SOLOPOS.COM - Tim SAR gabungan melakukan proses pencarian korban di jalur material guguran awan panas Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal hingga Rabu pukul 10.30 WIB hari ini berjumlah 41 orang dan 12 orang dalam proses pencarian. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/YU

Solopos.com, LUMAJANG — Kisah tragis dialami Ali, seorang kuli penambang pasir di lereng Gunung Semeru, Jawa Timur. Pria yang sehari-hari bekerja di area penambangan pasir di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu pun sampai saat ini hilang diduga tertimbun abu erupsi Gunung Semeru.

Irus, kakak Ali, menceritakan kali terakhir bertemu sang adik pada Sabtu (4/12/2021) pukul 08.00 WIB. Pagi itu, Ali pamit bekerja ke tambang. Dia adalah pekerja serabutan yang sehari-hari menambang pasir di lereng Gunung Semeru. Dia bertugas memindahkan pasir ke dalam bak truk.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti memiliki firasat, pagi itu Irus merasa tingkah adiknya tidak seperti biasa. Irus mengaku sang adik seperti tidak nyambung saat diajak berbicara.

“Tapi ada yang tidak biasa pagi itu. Saat saya ajak bicara, dia seperti ndak nyambung, lalu diam dan tiba-tiba pergi sambil menyalakan motor ke tempat kerja,” ujar Irus seperti dikabarkan Antara, Kamis (9/12/2021).

Baca juga: Pengunjung Lokasi Bencana Erupsi Gunung Semeru

Irus, ibu rumah tangga yang membuka toko peracangan di depan rumahnya itu berhenti bercerita sejenak. Ia menghela napas dan memejamkan mata sebentar.

“Saya teringat saat dia berdiri di halaman, di dekat pintu, persis sebelum berangkat. Tanpa ngomong apa-apa, dia langsung pergi. Waktu kejadian, seharusnya mau pulang karena sudah sore,” sambung dia.

Irus ingat betul pagi itu Ali dilarang berangkat ke tambang. Dia juga heran sang adik tidak mau disuguhi segelas kopi sebelum berangkat bekerja.

“Kalau saya tidak bekerja, besok yang digunakan untuk masak nasi apa?,” kata dia menirukan suara Ali lirih.

Setelah adiknya berangkat bekerja ke area pertambangan, Irus tak mendapat firasat apa-apa lagi. Sampai akhirnya dia mendapat kabar meningkatnya aktivitas Gunung Semeru, ditambah awan panas guguran.

Baca juga: Masjid Ini Kokoh Meski Diterjang Material Panas Semeru

Suasana yang semula tenang saat itu mendadak berubah menjadi kacau. Banyak terdengar teriakan-teriakan yang meminta warga segera pergi meninggalkan rumah.

Semua mencoba menyelamatkan diri dan pergi ke tempat yang dirasa aman. Irus tidak mampu berpikir apa-apa lagi saat itu, hingga terdengar kabar ada abu material yang menerjang Kampung Renteng.

“Sampai ada kabar adik saya masih di sana dan sampai besoknya belum ditemukan. Sampai sekarang juga tidak ada kabar sama sekali,” tuturnya.

Erupsi Gunung Semeru yang mengeluarkan awan panas guguran berdampak pada wilayah sekitar. Sampai saat ini ratusan warga termasuk Irus beserta keluarganya terpaksa mengungsi ke tempat yang aman menunggu amukan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa itu reda.

Sejak saat itulah Irus tak bertemu dengan Ali. Keberadaan sang adik bagaikan hilang ditelan bumi. Istri Ali, Sula, dan tiga anaknya pun bersedih dan terus menangis. Sula bahkan sempat pingsan saking merasa sedih ditinggal suaminya. Irus dan keluarganya pun berharap Ali ditemukan.

“Dia (Sula-red) masih tak berdaya karena sering menangis, lalu pingsan mengingat suaminya. Kami berharap dia ditemukan,” katanya.

Baca juga: Kokoh! Ini Satu-Satunya Rumah Selamat saat Erupsi Gunung Semeru

Tak hanya kehilangan adik kandung, Irus juga harus merelakan keponakan beserta istri turut menjadi korban erupsi Gunung Semeru. Namanya Mulyanto dan Rani, warga Sumberwuluh.

Keduanya bekerja di satu perusahaan pertambangan di Kampung Renteng. Mereka juga diduga menjadi korban terdampak karena hingga kini belum ada kabar mengenai keberadaan keduanya.

Upaya pencarian

Selain Ali, Mulyanto, dan Rani yang diduga menjadi korban tertimbun awan panas guguran Gunung Semeru, masih korban warga yang juga belum ditemukan.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, termasuk mengerahkan personel gabungan, baik dari TNI, Polri, SAR, BNPB, BPBD hingga relawan-relawan terlatih. Setiap harinya, puluhan personel bekerja dan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan korban tertimbun. Salah satunya di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh.

Di sana, sejak pagi terlihat Tim SAR sudah menggali titik-titik yang diduga terdapat korban. Mereka bergantian berjibaku dengan abu vulkanik bercampur bebatuan. Tim lainnya, seperti dari Kementerian dan Dinas Sosial, fokus membantu menangani warga terdampak yang terpaksa harus mengungsi.

Baca juga: Demi Ini, Korban Erupsi Semeru Jadi Penunjuk Jalan Tim Rescue



Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian terhadap 16 dari 43 korban yang hilang dan saat ini masih dalam proses pencarian dan sekarang masih diidentifikasi tim evakuasi.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menjelaskan proses pencarian pada kedalaman satu meter dari awan panas guguran dan apabila proses pencarian dilakukan lebih dari 10 meter, maka hal itu masih berisiko tinggi bagi tim evakuasi.

Bupati yang biasa dipanggil Cak Thoriq itu mengatakan saat ini total korban yang mengalami luka-luka tercatat sebanyak 120 orang, di antaranya 82 korban luka ringan atau rawat jalan dan 38 orang mengalami luka berat, kemudian 35 orang dikabarkan meninggal dunia.

“Dari sekian korban baik yang mengalami luka ringan maupun berat masih dilakukan perawatan di rumah sakit Lumajang maupun beberapa rumah sakit rujukan,” katanya.

Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Ganjar: Warga Merapi Kudu Siaga!

Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah memerintahkan BPBD Jatim dan Dinas Sosial mengirim bantuan tenaga, peralatan hingga logistik untuk penanganan warga terdampak erupsi, termasuk pengungsi. Ratusan paket bantuan untuk masyarakat Kabupaten Lumajang yang terdampak erupsi Gunung Semeru, telah dikirim ke Lumajang sejak Sabtu malam.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Lumajang, perangkat desa setempat dan PPGA (Pos Pengamatan Gunung Api).

“Kami mengimbau warga agar tidak melakukan aktivitas di aliran daerah aliran sungai (DAS) Mujur, Curah Koboan dan yang dimungkinkan dialiri guguran awan panas,” tutur orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut.

Baca juga: 5 Tempat Angker di Gunung Semeru, Penuh Misteri Lur

Khofifah juga menyampaikan, dirinya juga telah meminta kepada bupati dan wali kota di Jatim diminta untuk saling bergotong royong membantu Kabupaten Lumajang yang tengah dilanda guguran awan panas Gunung Semeru.

Guguran awan panas Semeru menyisakan duka bagi penduduk dan masyarakat Di Kabupaten Lumajang. Dampak bencana alam menyadarkan manusia untuk siap berdampingan hidup dengan kondisi alam yang tidak dapat diprediksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya