SOLOPOS.COM - Mbah Brambang, perajin wayang kertas asal Godean, Wirun, Mojolaban, terus berkarya meski kini wayang buatannya sepi peminat. Foto diambil Minggu (2/10/2022). (Solopos/Tiara Surya Madani)

Solopos.com, SUKOHARJO — Mbah Brambang, perajin wayang kertas asal Godean, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, saat ini sudah berusia 80 tahun. Kendati begitu, semangatnya terus membara untuk membuat karya-karya yang menjadi keahliannya sejak muda.

Kakek-kakek bernama asli Merto Wirjo itu sudah menekuni kerajinan wayang kertas sebagai sumber penghasilan sejak 1966, saat kawasan Soloraya dilanda banjir besar. Dibandingkan dulu, penjualan wayang kertas Mbah Brambang memang sudah jauh menurun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Terlebih setelah pandemi Covid-19. Wayang kertas bikinan Mbah Brambang kini sepi peminat. Sejumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara masih kerap datang ke tempat usaha Mbah Brambang, namun tidak semuanya membeli.

Ada yang datang ke tempat Mbah Brambang di Wirun, Sukoharjo, hanya untuk melihat proses pembuatan wayang kertas dan memotret.

“Saking Blitar, luar negeri saking Malaysia, Singapora, Korea, Hongkong, moto, yen remen nggih mundhut [Dari Blitar, luar negeri dadi Malaysia, Singapura  Korea, Hongkong, untuk memotret, kalau suka ya beli],” kata Mbah Brambang saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Jumat (30/9/2022).

Baca Juga: Mantap! Kalahkan 1.200 UMKM, Suryoart Sukoharjo Jadi Suvenir Resmi KTT G20

Saat dikunjungi Solopos.com, Mbah Brambang sedang mengecat wayang kertas di meja dengan penerangan lampu tergantung di atasnya. Ia mengecat wayang menggunakan cat bubuk yang dicampur minyak.

“Keraton Solo kebanjiran kula sampun damel wayang [Keraton Solo kebanjiran saya sudah membuat wayang],” kata Mbah Brambang menceritakan kapan ia mulai menjadi perajin wayang kertas di Wirun, Sukoharjo.

Bahan Kertas Tahan Air

Ia mengatakan bahan dasar wayang menggunakan kertas wondertex yang tahan air. Selain itu, cat yang digunakan berbentuk bubuk.

Baca Juga: Jenazah KH Dian Nafi’ akan Dimakamkan di Kompleks Ponpes Al-Muayyad Windan

“Awetipun dingge praktek napa hiasan, nek dingge hiasan ya saknjekke awet nggur ditemplekke mawon [awetnya tergantung, buat praktik atau hiasan, kalau untuk hiasan pasti awet karena hanya ditempel],” lanjut Mbah Brambang.

Mbah Brambang mengaku saat ini kesulitan mencari bahan baku kertas untuk membuat wayang. Ia harus memesan kertas itu terlebih dahulu.

“Tumbase niki kula teng toko pun boten nyedep, lajeng ken pesen kalih toko, mengke dibelke pabrik [Belinya ini saya di toko sudah tidak menyediakan, harus pesan ke toko, nanti diteleponkan ke pabriknya],” lanjut Mbah Brambang.

Baca Juga: Pembangunan Jembatan Sasak Ketiga di Plumbon Sukoharjo Berlanjut

Harga wayang kertas yang dibuat perajin asal Wirun, Sukoharjo, itu berkisar Rp40.000 hingga Rp300.000. Harga tersebut tergantung ukuran. Mbah Brambang mengaku paling ingat pengunjung asal China yang pernah datang dan  memesan wayang dengan wajah putih.

Wisatawan paling kathah saking China, remen wayang sing raine putih, bangsane kera, Anoman niku remen [Wisatawan paling banyak dari China, suka wayang yang wajahnya putih, yaitu kera, seperti Anoman],” lanjut Mbah Brambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya