SOLOPOS.COM - Mardikunyit, 73, juru kunci Makam Bupati pertama Wonogiri,Raden Hangabehi (R. Ng.) Djojosoedharso. (Luthfi Shobri Marzuqi/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI – Di tengah serangkaian perayaan hari jadi Kabupaten Wonogiri ke-281, memunculkan kisah dari sosok yang cukup penting, namun terpinggirkan.

Sosok itu bernama Mardikunyit, 73, juru kunci Makam Bupati pertama Wonogiri, yang sudah 30 tahun lamanya ikut merawat makam tokoh penting di Kabupaten Wonogiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setiap tahun, saat jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri berziarah ke makam tersebut, Mardi mengaku selalu membersihkan makam. Mencabuti rumput liar dan memastikan kelayakan makam tersebut menjadi tempat berdoa dan berkumpul para pejabat.

Namun saat hari berziarah datang, alih-alih duduk bersama tamu yang datang dari pusat Kabupaten Wonogiri, ia justru berada jauh dan menyendiri.

Seperti pada Jumat (13/5/2022), Mardi, sapaan akrabnya, memilih duduk jauh, dekat area parkir kendaraan. Sementara pejabat mulai dari Pemkab Wonogiri hingga Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompincam) Nguntoronadi berziarah di kompleks Makam Bupati Pertama Wonogiri, Raden Hangabehi (R. Ng.) Djojosoedharso, yang berlokasi di Dusun Dringo, Desa Wonoharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.

Baca Juga: Hari Jadi Kabupaten Wonogiri, Tunggu Aksi Keren Tim Paralayang Ini

Mardi bahkan mengaku, selama bertahun-tahun menjadi juru kunci belum kunjung mendapat perhatian pemerintah. Dia mempersoalkan honor yang tak pernah didapat dari upayanya merawat makam milik tokoh pembabat alas Wonogiri itu.

“Jadi sebisa mungkin, selama ini, dicukup-cukupi dari penghasilan petani. Soalnya dari para peziarah juga enggak bisa diandalkan,” ucapnya saat ditemui Solopos.com, Jumat.

Pengakuan itu dikonfirmasi Kepala Desa (Kades) Wonoharjo, Yuliyanto, saat ditemui secara terpisah. Ia mengakui, selama ini yang paling menjadi kendala dari pengelolaan Makam Bupati Pertama Wonogiri ada pada honor juru kunci.

Hal itu karena menurut peraturan yang berlaku, honor juru kunci tak dapat masuk dalam indeks penganggaran.

Baca Juga: Penyakit Mulut & Kuku Merebak, Peternak Sapi Wonogiri Bagikan Tips ini

Yuli, sapaan akrabnya, mengklaim pengelolaan makam tersebut sudah turut dianggarkan melalui dana desa. Pembangunan dari berbagai segi juga telah dilakukan meski sedikit demi sedikit.

“Pada 2016 lalu pertamanya pembangunan jalan. Kemudian pada 2017 dibangun paving dan area parkir, selanjutnya, 2018 dibangun secara pribadi,” katanya, Jumat.

Pembangunan pribadi yang ia maksud berasal dari paguyuban yang mengaku sebagai generasi penerus keturunan Djojosoedharso.

Kades Wonoharjo itu mencontohkan seperti kondisi yang terjadi di Astana Giribangun yang tanahnya dimiliki pribadi.

Tanah di permakaman Bupati Pertama Wonogiri yang dimiliki pribadi, menurutnya menjadi persoalan lanjutan dan salah satu penyebab tak adanya honor bagi juru kunci seperti Mardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya