SOLOPOS.COM - Drs Juwadi dan istri. (istimewa/Andi Kusnanto)

Solopos.com, SRAGEN — Catatan sejarah pendidikan tinggi di Kecamatan Sumberlawang, Sragen, berawal dari empat sekawan yang kuliah di IKIP Negeri Surakarta. Keempat putra Sumberlawang itu bekerja sambil kuliah dan menjadi pioner warga Sumberlawang yang kuliah di perguruan tinggi.

Kisah empat orang itu disampaikan Andi Kusnanto yang kini menjabat Kepala SMK Pelita Bangsa Sumberlawang, Sragen, kepada Solopos.com, Minggu (13/3/2022). Andi tertarik menuliskan kisah empat sekawan itu setelah membaca sejarah berdirinya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang kini berusia 46 tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya tertarik dan tergerak menulis sekelumit sejarah proses pendidikan dan awal mula yg mengawali kuliah di perguruan tinggi. Kita tidak bisa menghilangkan sejarah pihak yang mempengaruhi kita semua dan kita wajib meneruskan baik lisan maupun tulisan. Mengenyam pendidikan tinggi pada awal Era Orde Baru bagi kalangan rakyat biasa adalah sesuatu nikmat yang luar biasa dan butuh perjuangan khusus, tidak sama seperti saat ini,” kata Andi, warga Jati RT 026, Sumberlawang, Sragen.

Drs Djono. (istimewa/Andi Kusnanto)

Baca juga: Saat Dana BOS SMP di Sragen Naik, BOS SD Anjlok Rp1 Miliar

Andi menyebut empat sekawan itu merupakan sahabat seiya sekata dari Sumberlawang, yakni (alm) Drs. Jono yang berasal di Brumbung, Desa Mojopuro; (alm) Drs. Juwadi yang berasal di Kedungdowo, Desa Hadiluwih; (alm) Drs. Sriyanto yang berasal di Dusun Bibis, Desa Hadiluwih; dan Paimin Tulus Hidayat Poerwoatmodjo yang berasal dari Sendangrejo, Desa Jati, dan hingga sekarang masih hidup. Andi menyampaikan Paimin ditunjuk menjadi Ketua Komite SMPN 1 Sumberlawang hingga sekarang.

Andi merupakan salah satu putra dari Paimin Tulus Hidayat Poerwoatmodjo. Ia menyampaikan saat ayahnya dan tiga teman ayahnya kuliah itu Rektor IKIP Negeri Surakarta dijabat Prof. Dr. Sumantio.

“Meskipun empat sekawan itu berbeda agama, berbeda asal desa, tetapi bersepakat untuk bersama-sama menempuh pendidikan tinggi. Untuk pergi ke kampus di Solo selalu naik truk terbuka yang biasa membawa hasil bumi dari Sumberlawang ke Pasar Legi Solo. Dari cerita yang saya terima, keempat orang itu merupakan pengantin muda [keluarga muda] yang berbekal semangat dan kebersamaan untuk menerobos rintangan,” ujarnya.

Baca juga: Dari Usaha Sapu Lidi, Warga Sragen Bisa Berdayakan 40 Emak-Emak

Hidup Pas-Pasan

Jangankan berbekal uang cukup, mereka bisa bayar uang kuliah, uang ujian, dan transportasi saja sudah bersyukur. Dia menerangkan para istri mereka membawakan bekal makanan seadanya dari rumah. Tentunya makanan yang tahan basi dari pagi sampai malam hari, bahkan ada yang dimakan saat subuh.

“Pada saat itu empat sekawan ini bekerja di sekitar Sumberlawang. Lalu siangnya berangkat ke Solo naik truk terbuka dan kuliah sampai malam. Jadi mau tidak mau wajib mencari penginapan gratis. Tersebutlah seorang sahabat yang bekerja di Bengkel Bapak Sholeh di Kusumodinengkratan, Solo. Di tempat itulah mereka menginap kemudian siap pulang pukul 03.00 WIB dengan naik kereta api dari Stasiun Balapan Solo. Kereta api jurusan Semarang itu berangkat rutin pukul 04.00 WIB. Mereka akhirnya sampai Sumberlawang pukul 05.00 WIB dan pulang ke rumah mandi lalu berangkat bekerja ke instansi masing-masing. Aktivitas itu rutin dilakukan setiap hari,” ujarnya.

Baca juga: Ini Daftar Lengkap Kode Pos di Kabupaten Sragen

Dia menerangkan aktivitas rutin itu dijalani empat sekawan sampai lulus kuliah. Dari empat orang itu, ujar dia, hanya Paimin saja yang tidak bisa selesai karena saat itu ada dua pilihan, yakni bertahan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) mantri sensus atau kuliah. Akhirnya, kata dia, Paimin bisa mendapatkan gelar sarjana dari kampus lain.

Dia mengatakan empat sekawan itu sukses. Sejak saat itu, kata dia, banyak warga Sumberlawang yang meneruskan kuliah ke perguruan tinggi. Beberapa nama yang berhasil, jelas dia, seperti Prof. Dr. Ravik Karsidi yang pernah menjabat Rektor UNS dan kini menjadi staf ahli menteri dan Prof. Dr. Wachid yang menjabat Wakil Rektor Universitas Bengkulu. Ada juga Prof. Dr. Jumarin yang menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Kulon Progo Yogyakarta, serta Prof. Dr. Joko Susilo yang tinggal di New Zealand.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya