SOLOPOS.COM - Taman Plintheng Semar Wonogiri. (Instagram)

Solopos.com, WONOGIRI — Plintheng Semar Wonogiri berlokasi di Jl. Ahmad Yani, tepatnya di kawasan Taman Selopadi, Wonogiri. Lokasinya yang tak jauh dari perempatan Ponten tersebut menjadikan Plintheng Semar termasuk bagian dari wajah kota di Wonogiri.

Plintheng Semar merupakan sebuah batu raksasa. Diameter batu raksasa yang berada di dekat pohon asam itu lumayan besar. Saking besarnya, tak cukup jika dirangkul tiga orang dewasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari segi bahasa Jawa, plintheng berarti ketapel atau alat pelontar batu atau sejenisnya. Sedangkan Semar adalah salah satu tokoh pewayangan. Semar memiliki tiga anak, yakni Bagong, Petruk, dan Gareng. Para tokoh itu lazim disebut Punakawan.

Solopos.com pernah mengupas Plintheng Semar Wonogiri, Jumat (4/11/2016). Waktu itu, Solopos.com, mewancarai Kasi Seni Budaya Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wonogiri, Eko Sunarsono.

Ekspedisi Mudik 2024

Dari keterangan Eko Sunarsono terdapat beberapa versi asal mula Plintheng Semar. Pertama, jauh sebelum Wali Songo ada di tanah Jawa, konon ada seorang pemuka agama Islam dari Persia yang menyebarkan ajaran Islam bernama Syeh Subakir. Namun, Ki Bodronoyo yang tak lain adalah Semar tak rela Syeh Subakir mengislamkan Jawa.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Wonogiri, Ternyata Daerah Super Kaya di Soloraya

Menurut Ki Bodronoyo masyarakat Jawa sudah tenteram dengan segala kebudayaannya. Hingga akhirnya, Syeh Subakir dan Ki Bodronoyo bertarung sengit. Kekuatan mereka imbang.

Ki Bodronoyo pun harus mengeluarkan senjata plintheng tapi tak membuat musuhnya terluka. Peluru plintheng yang dilontarkan jatuh di lokasi sekarang ini, yakni kawasan Taman Selopadi, Wonogiri

“Suatu ketika, Ki Bodronoyo tak melarang Syeh Subakir mengislamkan Jawa tapi tak boleh memaksa,” urai Eko kepada .

Versi kedua, diceritakan Semar yang merupakan dewa bersama tiga anaknya menjaga Pandawa saat bermeditasi di Grojogan Sewu, Tawangmangu (Kabupaten Karanganyar). Lalu muncul raksasa yang ingin memakan Pandawa.

Baca Juga: Mak Nyes! Ini Deretan Wisata Air Terjun di Wonogiri

Semar yang mengetahui hal itu berusaha melindungi Pandawa. Keduanya akhirnya berperang. Raksasa ternyata sangat sakti.

Semar menggunakan senjata kentutnya, tapi tak mempan. Akhirnya semar membuat plintheng sakti. Dengan plintheng itu raksasa kalang kabut.

Sampai akhirnya, peluru plintheng yang berukuran tiga kali gajah mengenai raksasa hingga akhirnya mati. Peluru tersebut terjatuh di tempatnya yang sekarang dikenal sebagai Plintheng Semar.

“Plintheng Semar bisa dimaknai sebagai paku Wonogiri. Paku itu lambang keyakinan, prisip, dan keteguhan yang kuat,” ulas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya