SOLOPOS.COM - Satrio Rindang Anggoro, 12, saat berjualan aneka makanan ringan di Angkringan Cemuk, Kecamatan Giriwoyo, Minggu (27/9/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Keberanian dan mental Satrio Rindang Anggoro, 12, untuk berdagang aneka makanan atau snack ringan secara keliling patut ditiru dan dijadikan contoh. Bocah kelas 6 SD asal Beturetno Wonogiri itu berjualan snack untuk membantu perekonomian keluarga.

Kedua orang tua Satrio, Eko Nur Cahyono dan Darmini, terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tempat kerjanya di Jakarta akibat pandemi Covid-19. Di sisi lain, Satrio juga tengah menginginkan membeli sepeda.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun karena kondisi perekonomian keluarganya sedang tidak membaik, ia berusaha berjualan dan hasilnya bakal ditabung untuk membeli sepeda. Satrio bersama kedua orang tuanya kini tinggal disebuah indekos atau kontrakan di lingkungan Batu Tengah RT 001/010, Desa Baturetno, Kecamatan Baturetno, Wonogiri.

Gemolong Pemasok Terbesar Anjing di Soloraya, Ini Tempat Penampungannya

Satrio mulai tinggal di Baturetno sejak usia 10 tahun, tepatnya saat kelas empat SD. Sebelumnya ia ikut merantau orang tuanya di Jakarta. Ayahnya, Eko Nur Cahyono, merupakan warga asli Baturetno. Sedangkan Ibunya, Darmini, merupakan warga asli Ciamis, Jawa Barat.

Satrio pernah ditinggal orang tuanya selama berbulan-bulan untuk bekerja di Jakarta. Ia tinggal di indekos sendiri dengan diawasi dan dipantau oleh pemilik indekos. Kebetulan pemilik indekos merupakan teman dari keluarga ayahnya.

Setelah tiga bulan lalu orang tuanya pulang kampung karena terkena PHK, ia berinisiatif dan mengajak ayahnya untuk berjualan snack secara keliling. Ayahnya, Eko, lantas menyetujui apa yang menjadi inisiatif anaknya tersebut.

Bermodalkan kenal dengan beberapa pedagang snack di Pasar Bung Karno Baturetno, Eko mulai mencoba dan mendatangi pedagang yang ada di pasar itu.

"Alhamdulillah karena sudah kenal dengan saya, mereka mempercayai kami. Kami tidak harus membayar dulu kepada pedagang. Kami jualan dulu, bayarnya setelah kami selesai berjualan," kata Eko saat ditemui Solopos.com di tempat tinggalnya, Minggu (27/9/2020).

Cepat Habis

Menurut Eko, saat berjualan, barang dagangan Satrio lebih cepat habis ketimbang dagangannya. Sementara itu, Satrio kepada Solopos.com mengaku tidak malu atau takut ketika ia berjualan secara keliling.

Teman-teman dan tetangganya pun juga telah tahu kalau ia saat ini sedang berjualan. Snack yang ia jual yakni brem, onde-onde, roti kering, balungan ketek, pangsit dan aneka makanan ringan lainnya.

Dia mulai berjualan sejak pukul 08.00 WIB. Jika barang dagangan habis, ia segera pulang. Kemudian pada sore atau malam hari, sekitar pukul 18.30 WIB ia mulai berjualan lagi hingga pukul 21.00 WIB.

Klaster Perkantoran Sukoharjo: 8 ASN Positif Covid-19, Menara Wijaya Tutup 10 Hari

Jika wilayah jualannya hanya sekitar Baturetno, ia berangkat sendiri. Namun jika jauh dari tempat tinggalnya, Satrio diantarkan ayahnya. Tidak hanya di Baturetno, bocah SD itu juga berjualan snack di Batuwarno, Tirtomoyo, Giriwoyo, Giritontro, Pracimantoro, bahkan hingga ke Ngadirojo dan Wonogiri Kota.

"Alhamdulillah sering habisnya. Kadang hanya sisa tiga atau empat bungkus. Saya kali pertama jualan tidak malu, tapi hanya takut tidak laku. Setelah hari pertama dagangan habis, saya langsung semangat berjualan di hari-hari berikutnya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya