SOLOPOS.COM - Ilustrasi buku rekening tabungan (Lintasjari.com)

Kinerja perbankan Soloraya, OJK Solo berharap warga pilih tabungan untuk menyimpan dana.

Solopos.com, SOLO--Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo berharap semakin banyak masyarakat yang menyimpan uangnya melalui tabungan dari pada deposito. Hal ini supaya dana pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat bisa lebih murah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengawas Senior atau Wakil Kepala OJK Solo, Bambang Triono, menyampaikan deposito masih mendominasi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di Solo. Padahal pengumpulan DPK paling banyak berada di Kota Bengawan. Dia mengatakan berdasarkan data yang dihimpun dari perbankan di Solo sebanyak Rp51,34 triliun sekitar 52% atau Rp28,36 triliun DPK pada Juli berasal dari Solo.

Dia mengungkapkan tabungan yang terkumpul di Solo senilai Rp10,72 triliun sedangkan deposito mencapai Rp13,63 triliun hingga Juli. Meski secara keseluruhan di Soloraya, tabungan tetap yang paling banyak, yakni Rp24,37 triliun dan deposito Rp17,49 triliun tapi hal ini berpengaruh terhadap penentuan suku bunga pinjaman.

“Tingginya DPK yang berasal deposito membuat suku bunga kredit juga tinggi karena deposito menawarkan suku bunga simpanan tinggi, yakni 6,68% sedangkan tabungan hanya 2,39%. Hal tersebut membuat suku bunga kredit pada Juli memiliki rata-rata 12,95%,” ungkap Bambang kepada Solopos.com, Senin (28/9/2015).

Meski begitu, penyaluran kredit di Soloraya cukup merata. Dia mengatakan dari tujuh kabupaten/kota yang ada di Soloraya, hanya Solo yang mampu memenuhi kebutuhan pembiayaan. Oleh karena itu, loan to deposit ratio (LDR) di Soloraya mencapai 109,12%. Hal ini berarti Soloraya masih membutuhkan dana dari wilayah lain untuk disalurkan melalui pembiayaan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, saat ditemui terpisah pada Selasa (29/9/2015), mengatakan LDR tersebut lebih rendah jika dibandingkan dari biasanya yang mencapai lebih dari 110%. Menurut dia, penurunan LDR ini menunjukkan kenaikan DPK lebih tinggi (19,96% dari tahun lalu) jika dibandingkan penyaluran kredit (10,99% dari tahun lalu).

Data perbankan menunjukkan dari Rp56,02 triliun dana yang disalurkan sebanyak Rp15,08 triliun pembiayaan disalurkan di Solo kemudian disusul Sukoharjo senilai Rp10,23 triliun. Bambang mengatakan DPK di Sukoharjo hanya Rp4,45 triliun, kekurangan dana tersebut diperoleh dari kota lain. Tingginya kebutuhan dana di Sukoharjo mengingat banyak industri dan pusat kegiatan ekonomi yang sedang berkembang di kabupaten tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya