SOLOPOS.COM - Juru kunci Makam Ki Gede Sala atau Kiai Sala di Mloyokusuman RT 001/RW 012 Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Joko Saputro Adi, 45, saat berada di kompleks makam itu, Rabu (9/2/2022) pagi. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Kiai Sala atau Ki Gede Sala merupakan tokoh penting dalam proses pemindahan Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala atau lokasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang masih bertahan hingga sekarang ini.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dikisahkan, Ki Gede Sala merupakan penguasa pemerintahan di Desa Sala sebelum pindahnya Keraton Mataram Kartasura. Dalam proses pemindahan Keraton Mataram, Ki Gede Sala lah yang berkomunikasi dengan utusan kerajaan.

Namun diriwayatkan Ki Gede Sala tak menemui era pemindahan Keraton Mataram ke Sala. Tak lama setelah menyepakati pemindahan Keraton Mataram ke Sala dan menerima ganti rugi atas pemindahan itu, Ki Gede Sala meninggal dunia.

Baca Juga: Soeracarta Heritage Society Jajaki Potensi Wisata Virtual Kampung Solo

“Semasa pembangunan Keraton beliau seda. Tahun 1700-an berapa, yang jelas sebelum Keraton resmi pindah. Sebelum boyong kedhaton dan deklarasi,” ujar Juru Kunci Makam Kiai Sala, Joko Saputro Adi, 45, kepada Solopos.com, Rabu (9/2/2022).

Joko menjelaskan di Kompleks Makam Kiai Sala yang tak seberapa luas ada dua makam lain, yaitu makam Kiai Carang dan Nyai Sumedang. Menurut Adi, antara Kiai Sala dengan Kiai Carang dan Nyai Sumedang tak ada hubungan saudara.

Tapi mereka adalah teman seperguruan di sebuah padepokan Desa Sala. “Tidak ada hubungan saudara. Tapi dulu beliau-beliau saudara seperguruan saat dulu pada masanya ada semacam padepokan di Desa Sala,” urainya.

Baca Juga: Sejarah Kerbau Bule Milik Keraton Solo, Ternyata Hewan Kesayangan PB II

Penyebab Meninggal

Adi menjelaskan menurut cerita yang dia ketahui, Kiai Carang dan Nyai Sumedang selalu menemani Ki Gede Sala saat memimpin Desa Sala. Berpindahnya Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala pun atas izin mereka sebagai pemangku desa.

Diceritakan, semula penguassa Kerajaan Mataram akan membangun keraton baru di area yang saat ini berdiri Masjid Agung Solo. Saat itu Kiai Sala meminta agar lokasi bangunan utama Keraton digeser ke sebelah selatan, di lokasi saat ini.

“Awalnya kan bangunan utama Keraton akan dibangun di lokasi yang saat ini berdiri Masjid Agung Solo. Oleh Kiai Sala diperintahkan agar digeser ke selatan, dan dipenuhi. Lokasi itu ya di lokasi keraton yang sekarang ini,” katanya.

Baca Juga: Sejarah Solo: Sikap Plin-Plan PB II dan Pemberontakan di Keraton Baru

Sedangkan ihwal penyebab meninggalnya Kiai Sala, Adi mengaku tidak tahu persis. Sebab menurutnya tidak ada cerita yang menjelaskan sebab meninggalnya Ki Gede Sala. “Tapi sepertinya ya karena sepuh ya meninggalnya,” tuturnya.

Adi mengungkapkan hingga kini Makam Kiai Sala banyak diziarahi masyarakat. Kebanyakan dari para peziarah itu datang pada hari Kamis malam Jumat Legi. Sebab hari itu merupakan wiyosan weton atau hari kelahiran Kiai Sala.

“Kondisi makam di sini banyak yang berziarah di malam Jumat Legi. Ketika wiyosan weton atau hari kelahiran karena meninggalnya juga sama di malam Jumat Legi. Tapi pada malam Jumat Kliwon juga banyak yang berziarah,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya