SOLOPOS.COM - Aksi para penarin tua dalam teater tayub, beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Aksi para penarin tua dalam teater tayub, beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

BANTUL—Sembari menampi beras [Memilah beras sebelum dimasak], seorang nenek asyik mengobrol dengan dua teman sebayanya di sebuah pelataran rumah. Saat asyiknya bercengkrama, tampah yang digunakan untuk menampi beras itu terjatuh karena disenggol  tiga gadis yang tiba-tiba muncul. Namun bukannya minta maaf, ketiga gadis itu justru malah menari tayub di depan tiga nenek yang pada waktu mudanya merupakan penari tayub.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Adegan itu mengawali pentas tari berjudul Surup Suryaning Tayub di Auditorium Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Jumat (21/6). Tari garapan Ria Ayu Wahyuni, mahasiswa Program Studi Tari berdurasi 20 menit yang dibungkus dengan teater itu mengisahkan kehidupan penari tayub berusia tua yang mulai terpinggirkan.

Kepada Harian Jogja, Ria menuturkan pertunjukan yang ia pentaskan itu muncul setelah melakukan riset terhadap penari tayub. Dijelaskan dia, pertunjukan itu bermula saat ia bertemu dengan seorang penari tayub berusia tua di Surabaya, Jawa Timur.

“Dulunya waktu muda dia merupakan penari tayub yang memiliki banyak penggemar terutama kaum laki laki. Tapi setelah tua, dia enggak laku. Bahkan waktu saya ambil fotonya dia enggak mau karena merasa sudah jelek,” katanya seusai pentas, Jumat (21/5/2013).

Menurutnya, kisah yang dialami penari tayub di Surabaya itu juga dialami penari tayub pada umumnya. “Waktu muda dia [penari tua] dipuja-puja bahkan ada penonton yang mengajak tidur. Tapi giliran sudah tua, mereka dinilai sudah tidak menarik lagi,” ucapnya.

Dalam tari Surup Suryaning Tayub Ria mencoba memunculkan gerakan tari yang ekspresif. Tengoklah saat adegan tiga penari tua beradu kemampuan dengan tiga penari muda dalam menari tayub. Dalam adegan itu, tiga orang nenek mendadak mencopot kebaya dan melepas konde. Diluar dugaan, penari tua itu mengibas ngibaskan rambutnya dan bergerak laiknya penari hiphop.

“Saya ingin menyampaikan pesan melalui gerakan ini kepada kawula muda bahwa walaupun fisiknya tua, tapi penari sebenarnya memiliki kemampuan hebat dan tidak kalah dengan penari muda.” ungkapnya.

Pentas tari Surup Suryaning Tayub sendiri merupakan salah satu dari lima tari yang disuguhkan dalam Gelar Resital Tari 2013. Even tahunan itu diikuti lima koreografer muda dengan tema beragam yaitu Yuliono Nasution (Gadih Batanduak), Ria Ayu Wahyuni (Surup Suryaning Tayub), Selembayung (Indah Ratna Sari), Ghentak (Vera) dan Firsi Juniantha (Atis).

Pimpinan Produksi Gelar Resital Tari 2013, Ayu Permata Sari menjelaskan, pentas ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh mahasiswa Program Studi Tari khususnya pada bidang penciptaan. “Jadi karya ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana,” ucapnya.

Menurut Ayu, lima koreografer yang tampil itu datang dari latar belakang yang berbeda seperti Jawa, Kalimantan dan Riau. Tak heran, tari yang mereka munculkan tak jauh dari unsur kebudayaan yang ada di tempat asal mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya