SOLOPOS.COM - Petugas penjaga palang perlintasan sebidang KA Bedowo, Jetak, Sidoharjo, Sragen, membukakan palang pintu dari besi seusai KA Logawa lewat, Selasa (26/4/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Seorang laki-laki mengenakan rompi oranye bertuliskan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) duduk santai di lincak, Selasa (26/4/2022) sore. Lincak itu di depan warung di sebelah barat perlintasan sebidang kereta api (KA) Bedowo, Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen.

Pria itu bernama Wagino. Usianya 38 tahun. Warga Dukuh Pucung, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, itu adalah penjaga palang pintu manual di perlintasan KA sejak Januari 2022. Sebelum ada palang pintu dan penjaga, perlintasan itu rawan kecelakaan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Wagino bertugas bersama tiga temannya dengan sistem sif. Honor mereka dari APBD Kabupaten Sragen. Setiap hari ada tiga sif dengan durasi delapan jam per sif, yakni pagi, siang, dan malam dan setiap hari ada petugas yang libur.

Ritme kerja itu dilakoni Wagino selama 3-4 bulan terakhir dengan upah sama dengan tenaga harian lepas (THL) senilai Rp1,6 juta per bulan. Sif pertama bertugas mulai pukul 06.00 WIB hingga 14.00 WIB. Sif kedua mulai pukul 14.00 WIB-22.00 WIB, dan sif ketiga pukul 22.00 WIB -06.00 WIB.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dari tiga sif itu intensitas lalu lintas KA paling banyak terjadi pada sif kedua. Bisa sampai 26 kereta dalam delapan jam itu. Kalau sif pertama paling sedikit, hanya 18 unit KA yang berlalu-lalang. Kemudian sif ketiga bisa sampai 20 KA meskipun kondisinya dini hari,” jelas Wagino saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga: Warga Ketandan Klaten Bikin Pos Jaga Perlintasan KA dari Uang Jimpitan

Hari itu, Wagino kebetulan mendapat jatah sif kedua. Ia bertugas sendirian untuk membuka tutup palang perlintasan sebidang KA manual di sisi utara dan selatan. Volume kendaraan di jalur alternatif Jetak-Jurangjero itu sudah naik 100% pada momentum mudik menjelang Lebaran ini.

Wagino hanya mengandalkan handy talky (HT) hitam kecil untuk memantau pergerakan KA. Antarpenjaga pintu perlintasan KA saling berkomunikasi menggunakan HT itu untuk mengabarkan ada tidaknya KA yang melintas.

Misalnya, KA Logawa dari arah Surabaya menuju Jakarta. Begitu KA masuk wilayah Stasiun Kedung Banteng Gondang, Kebonromo, hingga Stasiun Sragen Kota sudah bisa dipantau Wagino dari HT itu.

Baca Juga: Aman, Semua Perlintasan KA Tanpa Palang di Jaten Sudah Ditutup

“Volume KA itu harus terpantau. Kalau KA penumpang biasanya tepat waktu lewatnya, tetapi kalau KA BBM [bahan bakar minyak] atau barang kadang sering terlambat karena waktunya tidak bisa dipastikan,” kata Wagino.

Di sepanjang jalur KA dari Sragen-Masaran ternyata masih ada perlintasan sebidang yang tidak berpalang, yakni di Jetak dan Gerdu Duyungan yang juga rawan.

Wagino mengaku tak mengalami kendala berarti selama bertugas, kecuali ketiadaan toilet di lokasi jaga. Sehingga ia kerap kesulitan saat hendak buang hajat mengingat lokasi palang pintu yang jauh dari permukiman.

Baca Juga: Suka Duka Penjaga Perlintasan KA Bedowo, Harus Siaga Demi Kemanusiaan

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen, Catur Sarjanto, menyampaikan ada 12 perlintasan yang tidak perpalang. Selama momentum mudik hingga arus balik, perlintasan itu akan dijaga petugas linmas di bawah tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya