SOLOPOS.COM - Seluruh bagian dalam Masjid Tiban Wonokerso Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri menggunakan kayu. Foto diambil, Selasa (22/3/2022). (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Peninggalan penyebaran ajaran Islam sering kali ditandai dengan keberadaan tempat Ibadah. Di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di tengah-tengah Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, terdapat sebuah masjid kuno yang konon dibangun ratusan tahun lalu, sejak zaman Wali Songo.

Kekunoan itu terlihat jelas dari bentuk fisiknya. Dari luar, bangunannya sekilas seperti panggung dengan atap tajuk.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Seluruh komponennya berbahan kayu jati. Mulai dari lantai, dinding, empat sakaguru sebagai penopang, dan langit-langit atapnya. Termasuk mimbar yang berdesain kuno di masjid itu terbuat dari kayu jati.

Masjid itu populer dengan nama Masjid Tiban Wonokerso. Bangunan inti masjidnya tak terlalu luas, sekitar 6 meter X 7 meter. Jika dibandingkan dengan serambinya, luas bangunan inti masjid tersebut hanyalah setengahnya.

Baca Juga: Dikenalkan Sunan Kalijaga, Ketupat & Opor Jadi Makanan Khas Lebaran

Status Masjid Tiban Wonokerso saat ini merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi langsung Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
Penamaan masjid tiban menunjukkan bangunan itu tak diketahui kapan awal mula pendiriannya. Kata tiban yang berasal dari bahasa Jawa. Tiban biasa dipakai untuk menyebut tempat atau benda yang tiba-tiba ada/berdiri.

Juru Rawat Masjid Tiban Wonokerso, Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, Warto, mengisahkan para Wali Songo mencari kayu ke arah selatan saat ingin membikin Masjid Demak. Dari perjalanan itu, Wali Songo menemukan kayu di hutan di sekitar Desa Sendangrejo.

“Setelah memotong beberapa pohon jati, Wali Songo beranggapan kayu itu belum cocok dijadikan struktur bangunan Masjid Demak,” kisah Warto, kepada Solopos.com, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga: Menengok Petilasan Sunan Giri di Wonogiri, Ada Apa Saja?

Usai menemui ketidakcocokan itu, para Wali Songo lalu memilih sejumlah bilah kayu jati dibangun menjadi masjid. Keberadaan masjid itu digunakan sebagai saran mujahadah.

“Mencari petunjuk mana kayu yang bisa dijadikan Masjid Demak. Setelah itu mereka mendapat petunjuk ke arah timur, tepatnya di Hutan Donoloyo yang berada di Kecamatan Slogohimo,” ujarnya.

Raden Mas Said

Namun cerita itu hanya terhenti di situ. Tak ada penjelasan lain. Setelah para Wali Songo menemukan kayu jati yang digunakan untuk mendirikan Masjid Demak, Masjid Tiban Wonokerso ditinggalkan tak terurus. Di periode berikutnya, muncul kisah Raden Mas Said.

Baca Juga: Masjid Tiban Tempurkali, Bukti Sejarah Penyebaran Islam di Wonogiri Selatan

“Dulu, Raden Mas Said ke sini untuk bersembunyi di dalam hutan dari kejaran kolonial Belanda. Tetapi saat bersembunyi, beliau tidak sadar kalau dirinya bersembunyi di dalam kolong masjid. Setelah Belanda pergi, ia lalu baru mengetahui bahwa tempatnya bersembunyi adalah masjid,” terangnya.

Selepas itu, lanjutnya, Raden Mas Said mulai merawat masjid. Selanjutnya, Raden Mas Said meninggalkan masjid itu lalu menyerahkannya ke tiga orang. Masing-masing, Tuhuono, Hambali, dan Ki Ageng Wonokerso.

Ketiga orang itu menjadi perawat pertama Masjid Tiban Wonokerso yang hingga kini diteruskan ke penerus-penerusnya yang lain, sampai kini perawatannya ditangani Warto. Selama ratusan tahun berdiri, kata dia, Masjid Tiban Wonokerso akhirnya direnovasi pada 2002.

Baca Juga: Seluruh Wilayah di Wonogiri Diklaim Nihil Takbir Keliling

“Direnovasi total, kayu-kayu dicuci. Yang rusak diganti. Setelah itu, tidak ada renovasi lagi,” kata Warto.

Sejak saat itu, perawatan Masjid Tiban Wonokerso makin baik hingga kini. Magnet kekunoan dan kisah-kisah bernuansa sejarah di baliknya hingga kini masih diminati masyarakat.

Meski pandemi Covid-19 berlangsung dua tahun lamanya, Masjid Tiban Wonokerso masih sering dikunjungi warga. Bahkan, kebanyakan berasal dari luar Wonogiri. Saat Lebaran mendatang, Masjid Tiban Wonokerso diyakini bakal dipenuhi jemaah.

“Jemaah yang menjalankan Salat Idulfitri hingga melebar ke luar [ke jalan-jalan hingga sebagian rumah warga di sekitar masjid]. Pada malam ke-21 Ramadan biasanya mulai ramai. Suasananya semakin ramai pada hari-hari menjelang Lebaran,” kata Warto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya