SOLOPOS.COM - Sumarno Joko Mulyono alias Joko, seorang penyandang disabilitas membuka angkringan di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, Selasa (4/1/2022). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN—Sumarno Joko Mulyono alias Joko, 24, seorang penyandang disabilitas asal Jerukan RT 001/RW 003, Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, bertekad tak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Di tengah keterbatasan karena kedua tangannya tumbuh tidak sempurna sejak lahir, Joko tetap ingin hidup mandiri.

Setelah usahanya menjual pulsa telepon seluler (ponsel) yang sudah digeluti selama tiga tahun tak berkembang, Joko sempat menganggur beberapa waktu. Di tengah menganggur itulah Joko diberi masukan oleh salah seorang sahabatnya agar membuka angkringan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama satu pekan, Joko masih pikir-pikir membuka usaha angkringan. Joko khawati kerepotan saat melayani pembeli jika usaha yang digeluti berupa angkringan. Joko membayangkan melayani pembeli dengan kondisinya serbaketerbatasan.

Baca Juga: Berprestasi saat Pandemi, 4 Siswi SMPN 1 Selogiri Terima Penghargaan

Ekspedisi Mudik 2024

Waktu satu pekan untuk masa pikir-pikir segera berlalu. Joko pun membulatkan tekad mengambil peluang dengan membuka angkringan. Joko membuka usaha angkringan persis di saat warga di Tanah Air dihebohkan dengan munculnya pandemi Covid-19, Maret 2020.

Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Joko pun tetap memaksakan diri membuka angkringan dengan modal awal yang dimiliki senilai Rp5 juta.
Joko membuka usahanya tepat di pinggir Jl. Pakis-Teloyo, tepatnya di Sekaran, Kecamatan Wonosari. Angkringan milik Joko tak jauh dari palang rel Kereta Api (KA) Wonosari, Klaten (di sebelah timur palang rel KA Wonosari).

Menu angkringan milik Joko hampir sama dengan menu di angkringan pada umumnya. Selain menyediakan aneka minuman, di angkringan milik Joko yang buka pukul 07.00 WIB-17.00 WIB ini menjual nasi belut, nasi teri, nasi bandeng, dan nasi telur. Berbagai menu makanan itu dibikin orang tua Joko.

Baca Juga: Praperadilan Ditolak, Penyidikan Korupsi Hibah Sapi Wonogiri Berlanjut

Aneka minuman dan makanan dijual relatif murah, rata-rata senilai Rp2.000-Rp3.000 per porsi. Di angkringan ini juga tersedia beberapa gorengan, seperti tahu, tempe, tape, baceman, dan lainnya. Aneka gorengan di angkringan milik Joko disuplai salah seorang keponakannya.

“Satu bulan pertama itu sangat sepi. Tak lama setelah awal-awal pandemi Covid-19 itu kan memasuki Bulan Puasa. Angkringan saya masih sepi. Begitu memasuki bulan keempat sampai sekarang, angkringan saya terbilang ramai. Dalam sehari, saya bisa meraup omzet senilai Rp200.000-Rp300.000,” kata Joko, saat ditemui Solopos.com, di angkringannya di Sekaran, Kecamatan Wonosari, Selasa (4/1/2022).

Meski sebagai seorang penyandang disabilitas dan lulusan SD, Joko sama sekali tak malu atau minder saat membuka angkringan. Sebaliknya, Joko hanya ingin membuktikan semua makhluk sama di depan Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: Libur Nataru Jadi Berkah Pedagang WGM Wonogiri

“Orang tua saya itu yang satu kerja di pabrik, satunya sebagai buruh bangunan. Saya tiga bersaudara. Saya anak nomor dua dan satu-satunya yang menyandang disabilitas. Tapi, saya tak ingin ngrepotin orang tua. Sebagian hasil yang saya peroleh dari angkringan ini saya berikan ke orang tua,” katanya.

 

Kredit Motor

Joko hanya seorang diri selama membuka angkringan. Lantaran sendirian, Joko pun sempat kerepotan saat melayani pembeli di awal-awal membuka angkringan. Kerepotan yang sampai sekarang masih sering dirasakan Joko saat menemui pelanggan yang memesan minuman dengan cara dibungkus ke dalam plastik. Lantaran kedua tangannya tak sempurna, Joko masih kesulitan membungkus minuman seorang diri.

“Kalau ada yang pesan es teh dibungkus plastik itu saya enggak bisa nali. Seringnya, pelanggan itu sendiri yang tak minta naleni. Jika ada teman, biasanya saya minta tolong ke teman agar membantu naleni,” katanya.

Baca Juga: Pekerja Migran Klaten Utara Positif Covid-19, Pemkab Tunggu Hasil Lab

Selama membuka angkringan di pinggir Jl. Pakis-Teloyo, Joko sudah mulai memperoleh pemasukan secara stabil setiap bulan. Sejak setengah tahun terakhir, Joko sudah membeli sepeda motor Honda Beat secara kredit.

“Sebelum punya sepeda motor, saya jalan kaki dari rumah ke angkringan [berjarak 500 meter]. Saya memang butuh sepeda motor untuk mendukung operasional. Sepeda motor ini saya modifikasi di bengkel Sukoharjo,” katanya.

Salah seorang pelanggan angkringan milik Sumarno Joko Mulyono, yakni Yogi, 24, mengaku sering jajan ke angkringan Joko di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari.
“Makanan paling enak di sini adalah nasi belut. Rasanya enak dan harganya terjangkau,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya