untuk bisa mencukupi tetapi ketersediaan biaya juga terbatas.

Berharap Bantuan Dermawan

Erma berharap ada uluran tangan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen untuk sekadar membeli kantung stoma bagi bayi itu. Belum lagi bila sewaktu-waktu operasi lagi, Erma setidaknya juga harus menyiapkan dana Rp40 juta.

Baca Juga: Tabung Gas Bocor, 2 Warga Gemolong Sragen Alami Luka Bakar 30%

Ia berharap dengan adanya kartu BPJS bisa meringankan biaya operasi ke depan. Berat badan Alea dipantau terus oleh bidan desa setempat. Makanan tambahan (PMT) juga diberikan supaya berat badan Alea normal.

Bayan I Taraman, Suprapno, berharap ada uluran tangan para dermawan untuk meringankan beban keluarga Alea. “Kami berharap bagaimana caranya agar bisa membantu kesembuhan Alea untuk masa depan anak itu. Kami berharap Alea bisa normal seperti anak-anak lainnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya