SOLOPOS.COM - Seorang pengemis beroperasi di wilayah Kecamatan Prambanan, Jumat (28/8/2020). (Taufiq Sidik Prakoso/Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Pandemi Covid-19 mengubah kehidupan Bu Pawit yang biasa berjualan kopi di sekitar permakaman Sukoharjo. Kini Bu Pawit yang berusia 57 tahun itu banting setir menjadi pengamen di kawasan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Bersandal jepit dengan tas samping menggantung di bahunya, Bu Pawit duduk di median jalan. Peluh membasahi wajahnya setelah hampir dua jam berjemur di terik sinar matahari sore di simpang empat Kecamatan Prambanan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ibu yang mengenakan kaos dan celana pendek lusuh berwarna merah itu bergegas berdiri ketika lampu alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) menyala merah. Bu Pawit mendatangi mobil yang berhenti di persimpangan jalan.

Aktor Preman Pensiun Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Bermodal icik-icik atau tamborin dari tutup botol yang dipipihkan, dia mulai bernyanyi sembari mendekati satu per satu mobil pengendara yang melintas. Tak jelas lagu apa yang dia nyanyikan lantaran suaranya kalah kencang dengan deru mesin kendaraan yang berlalu lalang.

Sesekali dia menundukkan kepalanya sembari mengucapkan terima kasih ketika ada pengemudi yang memberinya uang.

Sudah sebulan terakhir, Bu Pawit menjadi pengamen di wilayah Kecamatan Prambanan, Klaten. Dia biasa mengamen saban sore. Rata-rata dia mengamen selama dua jam.

“Kadang setengah tiga sudah mengamen kadang magrib,” kata Ny. Pawit saat ditemui Solopos.com di sela kegiatannya mengamen, Jumat (28/8/2020).

Pijatan Maut Yulianto Si Jagal Kartasura Sukoharjo

Selama dua jam mengamen, dia mengaku pendapatannya tak menentu. Namun, Bu Pawit mengaku rata-rata bisa mendapatkan uang Rp40.000 dari hasil jadi pengamen di Prambanan.

Dia terpaksa mengamen lantaran kesehariannya berjualan kopi di salah satu kompleks makam di Sukoharjo tidak menghasilkan. Permakaman itu ditutup akibat pandemi Covid-19.

“Makam ditutup. Akhirnya tidak bisa berjualan,” kata wanita asal Pacitan, Jawa Timur tersebut.

Bubur Bakar Badran Solo Viral, Apa Istimewanya?

Mengadu Nasib

Bu Pawit lantas memutuskan mengamen ke wilayah Klaten. Di Prambanan, dia menginap di salah satu bangunan tak jauh dari simpang empat Prambanan. Hanya saja, dia tidak menjelaskan secara detail tempatnya menginap selama sebulan terakhir.

Mengadu nasib di jalanan kerap membuat wanita itu waswas. Dia khawatir sewaktu-waktu terjaring razia Satpol PP.

“Waswas juga, tetapi mau bagaimana lagi. Alhamdulillah sejak mengamen di sini tidak ada razia,” ungkap dia.

Bu Pawit mengaku tidak ingin berlama-lama jadi pengamen di Prambahan. Dia hanya berharap bisa kembali berjualan kopi.

“Inginnya virus corona segera pergi dan kondisi normal hingga bisa berjualan lagi,” kata dia.

Diawali Cekcok, Pria di Pekalongan Nekat Bakar Diri Bareng Istri & Anak Balitanya

Kabid Penegakan Perda dan Perbup Satpol PP Klaten, Poniman, mengakui ada kecenderungan peningkatan jumlah PGOT yang beroperasi di Klaten sejak ada pandemi Covid-19. Hanya saja, penanganan PGOT selama pandemi terkendala penanganan pascaoperasi lantaran panti-panti rehabilitasi hingga kini masih tutup. Meski terkendala penanganan pascaoperasi, Poniman menegaskan operasi terhadap PGOT rutin digelar.

“Untuk sementara ini ketika kami operasi PGOT kami data kemudian kami pulangkan. Kalau biasanya kami data dilanjutkan dikirimkan ke panti untuk menjalani rehabilitasi,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya