SOLOPOS.COM - KRI Tjiptadi-381 di bawah jajaran komando utama TNI Angkatan Laut, Komando Armada (Koarmada) I. (Antara)

Solopos.com, SOLO -- Insiden pelanggaran oleh kapal-kapal nelayan asing yang dikawal Coast Guard China bukan sekali-dua kali terjadi di Laut Natuna Utara. Perairan yang menjadi zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia itu sudah berkali-kali diterobos oleh kapal-kapal penangkap ikan asal China dan Vietnam. Nelayan lokal pun menjadi korbannya.

Dedi adalah satu dari nelayan itu. Nelayan yang mencari ikan di perairan Natuna sejak 2004 itu mengaku sudah pernah beberapa kali diusir oleh kapal-kapal coast guard dari China dan Vietnam. Dedi menceritakan bagaimana dia harus berhadapan dengan kapal-kapal nelayan asing dengan ukuran jauh lebih besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Saya diusir sama kapal Coast Guard China, dia menempel kapal saya, saya lari," kata Dedi saat hadir di program Mata Najwa yang ditayangkan live oleh Trans7, Rabu (8/1/2020) malam.

Salah satu insiden yang tidak dia lupakan terjadi pada 26 Oktober 2019. Saat itu, dia bertemu dengan kapal Coast Guard China yang mengusirnya. Padahal dia tahu posisi kapalnya masih berada di Laut Natuna Utara. Dia ingat betul koordinat kapalnya saat diusir oleh Coast Guard China.

"Saya yakin masih di Natuna Utara. Di lintang [utara] 6, bujur [timur] 109. Saya sendirian," tutur Dedi.

Selain saat itu, dia sering bertemu dengan kapal-kapal penangkap ikan asing yang kerap mencuri ikan di perairan tersebut. Kapal-kapal itu berukuran jauh lebih besar daripada kapal nelayan Indonesia yang biasanya hanya sampai 20 gross ton (GT). Kapal-kapal itu menggunakan pukat harimau, sedangkan Dedi hanya menggunakan pancing.

"Kapal saya sendiri 7 GT. Kalau mereka [kapal-kapal asing] ada yang 50 GT, 80 GT, bahan 100 GT. Itu kapal dari China, ada kapal Vietnam," kata Dedi.

Soal pertemuannya dengan kapal Vietnam, Dedi juga mengaku pernah diusir oleh kapal coast guard negara tetangga itu. Padahal dia yakin posisi kapalnya masih berada di dalam batas Laut Natuna Utara. "Kalau saya lihat di peta itu masih Indonesia punya. Nelayan di sana tahu, kita sudah dikasih tahu soal perbatasan," tegasnya.

Host Najwa Shihab pun tergelitik untuk bertanya lebih lanjut soal peran kapal-kapal penjaga perbatasan Indonesia dalam melindungi kapal nelayan lokal. Dedi mengaku ada kapal coast guard Indonesia, namun jumlahnya sedikit dan tidak beroperasi selama 24 jam.

Dedi mengungkapkan kapal-kapal asing semakin banyak bermunculan di Natuna Utara. Kapal asing semakin meraja lela di Natuna karena selalu dikawal oleh kapal coast guard negara mereka.

"Tahun 2000 banyak sekali kapal asing, tapi 2017-2018 itu sudah berkurang. Nah pada 2019 mulai banyak lagi. Saya tidak tahu [penyebabnya]. Saya berharap ada patroli yang ditambah jadi 24 jam penuh," tutup Dedi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya