SOLOPOS.COM - Pengepul gitar, Budi Anto, menunjukkan gudang gitar milik bosnya Wahyu Dwi Kastyanto di Ngrombo, Baki, Sukoharjo, Senin (20/6/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SUKOHARJO – Desa Ngrombo di Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, sejak lama dikenal sebagai kampung atau sentra perajin gitar. Pada September 2021, Ngrombo dinobatkan sebagai juara I Lomba Desa Wisata kategori kreatif di ajang BCA Desa Wisata Awards 2021.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di masa sebelum pandemi Covid-19, gitar yang diproduksi perajin Desa Ngrombo Sukoharjo mampu menembus pasar luar negeri. Namun sejak sejak pandemi menerjang, perajin kesulitan bahkan hanya mampu memproduksi 50% gitar dibandingkan sebelumnya. Hal itu disampaikan pengepul gitar di desa setempat, Budi Anto, 30.

“Biasanya sampai 130 lusin [barang mentah] yang dikirimkan ke perajin untuk di produksi [perbulan] sekarang [semenjak pandemi] hanya bisa setengahnya. Paling hanya 50 lusin perbulan,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di gudang gitar milik bosnya, Wahyu Dwi Kastyanto, di Ngrombo, Senin (20/6/2022).

Budi Anto mengatakan sebelum pandemi tidak ada stok packing di gudang yang menumpuk walaupun stok bahan mentah gitar selalu ada. Namun saat pandemi, pengiriman tertunda hingga mengakibatkan penumpukan gitar di gudang. Terkadang, gitar yang dikirim rusak ketika sampai ke tangan customer.

Dia menambahkan stok gitar yang tertumpuk memiliki risiko lain. Gitar yang berada dalam kardus dengan suhu panas akan memungkinkan bodi gitar melengkung. Risiko lain seperti serangan hewan rayap juga menjadi hambatan tersendiri.

Baca juga: Dikenal sebagai Kampung Gitar, Ini Keunikan Ngrombo Sukoharjo Desa Wisata Terbaik Se-Indonesia

“Kalau [kerusakan karena hewan/rayap] sedikit sih bisa diobati, kalau sudah banyak dibuang. Kan partai besar tidak semua bisa dipakai. Stok terlalu banyak juga tidak semuanya bagus, retur juga tetap ada,” jelasnya.

Memiliki Strategi Khusus

Dia mengaku selama pandemi tak hanya harus memiliki strategi khusus tetapi persaingan harga pasar juga menjadi kendala lain. Pasalnya, beberapa perajin memilih menurunkan harga untuk menutup biaya kebutuhan sehari-hari.

“Rusaknya ya selama pandemi harga kita hancur, banting harga. Soalnya [perajin] kadang beralasan untuk makan. Padahal kami naikin harga Rp5.000 rupiah saja susah. Kasarannya kita jual gitar dengan harga Rp130.000 ada yang jual lebih murah Rp100.000 daripada gak makan, ya gak masalah sih. Jeleknya ga ada paguyuban ya itu,” katanya.

Baca juga: Joss.. Gitar Produksi Ngrombo Sukoharjo Tembus Pasar Internasional, Pantas Jadi Desa Wisata Terbaik 

Persaingan harga tersebut juga diperparah dengan keadaan konsumen, lantaran kebanyakan toko yang mengambil produk hanya memilih harga termurah dibandingkan dengan kualitas yang menjadi daya saing. Saat ini pihaknya sedang berusaha mempertahankan harga seperti sebelum pandemi.

Budi Anto mengungkapkan harga gitar dibanderol mulai dari Rp60.000-Rp65.000 untuk ukulele, sementara untuk gitar lain ada yang Rp120.000 sampai Rp600.000an. Gitar di gudang itu biasanya dikirimkan ke seluruh Indonesia kecuali Aceh dan Papua dengan daerah terbanyak ke Kalimantan dan Sumatra.

Diwawancarai terpisah, perajin gitar elektrik di Desa Ngrombo, Agus Witaryanto, mengatakan memiliki kendala yang sama terkait pengiriman dan tingkat penjualan yang berkurang.

Baca juga: Jadi Desa Wisata Terbaik Se-Indonesia, Ada Apa Saja di Ngrombo Sukoharjo?

“Pada saat pandemi terkadang yang menjadi kendala pengiriman [tertunda], sama tingkat penjualan dari toko yang saya kirimi itu berkurang. Soale kan terkadang kemarin banyak yang diliburkan kerja. Misalnya ada yang seharusnya punya tabungan untuk beli gitar, jadi untuk kebutuhan sehari-hari,” jelasnya saat ditemui di lokasi produksinya.

Dia menjelaskan home industry skala kecil yang dimilikinya biasanya menghasilkan tiga hingga empat lusin gitar per bulan. Namun selama pandemi hanya mampu memproduksi sebanyak satu lusin, mengingat proses produksi yang cukup panjang.

Di sisi lain setelah kondisi berangsur pulih dari pandemi, pihaknya terkendala modal. Perajin, lanjut dia, harus mengumpulkan kembali modal untuk menghidupkan lagi usaha pembuatan gitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya