SOLOPOS.COM - Perajin batik menyiapkan kain batik yang akan diwarnai dasar di Dusun Bendungan, Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Selasa (6/9/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Surati, warga Dusun Bendungan, Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri sehari-harinya bekerja sebagai seorang petani. Namun saat musim kemarau tiba, Surati meninggalkan sawahnya untuk mencari cuan dengan cara membatik.

Di musim kemarau, Surati bersama ibu-ibu asal Dusun Bendungan, Desa Jendi memiliki rutinitas membatik. Ia menjadi salah satu perajin batik Mekar Sari di daerah setempat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagai perajin batik, peralatan yang dibawa Surati canting, malam, dan kain. Surati melakukan aktivitas itu mulai pukul 09.00 WIB hingga sore hari.

Dengan tekun, Surati mengikuti seluruh proses membatik. Hal itu mulai dari mendesain motif, nglowong, isen-isen, ngeblok atau menutup kain dengan malam, hingga proses pewarnaan serta penjemuran.

Begitu merampungkan proses membatik, Surati segera pindah ke kain lain guna merampungkan pekerjaan yang sama. Surati meyakini, hasil dari membatik belum cukup memenuhi kebutuhan hidup sebulan. Meski seperti itu, Surati tak mempersoalkannya.

Baca Juga: Batik Kombinasi Bikinan Emak-Emak Jendi Wonogiri Laris Manis di Pasaran

“Setiap potong kain yang dijual itu saya hanya dapat Rp30.000,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (6/9/2022).

Perajin batik Mekar Sari lainnya, Sartini, mengaku aktivitas membatik menjadi pengisi waktu luangnya di rumah. Sehari-hari, Sartini bertindak sebagai ibu rumah tangga (IRT).

“Yang penting urusan rumah sudah selesai. Daripada setelah itu ngumpul dan nggosip, lebih baik berkarya dengan membuat batik,” ucap dia.

Aktivitas membatik di Mekar Sari Dusun Bendungan, Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri dimulai tahun 2019. Mulanya jumlah perajin batik mencapai 16 orang. Kini, jumlah perajin batiknya tinggal 10 orang.

Baca Juga: Ada Fashion Show Batik Ciprat Karya Disabilitas di Karnaval Wonogiri

“Awalnya kami mendapat pelatihan dari BLK [Balai Latihan Kerja] Wonogiri selama 20 hari. Setelah dapat keterampilan membatik, kami mengembangkan sendiri dengan belajar dari perajin di daerah lain. Akhirnya terciptalah batik kombinasi tulis, ciprat, dan cap. Seiring berjalannya waktu, enam orang pembatik ada kerjaan, jadi sekarang tersisa 10 orang,” kata Penggagas dan Penggerak Batik Mekar Sari Jendi, Selogiri, yakni Revolani, Selasa.

Kain batik Mekar Sari ukuran 2 m x 1,15 m hingga 2,5 m x 1,15 m biasanya dijual Rp125.000/kain hingga Rp750.000/kain. Semakin mahal harga batik, menunjukkan tingginya tingkat kesulitan saat proses pembuatannya.

“Setiap bulan ada saja yang memesan. Mulai dari warga sekitar, PKK di tingkat kecamatan hingga dipesan sebagai seragam partai politik,” kata Revo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya