SOLOPOS.COM - Pengendara melintas di depan Pasar Wedi, Klaten, Kamis (29/7/2021). (Solopos-Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Nama Wedi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ternyata masih terkait erat dengan kisah perjalanan yang dialami Sunan Pandanaran alias Sunan Bayat di daerah setempat. Sejumlah orang asli Wedi mengaku masih mengakui kebenaran kisah yang dituturkan secara turun-temurun tersebut.

Kepala Dusun (Kadus) I Kalitengah, Kecamatan Wedi, Klaten, Slamet Widodo, 62, mengatakan kisah penamaan Wedi berawal dari perjalanan Sunan Bayat saat berada di wilayah Wedi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setelah bangun pagi, Sunan Bayat berjalan-jalan di daerah yang sekarang berlokasi di dekat Pasar Wedi. Saat itu, Sunan Bayat bertemu dengan orang yang mengangkut beras untuk dijual di daerah setempat.

Baca juga: Ketua Satgas Covid-19 Sebut Awal Agustus Vaksinasi Digencarkan Lagi

Melihat orang mengangkut karung berisi beras tersebut, Sunan Bayat pun menyapa orang tak dikenal tersebut. Sunan Bayat bertanya ke orang pembawa karung beras itu tentang apa gerangan barang yang sedang diangkutnya.

Mendapat pertanyaan itu, orang yang melintas di depan Sunan Bayat itu berkata bohong. Orang tersebut bilang ke Sunan Bayat bahwa karung yang diangkutnya berisi wedi alias pasir. Padahal sejatinya, orang tersebut membawa karung berisi beras.

Membuka Karung Beras

Lantaran sudah berbohong di depan Sunan Bayat, orang yang mengangkut beras itu kaget saat membuka karung berasnya. Bukannya berisi beras, karung yang diangkutnya justru berisi wedi alias pasir. Kisah itulah yang mengakibatkan lokasi kejadian pertemuan Sunan Bayat dengan seseorang pembawa karung beras dinamakan Wedi.

Baca juga: Ternyata Ini Makna Baju Putih dan Selendang Lurik di Peringatan Hari Jadi ke-217 Klaten

Saat ini, Kecamatan Wedi memiliki 19 desa. Di kecamatan tersebut juga terdapat Pasar Wedi. Di Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi sempat ada dukuh yang bernama Wedi.

“Itu kisah turun-temurun hingga sekarang. Kisah ini pernah didiskusikan di Bappeda Klaten. Bahkan, Pemkab Klaten di bawah kepemimpinan Bupati Sunarna pernah membikin filmnya juga. Kisah itu juga ditulis di buku di tahun 1970-an. Dulu saya punya bukunya, tapi sekarang enggak tahu ke mana setelah dipinjam orang,” kata Slamet Widodo, kepada Solopos.com, Kamis (29/7/2021).

Slamet Widodo mengatakan kisah pemberian nama Wedi sering dijadikan sebagai bahan penelitian oleh kalangan akademisi. Hal itu termasuk para mahasiswa dari berbagai daerah di Tanah Air.

Baca juga: Kompleks Makam Bupati Pertama Klaten Ternyata Sering Didatangi Peziarah Saat Malam Jumat

“Mahasiswa yang membikin tulisan tentang Wedi itu dari mana-mana. Banyak yang tertarik dengan menulis Wedi,” katanya.

Hal senada dijelaskan Ketua RW 015 Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, Kusdinarno. Nama daerah Wedi yang terkait dengan kisah Sunan Bayat itu masih diyakini kebenarannya oleh warga setempat.

“Saya tahu cerita itu dari orang tua saya. Jadi ceritanya sudah turun-temurun hingga sekarang. Bakul beras yang berbohong itu menganggap Sunan Bayat seorang begal. Waktu itu, bakul beras itu tak tahu kalau yang bertanya adalah Sunan Bayat. Bakul beras itu wedi [takut] kalau dibegal. Bakul beras itu tergolong orang kaya di zamannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya