SOLOPOS.COM - Ilustrasi stop persebaran virus corona. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Peran sukarelawan baik medis maupun nonmedis penting dalam membantu memutus penularan virus corona. Mereka bergabung dari pelosok-pelosok tanah air atas dasar panggilan hati dan kepedulian terhadap sesama.

Sukarelawan medis berada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan (BPP SDMK). Mereka terdiri atas dokter, perawat, laboran, hingga tenaga kesehatan masyarakat yang ditugaskan di puskesmas-puskesmas. Biasanya sukarelawan berdomisili di wilayah puskesmas setempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Bidang Koordinasi Sukarelawan Satuan Tugas Covid-19, Andre Rahadian, mengatakan di puskesmas juga ditugaskan sukarelawan tracer untuk menunjang penelusuran kontak. Mereka terlebih dahulu menjalani pelatihan-pelatihan tersebar di berbagai provinsi. Di Banjarmasin, misalnya ada pelatihan 1.000 sukarelawan tracer hingga lima hari ke depan.

Liga Champions: Liverpool Melaju Ke Babak 16 Besar Berkat Gol Curtis Jones

Sukarelawan nonmedis berperan dalam sosialisasi protokol kesehatan 3M dan perubahan perilaku di tempat-tempat umum. Tantangannya kini, dalam dua pekan terakhir persebaran Covid-19 meninggi. ”Cara memutus penyebaran itu kita semua harus sadar memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun,” kata Andre, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Kamis (25/11/2020).

Sebelum terjun ke lapangan, sukarelawan nonmedis akan menjalani serangkaian pelatihan tentang kesukarelawanan, Covid-19, perubahan perilaku, hingga komunikasi publik. Pada Mei-Agustus, pelatihan digelar secara daring dengan durasi 2-3 kali sehari.

Pelatihan

Pada Oktober-November, Satgas juga melatih sukarelawan di tujuh provinsi sasaran dengan kapasitas 1.000-3.000 orang. Pelatihan ini digelar luring dengan pelaksanaan protokol kesehatan secara ketat seperti membatasi kapasitas ruangan, durasi maksimal tiga jam, dan lainnya.

“[Kami] terus mengingatkan kepada masyarakat pandemi belum selesai, tambah kasus masih tinggi. Tapi, kebutuhan orang untuk kebutuhan sosial sudah balik lagi [seperti] ingin liburan. Ini menjadi tantangan baru. Ini yang harus diingatkan sukarelawan kepada masyarakat protokol tetap dilakukan,” kata Andre.

Sukarelawan juga terus mengingatkan setiap orang berpotensi tertular dan menularkan Covid-19 kepada orang lain. Mereka berkolaborasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat agar tidak berkerumun. Jika harus ada kegiatan, maka jumlahnya wajib dibatasi dn peserta harus menunjukkan keterangan sehat melalui hasil swab polymerase chain reaction (PCR) atau rapid test antigen.

Pengelola Tempat Wisata Di Wonogiri Boleh Buka, Asal…

Salah satu sukarelawan Satgas Covid-19, Yudi Setiadi, mengatakan awalnya ia tak percaya Covid-19 bakal melanda Indonesia. Saat tahu Covid-19 masuk Indonesia dan menyebar luas, ia tergerak menjadi sukarelawan. Motivasinya adalah terlibat dalam upaya penanganan Covid-19 didasari oleh kepedulian untuk membantu mencegah penularan dimulai dari lingkungannya. Upaya itu bisa dilakukan meski ia bukanlah orang berlatar pendidikan kesehatan atau medis.

“Walau bukan orang medis, ada andil dalam penanganan Covid-19. Paling tidak ada kesadaran di lingkungan masing-masing untuk mencegah persebaran,” kata Yudi yang menjadi sukarelawan sejak April 2020 itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya